Anda di halaman 1dari 7

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

6/Jun/2019

UPAYA-UPAYA MENANGANI PERMASALAHAN membentuk pengadilan khusus yang


PEMBAJAKAN DI LAUT1 menangani pembajakan di laut.
Oleh : Cheivin E. Kuada2 Kata kunci: Upaya-upaya menangani
permasalahan, Pembajakan di Laut
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk PENDAHULUAN
mengetahui bagaimana pengaturan A. Latar Belakang Masalah
pembajakan di laut lepas berdasarkan hukum Laut pada umumnya merupakan wilayah
internasional dan bagaimana upaya-upaya yang berbatasan dengan suatu negara,
hukum dalam menangani permasalahan sehingga seringkali kejahatan yang dilakukan di
pembajakan di laut lepas. Dengan wilayah laut lepas dapat menimbulkan konflik
menggunakan metode penelitian yuridis yurisdiksi antara Negara pantai dengan Negara
normative, disimpulkan: 1. Pengaturan bendera kapal. Konflik yurisdiksi ini timbul
pembajakan di Laut Lepas berdasarkan hukum berkaitan dengan adanya yurisdiksi ekstra
internasional yakni berdasarkan Konvensi territorial yang dimiliki oleh Negara bendera
Hukum Laut PBB 1982. Konvensi Jenewa juga kapal yang dimiliki oleh Negara pantai. Oleh
senada dengan Pasal 105 UNCLOS yang karena itu kewenangan Negara pantai untuk
menyatakan Di Laut Lepas, atau di setiap menerapkan yurisdiksi kriminal di wilayah
tempat lain di luar yurisdiksi Negara manapun perairan yang berada di bawah yurisdiksinya
setiap Negara dapat menyita suatu kapal atau terhadap kejahatan-kejahatan, khususnya yang
pesawat udara pembajakan atau suatu kapal dilakukan oleh kapal asing, harus
atau pesawat udara yang telah diambil oleh memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
pembajakan dan berada di bawah pengendalian hukum internasional. Pelanggaran terhadap
pembajakan dan menangkap orang-orang yang ketentuan-ketentuan hukum internasional,
menyita barang yang ada di kapal. 2. Upaya- akan menimbulkan kemungkinan bahwa
upaya dalam Menangani Permasalahan Negara pantai dapat diajukan ke Mahkamah
Pembajakan Di laut Lepas yaitu melakukan Internasional.
kerjasama internasional maupun regional, Pembajakan di laut lepas baik yang
melalui penerapan system penggunaan dan dilakukan oleh kapal-kapal asing, maupun oleh
perlindungan kapal yang memadai, melalui kapal-kapal domestik di wilayah perairan
perbaikan komprehensif di negara Somalia yang internasional akhir-akhir ini telah menimbulkan
merupakan salah satu solusi jangka panjang keresahan bagi pelayaran internasional,
dalam permasalahan pembajakan laut lepas, Penindakan kejahatan pembajakan laut lepas
dan melalui perubahan atau peninjauan ulang tersebut, didasarkan pada berlakunya hukum
(revisi) terhadap hukum internasional yang internasional yang berkaitan dengan
berlaku saat ini. Perubahan atau peninjauan pembajakan laut lepas.
ulang (revisi) dapat dilakukan dengan cara Pembajakan di laut lepas mempunyai
memperluas yurisdiksi internasional dengan dimensi internasional karena biasanya
protokol tambahan, menambah protokol dalam digunakan untuk menyebutkan tindak
United Nations Convention On Law of the Sea kekerasan yang dilakukan di laut lepas.
(UNCLOS 1982) mengenai mekanisme untuk Pembajakan di laut lepas sejak dahulu telah
mengadili para perompak, amandemen diatur berdasarkan hukum kebiasaan
UNCLOS 1982 melalui ketentuan pasal 311 internasional karena dianggap mengganggu
menambahkan pembajakan di laut sebagai kelancaran pelayaran dan perdagangan antar
salah satu tindak pidana yang dapat diadili bangsa. Pengaturan oleh hukum kebiasaan
dalam Mahkamah Pidana Internasional atau internasional tersebut terbukti dari praktek
International Criminal Court (ICC) dan yang terus menerus dilakukan oleh sebagian
besar negara-negara di dunia.
Usaha untuk merintis pembakuan norma
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Hengky A. Korompis,
tersebut secara sistematis dan teratur melalui
SH, MH; Godlieb N. Mamahit, SH, MH usaha kodifikasi telah ditempuh yaitu dengan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. diadakannya Konperensi Kodifikasi Den Haag
14071101388

