Anda di halaman 1dari 4

NAMA :MOCHAMAD FARIS ACQUARRI

NPM : 201000191

KELAS : F

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM INTERNASIONAL

1). Upaya penerapan penegakan yuridiksi teritorial yang dapat dilakukan Indonesia dalam menjaga
gangguan pihak asing adalah melakukan pengawasan secara komprehensif di wilayah perbatasan
kawasan regional, serta menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
melakukan pengamanan terpadu dan pengembangan secara sinergis di pulau-pulau terluar
Indonesia.

Contoh kasus : Kapal Ikan (KII/KIA) yang menggunakan alat tangkap trawl di Maritime Unresolved
Area Selat Malaka dapat menjadi yurisdiksi Negara Indonesia maupun Malaysia

➢ Upaya penerapan penegakan yuridiksi khusus bagi kapal laut Penegakan terhadap perompakan di
laut lepas atau di pesawat udara dapat dilakukan berdasarkan yurisdiksi universal dengan melalui
mekanisme hukum internasional, karena disamping perompakan termasuk kejahatan internasional
yang diakui menurut jus cogens, terdapat aturan internasional yang mengatur kejahatan
perompakan yaitu convention on the high Seas 1958; United Nations convention on the Law of the
Sea 1982; convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime
Navigation 1988; Resolusi DK PBB, International Maritime Organization (IMO), International
Maritime Bureau (IMB)

Contoh kasus : Peristiwa pembajakan di laut yang dilakukan oleh perompak Somalia dalam kawasan
Teluk Aden telah menyita perhatian dunia karena semakin meningkatnya jumlah kejahatan ini dalam
kawasan tersebut, sehingga telah dianggap mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Dalam rangka melawan kejahatan pembajakan di laut dalam kawasan ini, Dewan Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi-resolusinya yang berisi berbagai upaya dalam rangka
menanggulangi dan mengadili pembajakan di laut, sehingga jumlahnya dapat ditekan secara
signifikan. Salah satu upayanya adalah memberikan kewenangan yurisdiksi universal bagi negara-
negara asing untuk memasuki perairan Somalia untuk melakukan upaya menekan praktik
pembajakan di laut dalam kawasan Teluk Aden.

➢ Upaya penerapan penegakan yuridiksi universal yaitu mengadili pelaku kejahatan internasional
yang dilakukan dimanapun tanpa memperhatikan kebangsaan pelaku maupun korban. Menurut
Amnesti Internasional: yurisdiksi dimana pengadilan nasional dimana pun pengadilan nasional dapat
menginvestigasi, menuntut seseorang yang dituduh melakukan kejahatan tanpa memperhatikan
nasionalitas pelaku, korban maupun hubungan lain dengan Negara dimana pengadilan itu berada.

Contoh kasus :

1. Perdana Menteri Ariel Sharon dituduh terlibat dalam pembantaian Sabra dan Shatila tahun 1982
di Lebanon yang dilakukan oleh milisi Kristen

2. Israel melaporkan Yasser Arafat karena dianggap telah melakukan terorisme.

3. Pada tahun 2003, korban pengeboman Baghdad selama Perang Teluk tahun 1991 menuntut
George H.W. Bush, Colin Powell dan Dick Cheney
➢ Upaya penerapan penegakan yuridiksi hukum pidana Nasionalitas aktif yaitu sangat penting bagi
suatu Negara untuk membuat aturan tegas siapa yang berhak mendapatkan kewarganegraan di
negaranya.

Contoh kasus : TKI yang membunuh majikannya di Arab Saudi karena pelaku memiliki
kewarganegaraan ganda.

➢ Upaya penerapan penegakan yuridiksi hukum pidana Nasionalitas pasif yaitu Negara memiliki
yurisdiksi terhadap warganya yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan orang asing di luar
negri.

