Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Ramadhona Sri Utami

NIM : 031152585

Tugas 2.

1. Jelaskan tentang Catur Tertib Pertanahan!

2. Jelaskan macam pengadilan landreform dan kewenangannya!

3. Jelaskan tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum!

Jawaban :

1. Catur tertib pertanahan.

a. Tertib hukum pertanahan.

Upaya untuk menumbuhkan kepastian hukum pertanahan sebagai perlindungan terhadap hak-hak
atas tanah dan penggunaannya dimaksudkan agar terdapat ketenteraman masyarakat dan
mendorong gairah membangun.

b. Tertib administrasi pertanahan.

Upaya memperlancar setiap usaha dari masyarakat yang menyangkut tanah terutama dengan
pembangunan yang memerlukan sumber informasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber
daya, uang dan modal. Menciptakan suasana pelayanan di bidang pertanahan agar lancar, tertib,
murah, cepat dan tidak berbelit-belit dengan berdasarkan pelayanan umum yang adil dan merata.

c. Tertib penggunaan tanah.

Tanah harus benar-benar digunakan sesuai dengan kemampuannya untuk sebesar-besarnya


kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kesuburan dan kemampuan tanah.
d. Tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup.

Merupakan upaya untuk menghindarkan kerusakan tanah, memulihkan kesuburan tanah dan
menjaga kualitas sumber daya alam serta pencegahan pencemaran tanah yang dapat menurunkan
kualitas tanah dan lingkungan hidup, baik karena alam atau tingkah laku manusia.

2. Pengadilan landreform terdiri dari pengadilan landreform pusat dan pengadilan-


pengadilan landreform daerah, yang tempat dan kedudukan daerah hukumnya ditetapkan
oleh menteri kehakiman atas asal usul menteri agraria.

Pengadilan landreform berwenang mengadili perkara-perkara landreform yaitu perkara-perkara


perdata, pidana maupun administratif yang timbul dalam melaksanakan peraturan-peraturan
landreform. Peraturan landreform dalam UU no. 2 tahun 1960 dan UU no.56 prp tahun 1960.

3. Tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum.

1. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh


pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan :

 Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dilakukan berdasarkan prinsip


penghormatan terhadap hak atas tanah.

 Pencabutan hak atas tanah berdasarkan ketentuan UU no. 2 tahun 1961 tentang
pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya.

2. Dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara
sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Pengadaan dan rencana pemenuhan kebutuhan tanah yang diperlukan bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan berdasarkan pada rencana
tata ruang wilayah yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
4. Tanah yang telah ditetapkan untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
berdasarkan surat keputusan penetapan lokasi yang ditetapkan oleh bupati atau gubernur,
maka barang siapa yang ingin melakukan pembelian tanah tersebut harus mendapatkan
persetujuan tertulis gubernur/ bupati sesuai dengan kewenangannya.

5. Pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan pemerintah atau pemerintah


daerah meliputi :

 Jalan Umum.

 Waduk.

 Rumah sakit umum.

 Pelabuhan.

 Peribadatan.

 Pendidikan.

 Dan lainnya.

6. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah dalam rangka
memperoleh kesepakatan.

7. Dalam kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak dapat dialihkan atau
dipindahkan secara teknis tata ruang ke tempat atau lokasi lain, maka musyawarah
dilakukan dalam jangka waktu 90 hari sejak tanggal undangan pertama.

 Apabila setalah musyawarah tidak ada kesepakatan, panitia pengadaan tanah


menetapkan bentuk dan besarnya ganti rugi dan menitipkan ganti rugi kepada
pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang
bersangkutan.
 Apabila terjadi sengketa kepemilikan setelah penetapan ganti rugi maka panitia
menitipkan uang ganti rugi kepada pengadilan negeri.

8. Jika dalam musyawarah telah dicapai kesepakatan, panitia pengadaan tanah


mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi sesuai kesepakatan.

9. Ganti rugi.

 Ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah.

 Ganti rugu dapat berupa uang, tanah pengganti atau pemukiman kembali.

 Ganti rugi berupa kompensasi berupa penyertaan modal sesuai dengan perpu.

 Penggantian terhadap bidang tanah dapat diberikan dalam bentuk pembangunan


fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi masyarakat.

 Dasar perhitungan besarnya ganti rugi bedasarkan NJOP.

10. Pemegang hak tanah tidak terima keputusan panitia pengadaan tanah dapat mengajukan
keberatan kepada bupati/ gubernur.

11. Bupati, gubernur dan Mendagri mengupayakan penyelesaian mengenai bentuk dan besar
ganti rugi sesuai kewenangannya

12. Setelah mempelajari dan mendengar pendapat pemegang hak atas tanah bupati, gubernur
dan Mendagri mengeluarkan keputusan yang dapat mengubah keputusan panitia
pengadaan tanah.

13. Apabila keputusan bupati, gubernur dan Mendagri tidak diterima oleh pemegang hak atas
tanah dan lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan maka bupati, gubernur dan
Mendagri mengajukan usul penyelesaian sesuai UU no.20 tahun 1961 tentang pencabutan
hak-hak atas tanah dan benda-benda diatasnya.
Sumber: BMP ADPU4335

Anda mungkin juga menyukai