5
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

1930 oleh Liga Bangsa-Bangsa. Pengaturan C. Metode Penelitian


mengenai pembajakan di laut lepas dimasukkan Penelitian ini termasuk dalam penelitian
dalam pengaturan tentang hak pengejaran (the kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu
right of hot pursuit). Usaha untuk penelitian yang menggunakan data sekunder.
mengkodifikasikan pengaturan tersebut gagal
karena konferensi tidak menghasilkan suatu PEMBAHASAN
konvensi. Meskipun demikian usaha ini sudah A. Pembajakan di Laut Lepas Berdasarkan
dapat dikatakan merupakan langkah awal Hukum Internasional
terhadap praktek pengaturan pembajakan di Pembajakan di Laut Lepas ini telah diatur
laut lepas.3 berdasarkan hukum kebiasaan internasional,
Dalam perkembangannya kemudian karena dianggap telah mengganggu kelancaran
pembajakan di laut lepas telah dikategorikan pelayaran dan negara memiliki hak untuk
sebagai “delict jure gentium” atau melaksanakan yurisdiksi berdasarkan hukum
bertentangan dengan hukum dunia. Hal itu yang berlaku dalam negaranya.4
didasarkan kembali dari kesimpulan Pasal 19 Konvensi Roma 1988, Pasal 6 ayat (1) dan (2)
Konvensi Jenewa 1958, yang dirumuskan berbunyi sebagai berikut:
kembali dalam Pasal 105 Konvensi Hukum Laut 1. menetapkan yurisdiksi atas tindak pidana
PBB 1982, yang mengatakan bahwa setiap yang ditetapkan dalam pasal 3 ketika
Negara dapat menahan, merampas, menyita kejahatan dilakukan: (a) melawan untuk
serta mengadili terhadap pelaku pembajakan di mengibarkan bendera negara pada waktu
laut lepas dimanapun pelaku berada. kejahatan dilakukan di atas kapal; (b) dalam
Sebagai hukum positif internasional, wilayah negara yang bersangkutan,
pengaturan pembajakan dilaut lepas termasuk laut teritorial; (c) dilakukan oleh
berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB 1982 seorang warga negara dari negara tersebut.
telah memperlihatkan adanya perkembangan 2. Setiap negara pihak juga dapat menerapkan
dalam hal pembajakan, tindakan yang yurisdiksinya atas suatu pelanggaran jika:
dikategorikan sebagai pembajakan, pelaku (a) tindakan itu dilakukan oleh seseorang
pembajakan dan sarana yang digunakan untuk yang berkewarganegaraan dari negara yang
melakukan pembajakan. Perkembangan bersangkutan; (b) selama pelaku dari
tersebut memang mencerminkan kebutuhan negara tersebut, mengancam untuk
masyarakat internasional yang sesuai dengan membunuh atau melukai orang lain; (c)
kondisi dan situasi saat ini. tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya
Untuk itu dilakukan penelitian dengan untuk memaksa negara yang bersangkutan
mengangkat tema mengenai bagaimana solusi untuk melakukan atau tidak melakukan
pembajakan kapal di laut lepas ditinjau dari suatu tindakan.
hukum internasional. Oleh karena itu, judul Pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap
yang diajukan adalah upaya-upaya hukum negara pihak harus mengambil tindakan untuk
dalam menangani permasalahan pembajakan di menetapkan yurisdiksi atas tindak pidana
laut. sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Pasal
3 konvensi di atas dan juga dapat menerapkan
B. Perumusan Masalah yurisdiksinya atas suatu pelanggaran seperti
1. Bagaimana pengaturan pembajakan di laut yang ditetapkan dalam konvensi tersebut.
lepas berdasarkan hukum internasional? Dalam pelaksanaan yurisdiksi sebagaimana
2. Bagaimana upaya-upaya hukum dalam yang dimaksud di atas, negara-negara yang
menangani permasalahan pembajakan di berhasil menangkap para pelaku pembajakan
laut lepas? boleh saja mengirimkan para pelaku tersebut
ke negara lain yang memiliki peraturan hukum
tentang hal itu untuk diadili di negara tersebut,
3
sebagai contoh, Inggris pernah menangkap
Judarwanto, Perompak Somalia, Kriminal Internasional
Masalah Dunia.
pelaku pembajakan di Somalia, namun pelaku
http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/04/15/p
4
erompak-somalia-kriminal-internasional-menjadi- J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi X, Sinar
masalah-dunia/diakses 30 Maret 2019. Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 353.