Contoh kasus : Philip (warga Filipina) yang membunuh Soni (WN Indonesia) di Thailand

2). Kasus Rohingya dan tanggung jawab Negara dalam penegakan HAM

Dugaan terjadinya pelanggaran HAM terhadap suku Rohingya di Myanmar telah menjadi perhatian
dunia Internasional. Suku Rohingya yang telah tinggal beberapa generasi di bagian wilayah
Myanmar, tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar. Bahkan selain itu, terjadi
pula beberapa gelombang kekerasan yang diindikasikan bertujuan untuk menghilangkan identitas
Rohingya sebagai salah satu suku yang ada di Myanmar. Sebagai sebuah negara berdaulat, Myanmar
memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan hukum terhadap warganya. Penyelesaian kasus
dugaan pelanggaran HAM terhadap wargaRohingya harus segera ditempuh oleh pemerintah
Myanmar guna penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Jika tidak ada langkah-
langkah efektif yang ditempuh oleh pemerintahan Myanmar dalam memberikan perlindungan
terhadap suku Rohingya, maka mekanisme hukum internasional merupakan alternatif yang harus
ditempuh untuk memberikan perlindungan terhadap HAM bagi suku Rohingya.

Menurut Rosalyn Higgins, hukum tentang tanggung jawab negara tidak lain adalah hukum yang
mengatur akuntabilitas (accountability) terhadap suatu pelanggaran hukum internasional. Kata
akuntabilitas diartikannya dalam dua pengertian, yaitu: pertama, negara memiliki keinginan untuk
melaksanakan perbuatan dan/atau kemampuan mental (mental capacity) untuk menyadari apa yang
dilakukannya, dan kedua adanya suatu tanggung jawab (liability) untuk tindakan negara yang
melanggar hukum internasional (international wrongful behavior) dan tanggung jawab tersebut
(liability) harus dilaksanakan.Pertanggungjawaban dapat juga berupa kewajiban memberikan
jawaban yang merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi, dan kewajiban untuk memberikan
pemulihan atas kerugian yang mungkin ditimbulkannya.

Tanggung jawab negara diatur oleh standar-standar internasional (meskipun dalam pelanggaran
khusus suatu standar internasional dapat memasukkan suatu standar nasional), dalam hal itu
bergantung pada hukum internasional mengenai apakah dan sejauh mana tindakan atau kelalaian
dari suatu negara tertentu dianggap sah atau salah. Tanggung jawab negara dapat direalisasikan
dalam bentuk, yaitu :

a)Pemulihan kerugian atau pembayaran ganti rugi (represif), dan

b)Pencegahan timbulnya kerugian (preventif)

3). dalam Kasus Sengketa Nikaragua.

penyelesaiannya : Pada umumnya sengketa antar negara kebanyakan diselesaikan dengan cara
negosiasi karena para pihak sendiri yang memiliki kebebasan untuk mencapai kesepakatan. Namun
negosiasi bukan merupakan satu-satunya penyelesaian sengketa terbaik terutama apabila negara
yang bersengketa tidak memiliki hubungan diplomatik. Hal ini biasanya diatasi dengan keterlibatan
negara ketiga, yaitu melalui good offices dan mediasi, namun kendalanya adalah sulit untuk mencari
negara yang tidak memihak pada salah satu pihak yang bersengketa. Dalam Pasal 1 Piagam PBB
dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari PBB adalah mengadakan tindakan bersama yang tepat untuk
mencegah dan melenyapkan ancaman bagi perdamaian,dan karenanya setiap sengketa hendaknya
diselesaikan dengan jalan damai sesuai dengan prinsip keadilan dan hukum internasional agar tidak
mengganggu perdamaian.

Cara penyelesaian berdasarkan Piagam PBB dijelaskan dalam Pasal 33 ayat (1) yaitu negosiasi,
penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, serta penyelesaian menurut hukum melaui badan atau
pengaturan regional, atau cara damai lainnya yang dipilih sendiri.

