6/Jun/2019
5
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
6
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
7
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
oleh undang-undang suatu negara tertentu, kapal dan operator kapal untuk
tetapi menurut hukum internasional bukan mengambil langkah perlindungan
pembajakan. Misalnya, bahwa dalam hukum terhadap pembajakan di laut dan
kejahatan Inggris, bekerja dalam perdagangan perampokan bersenjata terhadap kapal
budak dianggap sama dengan pembajakan.8 dengan memperhatikan standar dan
Menurut hukum internasional, setiap negara praktik internasional dan rekomendasi-
memiliki kewenangan untuk melakukan rekomendasi IMO secara khusus, yaitu
pengejaran. Bila kejahatan itu berada di laut Surat Edaran MSC/Circ.622/rev. 1 dan
lepas, maka negara pantai dapat melakukan MSC/Circ623/Rev. Termasuk revisi-
pengejaran berdasarkan atas hukum revisi yang terjadi kedepannya.
internasionalnya, sedangkan pengejaran dapat 2. Upaya dalam Menekan Pembajakan di
dilakukan hingga ke laut lepas sekalipun. Laut (Pasal 4)
Pengejaran hendaknya dilakukan secara terus Dalam pasal ini dijelaskan upaya
menerus dengan memberikan tanda yang dapat partisipan dalam menekan tindakan
dilihat dan diidentifikasi oleh kapal tersebut. pembajakan di laut yaitu dengan
Oleh karena itu, kapal pengejar haruslah kapal menahan kapal perompak di laut batas
perang atau pesawat tempur atau kapal patroli. laut territorial suatu negara dan
Kewenangan dalam pengejaran dapat dilakukan menahan orang-orang serta barang-
juga terhadap pelanggar undang-undang fiskal barang di atas kapal. Dalam pengejaran
dan perikanan serta pelanggaran yang suatu kapal yang diduga kuat telah
menyangkut kepentingan negara dalam batas- melakukan pembajakan di laut yang
batas maritim. terjadi di dalam atau melewati laut
teritorial suatu partisipan, maka akan
B. Upaya-upaya Hukum Dalam Menangani menjadi kewenangan dari partisipan
Permasalahan Pembajakan di Laut tersebut. Tidak dibenarkan suatu
Perkembangan kedaulatan suatu negara di partisipan untuk mengejar sebuah
laut dapat ditelusuri melalui sejarah hukum laut kapal di dalam dan melewati laut
internasional itu sendiri, di mana terdapat teritorial dari suatu negara tanpa izin
pertarungan antara dua asas hukum laut, yaitu dari negara tersebut.10
res nullius dan res communis. Menurut 1. Upaya dalam Menekan Perampokan
penganut asas res nullius, laut itu tidak ada Bersenjata terhadap Kapal (Pasal 5)
yang memilikinya, oleh karena itu dapat dimiliki Dalam pasal ini dijelaskan upaya
setiap negara yang menginginkannya. partisipan dalam menekan tindakan
Sedangkan penganut asas res communis perampokan bersenjata terhadap kapal
berpendapat bahwa laut itu adalah milik yaitu melakukan operasi dalam laut
bersama masyarakat dunia, oleh karena itu teritorial dan ruang udara suatu
tidak dapat dimiliki oleh setiap negara. Dalam partisipan yang menjadi kewenangan
praktik negara-negara tepi laut tengah sejak partisipan tersebut, termasuk hak
zaman kuno asas Res Communis inilah yang untuk melakukan pengejaran seketika
dijalankan oleh kerajaan-kerajaan Rhodia, dari laut teritorial atau perairan
Persia, Yunani dan Romawi.9 kepulauan partisipan tersebut
Beberapa upaya yang dilakukan dalam berdasarkan Pasal 111 UNCLOS 1982.
menangani permasalahan pembajakan di laut. Partisipan juga membentuk titik dan
1. Upaya Perlindungan bagi Kapal (Pasal pusat koordinasi yang diatur dalam
3) Pasal 8 untuk berkomunikasi secara
Partisipan bermaksud untuk terus menerus mengenai peringatan
mendorong negara-negara, pemilik bahaya, laporan-laporan dan informasi
yang berkaitan dengan perampokan
8
bersenjata terhadap kapal kepada
Mochammad Radjab, Hukum Bangsa-Bangsa
(terjemahan), Penerbit Bhratara, Jakarta, 1993, hlm. 226
9
Hasyim Djalal, Perjuangan Indonesia di Bidang Hukum
Laut, Penerbit BPHN dan Binacipta, Bandung, 1979, hlm.