6
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

tersebut diserahkan kepada pengadilan Kenya. yurisdiksi Negara manapun.


Hal ini dilakukan apabila suatu negara tidak 2) Setiap tindakan partisipasi sukarela dalam
memiliki aturan nasional mengenai kejahatan operas! pesawat terbang dengan
demikian, maka negara yang bersangkutan mengetahui fakta yang membuatnya
boleh menyerahkan pelaku tersebut kepada menjadi bajak laut-kapal atau pesawat
negara lain untuk diadili, dengan syarat bahwa udara.
negara itu harus memiliki ketentuan hukum 3) Setiap tindakan mengajak atau dengan
mengenai hal tersebut. sengaja membantu tindakan yang
Terkait masalah ini diatur dalam Pasal 8 disebutkan di sub-ayat (1) atau sub-ayat (2)
konvensi Roma 1988 ayat (I), “The master of a pasal ini.
ship of a State Party (the “flag State”) may Berdasarkan ketentuan di atas, maka unsur
deliver to the authorities of any other State esensial dari kejahatan pembajakan adalah: (1)
Party (the “receiving State”) any person who he Pembajakan harus menggunakan suatu kapal
has reasonable grounds to believe has untuk membajak kapal lain. Hal ini untuk
committed one of the offences set forth in membedakan dengan tindakan pemberontakan
article.”(Pemilik kapal suatu negara bendera anak buah kapal terhadap kapalnya sendiri; (2)
dapat menyerahkan setiap orang yang dicurigai Locus delicti-nya dilakukan di laut lepas. Di
telah melakukan salah satu tindak pidana yang samping itu rumusan tersebut diatas ternyata
ditetapkan dalam Pasal 3 kepada pihak yang lebih luas cakupannya dibandingkan dengan
berwenang dari negara pihak lainnya (negara definisi yang telah dikemukakan secara teoritis
penerima). Konvensi Jenewa 1988 di atas tersebut. Hal itu disebabkan rumusan dalam
sejalan dengan prinsip/asas hukum universal konvensi ini melibatkan juga pesawat udara
yang terdapat dalam hukum internasional, yang dan memasukkan delik penyertaan serta delik
menyatakan bahwa, “Semua negara tanpa pembantuan.
terkecuali dapat mengklaim dan menyatakan Pembajakan di laut lepas merupakan tindak
kewenangannya atas suatu tindak pidana yang kejahatan internasional dan dianggap sebagai
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan musuh setiap negara, serta dapat diadili
dan keadilan”.5 dimanapun pembajak tersebut ditangkap tanpa
Dalam hukum positif internasional, definisi memandang kebangsaannya. Pembajakan di
atau batasan pengertian pembajakan di laut laut lepas memang bersifat “crimes of universal
telah ditentukan berdasarkan perumusan interest (kejahatan kepentingan yang
dalam Konvensi Jenewa 1958 dan Konvensi universal)”, sehingga setiap negara dapat
Hukum Laut PBB 1982. Konvensi Jenewa 1958 menahan perbuatan yang dinyatakan sebagai
dalam Pasal 15 merumuskan pembajakan di pembajakan yang terjadi di luar wilayahnya
laut yaitu bahwa:6 atau wilayah negara lain yaitu di Laut Lepas,
Pembajakan terdiri dari salah satu tindakan dan berhak melaksanakan penegakan yurisdiksi
berikut: dan ketentuan-ketentuan hukumnya.7
1) Setiap tindakan ilegal kekerasan, Dalam hal ini setiap negara boleh
penahanan atau tindakan penyusutan, menangkap pembajak di laut lepas, dan
berkomitmen untuk tujuan pribadi oleh menyeret kepelabuhannya untuk diadili oleh
awak atau penumpang kapal swasta atau pengadilan negara tersebut, dengan alasan
pesawat pribadi, dan diarahkan: pembajakan di laut lepas tersebut adalah
a) Di laut lepas, terhadap kapal lain atau “hostes humani generis”, (musuh semua umat
pesawat udara, atau terhadap orang manusia). Tetapi hak ini hanya berlaku
atau properti di atas kapal atau terhadap orang-orang yang dianggap
pesawat udara. melakukan pembajakan dilaut berdasarkan
b) Terhadap kapal, pesawat udara, orang kriteria yang ditentukan oleh hukum
atau barang di suatu tempat di luar internasional. Hal itu disebabkan mungkin
terdapat perbuatan yang dianggap pembajakan
5
http://www.scribd.com/doc/95714549/Bab-I-sampai-
7
Bab-V diakses 6 Juni 2018. Henkin Louis, International Law, Cases and Materials,
6
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Laut Internasional, American Casebook Series, ST. Paul Minn, West Publishing
Binacipta, Bandung, 1978, hlm. 224-225. Co, USA, 1980, hlm. 387.

