ADMINISTRASI PERTANAHAN
TUTOR : NURBUDIWATI,S.SOS.,M.SI
DISUSUN OLEH :
BAMBANG RENALDY
NIM : 050046491
3. Tertib penggunaan tanah: tanah digunakan secara optimal, serasi, dan seimbang
sesuai dengan potensi gunanya, didaerah perkotaan telah dapat menciptakan suasana
aman, tertib, lancer, dan sehat, serta tidak terdapat benturan kepentingan antarsektor
Ulasan:
Perkara-perkara yang timbul dalam melaksanakan peraturan-peraturan Landreform
perlu mendapatkan penyelesaian cepat agar pelaksanaan landreform tidak menjadi
terhambat karenanya. Perkara-perkara landreform mempunyai sifat-sifat khusus.
Maka. Perlu adanya badan pengadilan tersendiri dengan susunan, kekuasaan, dan acara
yang khusu pula, yaitu pengadilan yang disebut pengadilan landreform.
Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1) dan
Pasal24 Undang Undang Dasar; Undang-Undang Nomor 19 tahun 1964 tentang
kekuasaan Kekuasaan Kehakiman; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Nomor I/ MPRS/1960 dan Nomor II/MPRS/1960; Undang Undang Nomor
5tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria; dan Undang Undang
Nomor 10 Prp tahun 1960 jo Keputusan Presiden Nomor 239 tahun 1964.
Dikutip dari buku Landreform Lokal A La Ngandagan: Inovasi Sistem Tenurial Adat
di Sebuah Desa Jawa, Mohammad Shohibuddin (2010), untuk mengadili perkara-
perkara landreform, dibentuk pengadilan tersendiri yaitu
3. Landreform Daerah menjalankan putusan atau aturan yang telah dibuat, Landreform
Pusat membentu putusan agar seluruh Landreform Daerah memiliki keseragaman
aturan.
Kewenangan pengadilan ini dapat berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, tetapi
pada umumnya mencakup hal-hal berikut:
a. Pengadilan Agraria
Pengadilan ini memiliki wewenang untuk menegakkan hukum agraria yang ada.
Mereka dapat mengadili pelanggaran hukum agraria, seperti perambahan lahan,
perusakan sumber daya alam, atau pelanggaran terhadap hak-hak pemilik tanah.
Atau berdasarkan
Pada pasal 13 ayat (1) dan (2) UU 21 Tahun 1967 tentang Pengadilan Landreform yang
berbunyi:
4. Jika tidak bisa dihadiri pemegang ha katas tanah dapat diwakili oleh wakil yang
ditunjuk pemegang tanah
i. Melaksanakan ganti rugi sesuai kesepakatan, baik berupa uang, tanah pengganti,
atau permukiman kembali.
5. Ganti Rugi: Pemerintah memberikan ganti rugi kepada pemilik tanah yang terkena
dampak pengadaan tanah. Besaran ganti rugi ditentukan berdasarkan nilai pasar
tanah dan kerugian yang dialami oleh pemilik tanah.
Jarot Widya Muliawan. “Cara Mudah Pahami Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan
Melalui Konsep 3 In 1 In The Land Acquisition” dalam Jurnal Hukum Peratun, Volume
1 Nomor 2, Agustus 2018 : 163 – 182. Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa
Timur.