10
11-19 Ibid., Pasal 4 ayat (4) dan (5).
8
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
partisipan lainnya dan pihak-pihak yang terhadap kapal dan panduan yang
berkepentingan.11 cukup untuk melaksanakan yurisdiksi,
2. Upaya terhadap Semua Kasus (Pasal 6) investigasi dan penuntutan terhadap
Dalam Pasal 6 ayat (1) dinyatakan tersangka.14
bahwa partisipan bertujuan agar semua 5. Pasal 13 (Konsultasi)
upaya berdasarkan code of conduct ini Djibouti Code of Conduct ini bersifat
harus dilakukan berdasarkan tidak mengikat, kecuali terdapat
penegakan hukum atau oleh para konsultasi dari para partisipan untuk
petugas yang berwenang dari kapal membuat agar code of conduct ini
perang atau pesawat militer atau dari menjadi sebuah kesepakatan yang
kapal-kapal dan pesawat lainnya yang mengikat, dengan catatan telah
ditandai secara jelas dan melewati 2 tahun masa efektif Code of
diidentifikasikan sebagai milik Conduct dan telah ditentukan titik
pemerintah dan diberikan kewenangan fokus nasional.15
untuk melakukan upaya ini.12
3. Upaya-upaya yang Dilakukan (Pasal 7- PENUTUP
10) A. Kesimpulan
Dalam code of conduct ini dijabarkan 1. Pengaturan pembajakan di Laut Lepas
mengenai upaya-upaya yang dapat berdasarkan hukum internasional yakni
dilakukan oleh para para partisipan, berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB
yaitu menurunkan petugas yang 1982. Konvensi Jenewa juga senada dengan
ditempatkan (embarked officers) yang Pasal 105 UNCLOS yang menyatakan Di
bertugas menaiki kapal atau pesawat Laut Lepas, atau di setiap tempat lain di
patrol partisipan lain dalam rangka luar yurisdiksi Negara manapun setiap
operasi (Pasal 7); koordinasi dan Negara dapat menyita suatu kapal atau
pembagian informasi yang dilakukan pesawat udara pembajakan atau suatu
oleh titik kontak dan dilakukan dengan kapal atau pesawat udara yang telah
komunikasi yang efektif (Pasal 8); diambil oleh pembajakan dan berada di
pelaporan insiden yang kemudian bawah pengendalian pembajakan dan
disebarkan kepada partisipan yang menangkap orang-orang yang menyita
dilakukan oleh pusat informasi (Pasal barang yang ada di kapal.
9); dan pemberian bantuan terhadap 2. Upaya-upaya dalam Menangani
sesama partisipan (Pasal 10).13 Permasalahan Pembajakan Di laut Lepas
4. Peninjauan Kembali dari Legislasi yaitu melakukan kerjasama internasional
Nasional Pasal 11 (Pasal 11) maupun regional, melalui penerapan
Dalam rangka peradilan, penjatuhan system penggunaan dan perlindungan
hukuman dan pelaksanaan hukuman kapal yang memadai, melalui perbaikan
bagi mereka yang terlibat dalam komprehensif di negara Somalia yang
pembajakan di laut dan perampokan merupakan salah satu solusi jangka panjang
bersenjata terhadap kapal dan untuk dalam permasalahan pembajakan laut
memfasilitasi ekstradisi atau lepas, dan melalui perubahan atau
penyerahan untuk dilakukan peradilan peninjauan ulang (revisi) terhadap hukum
tidak dapat dilakukan, maka tiap internasional yang berlaku saat ini.
partisipan dimaksudkan untuk Perubahan atau peninjauan ulang (revisi)
meninjau kembali legislasi nasionalnya dapat dilakukan dengan cara memperluas
dengan tujuan memastikan bahwa yurisdiksi internasional dengan protokol
terdapat hukum nasional yang tambahan, menambah protokol dalam
mengkriminalisasikan pembajakan di United Nations Convention On Law of the
laut dan perampokan bersenjata Sea (UNCLOS 1982) mengenai mekanisme
untuk mengadili para perompak,
11
Ibid., Pasal 5 ayat (2) dan (3).