7
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

oleh undang-undang suatu negara tertentu, kapal dan operator kapal untuk
tetapi menurut hukum internasional bukan mengambil langkah perlindungan
pembajakan. Misalnya, bahwa dalam hukum terhadap pembajakan di laut dan
kejahatan Inggris, bekerja dalam perdagangan perampokan bersenjata terhadap kapal
budak dianggap sama dengan pembajakan.8 dengan memperhatikan standar dan
Menurut hukum internasional, setiap negara praktik internasional dan rekomendasi-
memiliki kewenangan untuk melakukan rekomendasi IMO secara khusus, yaitu
pengejaran. Bila kejahatan itu berada di laut Surat Edaran MSC/Circ.622/rev. 1 dan
lepas, maka negara pantai dapat melakukan MSC/Circ623/Rev. Termasuk revisi-
pengejaran berdasarkan atas hukum revisi yang terjadi kedepannya.
internasionalnya, sedangkan pengejaran dapat 2. Upaya dalam Menekan Pembajakan di
dilakukan hingga ke laut lepas sekalipun. Laut (Pasal 4)
Pengejaran hendaknya dilakukan secara terus Dalam pasal ini dijelaskan upaya
menerus dengan memberikan tanda yang dapat partisipan dalam menekan tindakan
dilihat dan diidentifikasi oleh kapal tersebut. pembajakan di laut yaitu dengan
Oleh karena itu, kapal pengejar haruslah kapal menahan kapal perompak di laut batas
perang atau pesawat tempur atau kapal patroli. laut territorial suatu negara dan
Kewenangan dalam pengejaran dapat dilakukan menahan orang-orang serta barang-
juga terhadap pelanggar undang-undang fiskal barang di atas kapal. Dalam pengejaran
dan perikanan serta pelanggaran yang suatu kapal yang diduga kuat telah
menyangkut kepentingan negara dalam batas- melakukan pembajakan di laut yang
batas maritim. terjadi di dalam atau melewati laut
teritorial suatu partisipan, maka akan
B. Upaya-upaya Hukum Dalam Menangani menjadi kewenangan dari partisipan
Permasalahan Pembajakan di Laut tersebut. Tidak dibenarkan suatu
Perkembangan kedaulatan suatu negara di partisipan untuk mengejar sebuah
laut dapat ditelusuri melalui sejarah hukum laut kapal di dalam dan melewati laut
internasional itu sendiri, di mana terdapat teritorial dari suatu negara tanpa izin
pertarungan antara dua asas hukum laut, yaitu dari negara tersebut.10
res nullius dan res communis. Menurut 1. Upaya dalam Menekan Perampokan
penganut asas res nullius, laut itu tidak ada Bersenjata terhadap Kapal (Pasal 5)
yang memilikinya, oleh karena itu dapat dimiliki Dalam pasal ini dijelaskan upaya
setiap negara yang menginginkannya. partisipan dalam menekan tindakan
Sedangkan penganut asas res communis perampokan bersenjata terhadap kapal
berpendapat bahwa laut itu adalah milik yaitu melakukan operasi dalam laut
bersama masyarakat dunia, oleh karena itu teritorial dan ruang udara suatu
tidak dapat dimiliki oleh setiap negara. Dalam partisipan yang menjadi kewenangan
praktik negara-negara tepi laut tengah sejak partisipan tersebut, termasuk hak
zaman kuno asas Res Communis inilah yang untuk melakukan pengejaran seketika
dijalankan oleh kerajaan-kerajaan Rhodia, dari laut teritorial atau perairan
Persia, Yunani dan Romawi.9 kepulauan partisipan tersebut
Beberapa upaya yang dilakukan dalam berdasarkan Pasal 111 UNCLOS 1982.
menangani permasalahan pembajakan di laut. Partisipan juga membentuk titik dan
1. Upaya Perlindungan bagi Kapal (Pasal pusat koordinasi yang diatur dalam
3) Pasal 8 untuk berkomunikasi secara
Partisipan bermaksud untuk terus menerus mengenai peringatan
mendorong negara-negara, pemilik bahaya, laporan-laporan dan informasi
yang berkaitan dengan perampokan
8
bersenjata terhadap kapal kepada
Mochammad Radjab, Hukum Bangsa-Bangsa
(terjemahan), Penerbit Bhratara, Jakarta, 1993, hlm. 226
9
Hasyim Djalal, Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum
Laut, Penerbit BPHN dan Binacipta, Bandung, 1979, hlm.
10
11-19 Ibid., Pasal 4 ayat (4) dan (5).

