Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hadi Saputra

NIM : 041777364

UPBJJ : UT-SAMARINDA

Mata Kuliah : HKUM 4211 ( Hukum Agraria )

TUGAS 2

Landreform dan agraria reform diberikan pengertian yang berbeda-beda oleh para ahli. Namun,
dapat disimpulkan bahwa landreform adalah salah satu bagian dari agrarian reform (Wiradi,
1984). Menurut Cohen (1978), landreform adalah: “...... change in land tenure, especially the
distribution of land ownership, thereby achieving the objective of more equality”. Jadi inti dari
kegiatan landreform adalah redistribusi tanah, sebagai upaya memperbaiki struktur penguasaan
dan pemilikan tanah di tengah masyarakat, sehingga kemajuan ekonomi dapat diraih dan lebih
menjamin keadilan.

Soal: Bagaimanakah kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam pelaksanaan landreform?

Jawab :

Pengadilan Landreform sebagai pengadilan khusus dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan


kasus pertanahan. Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, pernah dibentuk Pengadilan
Landreform sebagaimana diatur melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964 tentang
Pengadilan Landreform. Pengadilan ini pada masa lalu ditujukan untuk menjawab semua kasus
yang berhubungan dengan objek landreform, yaitu tanah. Pengadilan Landreform berwenang
mengadili dalam perkara perdata, pidana, dan administrasi. Tujuan dibentuknya Pengadilan
Landreform adalah agar perkara-perkara yang timbul di dalam pelaksanaan peraturan-peraturan
landreform perlu mendapat penyelesaian yang cepat agar tidak menghambat pelaksanaan
landreform di Indonesia. Karena sifatnya yang khusus dalam menyelesaikan kasus yang
berhubungan dengan landreform, maka keberadaan Pengadilan Landreform dibentuk dengan
susunan, kekuasaan dan acara yang khusus pula. Keberadaan Pengadilan Landreform menurut
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1964 tidak bermaksud untuk memutus segala perkara
mengenai tanah atau agraria sebagai suatu kebulatan. Hal ini disebabkan, karena sifatnya yang
khusus untuk memperlancar berjalannya landreform dan tidak mengurangi wewenang pengadilan
lainnya untuk memutus tentang soal-soal tanah seperti masalah waris-mewaris dalam bidang tanah.
Pengadilan Landreform sebagai pengadilan khusus dalam bidang pertanahan merupakan solusi
utama dalam penyelesaian kasus pertanahan di Indonesia, kedudukan dan fungsinya sebagai
peradilan khusus dibenarkan oleh berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada
dalam bidang kekuasaan kehakiman. Penyelesaian kasus pertanahan melalui Pengadilan
Landreform dibatasi hanya sampai dengan tingkat banding, tidak ada peluang pada kasasi
maupun peninjauan kembali. Pembentukan Pengadilan Landreform dilahirkan dengan dua
pertimbangan utama, yakni: a) Untuk menangani perkara-perkara yang timbul di dalam
pelaksanaan peraturan-peraturan landreform yang perlu mendapat penyelesaian yang cepat,
agar tidak menghambat pelaksanaan landreform; b) Berhubung dengan sifat-sifat yang khusus
dari perkara- perkara yang timbul karena pelaksanaan landreform diperlukan suatu badan
pengadilan tersendiri dengan susunan, kekuasaan dan acara yang khusus pula. Akan tetapi,
berjalannya peradilan landerform ini hanya sekitar 6 (enam) tahun. Hal tersebut karena pada tanggal
31 Juli Tahun 1970 ada kebijakan untuk menghapuskan pengadilan landreform melalui Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1970 tentang Penghapusan Pengadilan Landreform. Penghapusan
pengadilan landreform ini didasarkan atas :

a. Susunan Pengadilan Landreform yang antara lain terdiri dari 3 (tiga) orang Wakil Organisasi Massa
Tani yang duduk sebagai Hakim Anggota untuk mencerminkan kegotong-royongan Nasional
berporoskan nasakom adalah bertentangan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara No. XXV/MPRS/1966 dan No. XXXVIII/MPRS/ 1968;

b. Pelaksanaan penyelenggaraan peradilan perkara-perkara Landreform oleh Pengadilan


Landreform mengalami kesulitan dan kemacetan;

c. Peradilan perkara perdata dan pidana, termasuk perkara Landreform pada umumnya adalah
wewenang dari Pengadilan-pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum;