12 14
Ibid., Pasal 6 ayat (1). Ibid., Pasal 11.
13 15
Ibid., Pasal 7-10. Ibid., Pasal 15 ayat (1) jo Pasal 13.
9
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
amandemen UNCLOS 1982 melalui Bradford Alfred S., Flying the Black Flag - A Brief
ketentuan pasal 311 menambahkan History of Piracy, Connecticut: Praeger,
pembajakan di laut sebagai salah satu Westport, 2007.
tindak pidana yang dapat diadili dalam Chalk Peter, Grey Area Phenomena in South
Mahkamah Pidana Internasional atau East Asia: Piracy, Drug Trafficking and
International Criminal Court (ICC) dan Terrorism, Strategic and Defense
membentuk pengadilan khusus yang Studies Centre Research School of
menangani pembajakan di laut. Pacific and Asians Studies, ANU,
Canberra, 1997.
B. Saran Churchill R.R.and A.V. Lowe, The Law of the
1. Perlu adanya kepastian hukum terlebih Sea, Manchester University Press,
dahulu dari pemerintah untuk mewujudkan Manchester, 1999.
stabilitas keamanan dalam negerinya, serta Dam Syamsumar, Politik kelautan, Penerbit
pembangunan dan sistem peradilan pidana Bumi Aksara, Jakarta, 2010.
yang efektif di negara ini terutama yang Djalal Hasyim, Perjuangan Indonesia di Bidang
berkaitan dengan kejahatan pelayaran yang Hukum Laut, Penerbit BPHN dan
berupa pembajakan dan perompakan di Binacipta.
laut. Elleman Bruce A., Andrew Forbes and David
2. Perlu dibentuk sebuah peradilan/tribunal Rosenberg, Piracy and Maritime Crime,
internasional yang khusus mengadili para Naval War College Press, Rhode Island,
pelaku tindak kejahatan di Laut Lepas dan Newport, 2010.
bagi negara-negara maju dan memiliki Hamzah Andi, KUHP dan KUHAP, Cetakan ke-
persenjataan yang canggih, hendaknya 12, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
bersatu untuk melawan kejahatan Krisnawati Eka, Tindak Pidana Perompakan
pelayaran tersebut mengingat tindakan ini Kapak di Selat Malaka, USU, Medan,
sangat mengganggu keamanan pelayaran 2007.
internasional. Kusumaatmadja Mochtar dan Etty R. Agoe,
Perlu adanya tekanan dan ancaman yang Pengantar Hukum Internasional,
keras dari organisasi-organisasi Penerbit Alumni, Bandung, 2003.
internasional terutama PBB dalam Kusumaatmadja Mochtar, Hukum Laut
pemberantasan pembajakan di Laut Lepas Internasional, Binacipta, Bandung,
tersebut, serta memboikot penyaluran 1978.
peralatan senjata bagi para pelaku Lazarus, Pokok-pokok Hukum Laut
kejahatan pembajakan di Laut Lepas. Internasional. Penerbit Pusat Studi
Hukum Laut, Semarang, 2005.
DAFTAR PUSTAKA Louis Henkin, International Law, Cases and
Buku Materials, American Casebook Series,
Anderson David, Somali Piracy Historical ST. Paul Minn, West Publishing Co, USA,
Context and Political Contingency, 1980.
1997. Mauna Boer, Hukum Internasional: Pengertian,
Ariadno Melda Kamil, Hukum Internasional Peranan, Dan Fungsi Dalam Era
Hukum Yang Hidup, Penerbit Diadit Dinamika Global, PT. Alumni, Bandung,
Media, Jakarta, 2007. 2005.
Bantekas Ilias and Susan Nash, International Murphy Martin, “Piracy and UNCLOS: Does
Criminal Law, Cavendish ublishing, International Law Help Regional States
London, 2003. Combat Piracy,” dari Peter Lehr.
Bento Lucas, “Toward and International Law of Ong-Webb Graham Gerard, “Piracy in Maritime
Piracy Sui Generis: How the Dual Asia: Current Trends” dalam Peter Lehr.
Nature of Maritime Piracy Law Enables Radjab Mochammad, Hukum Bangsa-Bangsa
Piracy to Flourish”, Berkeley Journal of (terjemahan), Penerbit Bhratara,
International Law, Vol. 29:2, 2011. Jakarta, 1993.
10
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 6/Jun/2019
11