8
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

partisipan lainnya dan pihak-pihak yang terhadap kapal dan panduan yang
berkepentingan.11 cukup untuk melaksanakan yurisdiksi,
2. Upaya terhadap Semua Kasus (Pasal 6) investigasi dan penuntutan terhadap
Dalam Pasal 6 ayat (1) dinyatakan tersangka.14
bahwa partisipan bertujuan agar semua 5. Pasal 13 (Konsultasi)
upaya berdasarkan code of conduct ini Djibouti Code of Conduct ini bersifat
harus dilakukan berdasarkan tidak mengikat, kecuali terdapat
penegakan hukum atau oleh para konsultasi dari para partisipan untuk
petugas yang berwenang dari kapal membuat agar code of conduct ini
perang atau pesawat militer atau dari menjadi sebuah kesepakatan yang
kapal-kapal dan pesawat lainnya yang mengikat, dengan catatan telah
ditandai secara jelas dan melewati 2 tahun masa efektif Code of
diidentifikasikan sebagai milik Conduct dan telah ditentukan titik
pemerintah dan diberikan kewenangan fokus nasional.15
untuk melakukan upaya ini.12
3. Upaya-upaya yang Dilakukan (Pasal 7- PENUTUP
10) A. Kesimpulan
Dalam code of conduct ini dijabarkan 1. Pengaturan pembajakan di Laut Lepas
mengenai upaya-upaya yang dapat berdasarkan hukum internasional yakni
dilakukan oleh para para partisipan, berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB
yaitu menurunkan petugas yang 1982. Konvensi Jenewa juga senada dengan
ditempatkan (embarked officers) yang Pasal 105 UNCLOS yang menyatakan Di
bertugas menaiki kapal atau pesawat Laut Lepas, atau di setiap tempat lain di
patrol partisipan lain dalam rangka luar yurisdiksi Negara manapun setiap
operasi (Pasal 7); koordinasi dan Negara dapat menyita suatu kapal atau
pembagian informasi yang dilakukan pesawat udara pembajakan atau suatu
oleh titik kontak dan dilakukan dengan kapal atau pesawat udara yang telah
komunikasi yang efektif (Pasal 8); diambil oleh pembajakan dan berada di
pelaporan insiden yang kemudian bawah pengendalian pembajakan dan
disebarkan kepada partisipan yang menangkap orang-orang yang menyita
dilakukan oleh pusat informasi (Pasal barang yang ada di kapal.
9); dan pemberian bantuan terhadap 2. Upaya-upaya dalam Menangani
sesama partisipan (Pasal 10).13 Permasalahan Pembajakan Di laut Lepas
4. Peninjauan Kembali dari Legislasi yaitu melakukan kerjasama internasional
Nasional Pasal 11 (Pasal 11) maupun regional, melalui penerapan
Dalam rangka peradilan, penjatuhan system penggunaan dan perlindungan
hukuman dan pelaksanaan hukuman kapal yang memadai, melalui perbaikan
bagi mereka yang terlibat dalam komprehensif di negara Somalia yang
pembajakan di laut dan perampokan merupakan salah satu solusi jangka panjang
bersenjata terhadap kapal dan untuk dalam permasalahan pembajakan laut
memfasilitasi ekstradisi atau lepas, dan melalui perubahan atau
penyerahan untuk dilakukan peradilan peninjauan ulang (revisi) terhadap hukum
tidak dapat dilakukan, maka tiap internasional yang berlaku saat ini.
partisipan dimaksudkan untuk Perubahan atau peninjauan ulang (revisi)
meninjau kembali legislasi nasionalnya dapat dilakukan dengan cara memperluas
dengan tujuan memastikan bahwa yurisdiksi internasional dengan protokol
terdapat hukum nasional yang tambahan, menambah protokol dalam
mengkriminalisasikan pembajakan di United Nations Convention On Law of the
laut dan perampokan bersenjata Sea (UNCLOS 1982) mengenai mekanisme
untuk mengadili para perompak,
11
Ibid., Pasal 5 ayat (2) dan (3).
12 14
Ibid., Pasal 6 ayat (1). Ibid., Pasal 11.
13 15
Ibid., Pasal 7-10. Ibid., Pasal 15 ayat (1) jo Pasal 13.