Kendala yang dihadapi oleh Indonesia dalam pelaksanaan landreform

Pada gambaran saat ini, sebagaimana tertuang dalam Term of References yang disampaikan
oleh Pokjasus Sekjen Dewan Ketahanan Nasional tertanggal 17 Juni 2013 disebutkan bahwa
sengketa dan konflik pertanahan terus meningkat dan sudah waktunya diakhiri. Penyelesaian
masalah pertanahan melalui lembaga peradilan umum selama ini tidak sesuai dengan inspirasi
masyarakat karena lamanya proses peradilan, memerlukan biaya yang banyak untuk beracara,
adanya asumsi bahwa putusan pengadilan dinilai berpihak pada pihak yang kuat ekonominya,
apalagi rakyat tidak didukung oleh bukti formal pemilikan tanah belum memenuhi rasa
keadilan masyarakat, sehingga diperlukan peradilan khusus pertanahan untuk dapat
menyelesaikan masalah sengketa pertanahan yang dapat menampung perwujudan negara hukum
serta mengacu kepada cita-cita penegakan hukum yang berkeadilan, kepastian dan
kemanfaatan sebagai modal akhir yang memberikan perlindungan kepada masyarakat.
dibentuknya pengadilan khusus pertanahan karena menurunnya kepercayaan terhadap peradilan
umum yang selama ini mengadili masalah pertanahan. Harapan dibentuknya pengadilan khusus
pertanahan agar mampu menjawab tantangan perubahan yang diharapkan masyarakat mengingat
persoalan sengketa tanah yang tidak tuntas. Meningkatnya sengketa/ konflik pertanahan setiap
tahun, menurut data Badan Pertanahan Nasional sampai tahun 2011 terdapat 14.337 kasus
sengketa/konflik pertanahan.

- Perkara-perkara yang timbul di dalam pelaksanaan peraturan-peraturan landreform perlu


mendapat penyelesaian yang cepat, agar tidak menghambat pelaksanaan landreform;
berhubung dengan sifat-sifat yang khusus dari perkara-perkara yang timbul karena pelaksanaan
landreform diperlukan suatu badan pengadilan tersendiri dengan susunan, kekuasaan dan
acara yang khusus pula, dengan membentuk Undang-Undang Pengadilan

- Dalam Undang-undang ini mengatur tentang : Pengadilan Landreform. Pengadilan Landreform


ini tidak bermaksud untuk memutus segala perkara mengenai tanah atau agraria sebagai suatu
kebulatan. Hal ini disebabkan, karena sifatnya yang khusus untuk memperlancar berjalannya
landreform dan lagi pula tidak mengurangi wewenang Pengadilan Negeri untuk memutus tentang
soal-soal tanah, soal waris-mewaris dan sebagainya yang bila juga akan dibebankan kepada
Pengadilan landreform, pasti akan menghambat pelaksanaan Landreform. Pengadilan Landreform
diadakan dalam dua tingkat, Pengadilan Landreform sehari-hari adalah Pengadilan Landreform
Daerah, sedang di Jakarta diadakan sebuah Pengadilan Landreform Pusat yang berdaerah hukum
seluruh wilayah Republik Indonesia dan ditugaskan sebagai Pengadilan Banding. Tentang Hukum
Acara ditentukan bahwa pada umumnya dipergunakan Hukum Acara yang berlaku untuk
Pengadilan Negeri bagi Pengadilan Landreform Daerah atau Pengadilan Tinggi bagi Pengadilan
Landreform Pusat. Pengecualian terdapat dalam pasal-pasal yang bersangkutan. Hukum Acara
tersebut berlaku juga dalam pemeriksaan pidana landreform, terhadap tertuduh anggota
Angkatan Perang, hanya Ketua sidang adalah Ketua atau Ketua Pengganti atau hakim Pengadilan
Tentara dari angkatan yang bersangkutan, demikian juga jaksa dan penyidiknya.

Dasar hukum :

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 24 Undang Undang Dasar; Undang-Undang Nomor 19
tahun 1964 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman; Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor I/ MPRS/1960 dan Nomor II/MPRS/1960; Undang
Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria; dan Undang
Undang Nomor 10 Prp tahun 1960 jo Keputusan Presiden Nomor 239 tahun 1964

Anda mungkin juga menyukai