9
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

amandemen UNCLOS 1982 melalui Bradford Alfred S., Flying the Black Flag - A Brief
ketentuan pasal 311 menambahkan History of Piracy, Connecticut: Praeger,
pembajakan di laut sebagai salah satu Westport, 2007.
tindak pidana yang dapat diadili dalam Chalk Peter, Grey Area Phenomena in South
Mahkamah Pidana Internasional atau East Asia: Piracy, Drug Trafficking and
International Criminal Court (ICC) dan Terrorism, Strategic and Defense
membentuk pengadilan khusus yang Studies Centre Research School of
menangani pembajakan di laut. Pacific and Asians Studies, ANU,
Canberra, 1997.
B. Saran Churchill R.R.and A.V. Lowe, The Law of the
1. Perlu adanya kepastian hukum terlebih Sea, Manchester University Press,
dahulu dari pemerintah untuk mewujudkan Manchester, 1999.
stabilitas keamanan dalam negerinya, serta Dam Syamsumar, Politik kelautan, Penerbit
pembangunan dan sistem peradilan pidana Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
yang efektif di negara ini terutama yang Djalal Hasyim, Perjuangan Indonesia di Bidang
berkaitan dengan kejahatan pelayaran yang Hukum Laut, Penerbit BPHN dan
berupa pembajakan dan perompakan di Binacipta.
laut. Elleman Bruce A., Andrew Forbes and David
2. Perlu dibentuk sebuah peradilan/tribunal Rosenberg, Piracy and Maritime Crime,
internasional yang khusus mengadili para Naval War College Press, Rhode Island,
pelaku tindak kejahatan di Laut Lepas dan Newport, 2010.
bagi negara-negara maju dan memiliki Hamzah Andi, KUHP dan KUHAP, Cetakan ke-
persenjataan yang canggih, hendaknya 12, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
bersatu untuk melawan kejahatan Krisnawati Eka, Tindak Pidana Perompakan
pelayaran tersebut mengingat tindakan ini Kapak di Selat Malaka, USU, Medan,
sangat mengganggu keamanan pelayaran 2007.
internasional. Kusumaatmadja Mochtar dan Etty R. Agoe,
Perlu adanya tekanan dan ancaman yang Pengantar Hukum Internasional,
keras dari organisasi-organisasi Penerbit Alumni, Bandung, 2003.
internasional terutama PBB dalam Kusumaatmadja Mochtar, Hukum Laut
pemberantasan pembajakan di Laut Lepas Internasional, Binacipta, Bandung,
tersebut, serta memboikot penyaluran 1978.
peralatan senjata bagi para pelaku Lazarus, Pokok-pokok Hukum Laut
kejahatan pembajakan di Laut Lepas. Internasional. Penerbit Pusat Studi
Hukum Laut, Semarang, 2005.
DAFTAR PUSTAKA Louis Henkin, International Law, Cases and
Buku Materials, American Casebook Series,
Anderson David, Somali Piracy Historical ST. Paul Minn, West Publishing Co, USA,
Context and Political Contingency, 1980.
1997. Mauna Boer, Hukum Internasional: Pengertian,
Ariadno Melda Kamil, Hukum Internasional Peranan, Dan Fungsi Dalam Era
Hukum Yang Hidup, Penerbit Diadit Dinamika Global, PT. Alumni, Bandung,
Media, Jakarta, 2007. 2005.
Bantekas Ilias and Susan Nash, International Murphy Martin, “Piracy and UNCLOS: Does
Criminal Law, Cavendish ublishing, International Law Help Regional States
London, 2003. Combat Piracy,” dari Peter Lehr.
Bento Lucas, “Toward and International Law of Ong-Webb Graham Gerard, “Piracy in Maritime
Piracy Sui Generis: How the Dual Asia: Current Trends” dalam Peter Lehr.
Nature of Maritime Piracy Law Enables Radjab Mochammad, Hukum Bangsa-Bangsa
Piracy to Flourish”, Berkeley Journal of (terjemahan), Penerbit Bhratara,
International Law, Vol. 29:2, 2011. Jakarta, 1993.

10
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019

Situmorang Victor, Sketsa Azas Hukum Laut http://farahfitriani.wordpress.com/2011/10/30


Internasional, PT. Bina Aksara, Jakarta, /kasus-pembajak-somalia/diakses 6 Juni
1987. 2019
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian http://informasipelaut.blogspot.com/2011/03/
Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta, dhaka-perompak-telah-membajak-
1986. sebuah. html di akses 27 Maret 2019
Starke J.G., An Introduction to International http://lelemp07.blogspot.com/2019/perompak
Law, Butterworth’s, 1988. -somalia-sebuah-jurnal_26.html,
diakses 30 Maret 2019.
_______, Pengantar Hukum Internasional, Edisi http://pajarr.blopspot.com/2011/09/hukum-
X, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. pidana-internasional.html di akses 28
Subagyo P. Joko, Hukum Laut Indonesia, Edisi Maret 2019
baru, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, http://www.antaranews.com/berita/360940/pr
2002. esiden-somalia-tawarkan-amnesti-
Syamsudar Dam, Politik Kelautan, Bumi Aksara, untuk-akhiri-serangan-bajak-laut di
Jakarta, 2010. akses 27 Maret 2019.
Tahar Abdul Muthalib, Hukum Internasional http://www.iccccs.org.uk.
dan Perkembangannya, Universitas http://www.scribd.com/doc/95714549/Bab-I-
Lampung, Bandar Lampung, 2012. sampai-Bab-V diakses 6 Juni 2018.
Tetlier Ger, Piracy in Southeast Asia - A http://www.shnews.co/kolom/periskop/detile-
Historical Comparison. 65-kerja-sama-keamanan-maritim-di-
laut-china-selatan.html diakses 25 Mei
Jurnal 2019
Gentele Thaine Lennox, “Piracy, Sea Robbery
and Terrorism: Enforcing Laws to Deter http://www.solopos.com/2013/04/07/baiak-
Ransom Payments and Hijacking,” laut-negara-afiika-barat-bekeria-sama-
Transportation Law Journal, Vol. atasi-pembajakan-kapal-394480,
37:199, 2010. diakses tanggal 11 Maret 2019
Isanga Joseph M., “Countering Persistent Judarwanto, Perompak Somalia, Kriminal
Contemporary Sea Piracy: Expanding Internasional Masalah Dunia.
Jurisdiction Regimes,” American http://mediaanakindonesia.wordpress.
University Review, Vol. 59:1267, 2010. com/2011/04/15/perompak-somalia-
Oppenheim, International Law, A Treatise, Vol. I kriminal-internasional-menjadi-
- Peace, Longmans, London, 1955. masalah-dunia/diakses 30 Maret 2019.
United Nations, “Commentary to the Articles
Concerning the Law of the Sea,” Sumber Lain
Yearbook of the International Law Salam Abdul Alim, Evaluasi Kebijakan Dalam
Commission, Vol. 11, 1956. Rangka Implementasi Hukum Laut
Internasional (Unclos 1982) Di
Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Departemen Kelautan dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Perikanan Sekretariat Jenderal Satuan
Indonesia Tahun 1945 Kenya Dewan Kelautan Indonesia,
Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Jakarta, 2008.
Tentara Nasional Indonesia, LN No. 34 Hasil wawancara dengan Kresno Buntoro
Tahun 2004, TLN Tahun 2004 No. 4439 (Kadiskum Armabar TNI-AL Republik
United Nations Convention On The Law Of The Indonesia)
Sea 1982. Laporan PBB, lihat pada United Nations Security
United Nations Security Council Report 2012 Council, Report of the Secretary-
General on Specialized Anti-Piracy
Website Courts Somalia and other States in the
http://dharisy.blogdetik.com/tag/somalia/ di Region.
akses 27 Maret 2019.

11

Anda mungkin juga menyukai