Menurut pasal 41 Piagam, Dewan Keamanan PBB dapat menentukan langkah-langkah tanpa
menggunakan kekuatan militer agar keputusannya dapat dijalankan, dan dalam hal ini Dewan
Keamanan juga dapat menyerukan kepada semua anggota PBB untuk menentukan langkah-langkah,
antara lain; pemutusan hubungan ekonomi, komunikasi udara, laut, kereta api, radio dan komunikasi
lainnya baik sebagian maupun seluruhnya serta pemutusan hubungan diplomatik. Selanjutnya
apabila sanksi yang diberikan dirasakan masih belum memadai, tidak efektif ataupun masih tidak
ditaati, maka Dewan Keamanan dapat mengambiltindalan militer baik melalui darat, laut dan udara
jika dipandang perlu demi terpeliharanya serta pulihnya perdamaian dan keamanan internasional.
Tindakan tersebut dapat berupa demonstrasi, blokade dan operasi militer baik melalui udara, laut,
dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sebagimana ditentukan dalam Pasal 42
Piagam yaitu: “Should the Security Council consider that measures provided for in Article 41would
be inadequate or have proved to be inadequate, it may take such action by air, sea, orland forces as
may be necessary to maintain or restore international peace and security. Such action may include
demonstrations, blockade, and other operations by air, sea, or landforces of Members of the United
Nations”

Dalam Pasal 42 menentukan bila usaha yang didasarkan pasal 41 tidak mencukupi, maka Dewan
Keamanan PBB dapat mengambil tindakan dengan mempergunakan angkatan darat, laut, udara
yang mungkin diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan Internasional. Hal ini bertujuan
untuk menunjukan power of enforcement dari Dewan Keamanan kepada negara–negara yang
terlibat sengketainternasional untuk mentaati resolusi Dewan Keamanan PBB demi terjaganya
keamanan dan perdamaian internasional.

4).kedaulatan negara di ruang udara, pemerintah menurut Pasal 6 undang-undang ini berperan
melaksanakan kedaulatan negara dalam bentuk wewenang dan tanggung jawab terkait pengaturan
ruang udara untuk kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan keamanan
negara, sosial budaya, serta lingkungan udara. Bentuk kedaulatan negara di bidang pertahanan dan
keamanan negara dilakukan melalui pertama, kewenangan pemerintah menetapkan kawasan udara
terlarang dan terbatas, dan kedua, pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing dilarang
terbang melalui kawasan udara terlarang. Larangan tersebut harus bersifat permanen dan
menyeluruh.

Contoh :

Pesawat asing melintasi wilayah udara indonesia tanpa izin akan terkena sanksi terhadap pihak
pesawat asing itu lalu ditindaklanjuti oleh TNI-AU
5).Satelit merupakan suatu benda yang beredar di ruang antariksa dan mengelilingi bumi, berfungsi
sebagai stasiun radio yang menerima, memproses dan memancarkan kembali sinyal komunikasi
radio. Indonesia menjadi Negara ketiga di dunia yang mengoperasikan Sistem Komunikasi Satelit
Domestik (SKSD). Beberapa satelit Indonesia yang telah diluncurkan, saat ini berada dalam kondisi
yang tidak berfungsi. Satelit yang tidak berfungsi merupakan kontributor sampah antariksa yang
keberadaannya di orbit bumi cukup berbahaya. perkembangan dan kondisi satelit Indonesia selama
37 tahun terakhir untuk mendapatkan gambaran mengenai status satelit Indonesia sebagai
penyumbang sampah antariksa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dari 18 satelit
Indonesia yang diluncurkan, terdapat tiga buah satelit yang gagal dioperasikan. Selain itu, terdapat
beberapa satelit yang telah mencapai akhir masa operasinya. Lalu seharusnya satelit yang tidak
berfungsi lagi harus dipindahkan agar tidak mengganggu satelit lainnya yang masih berfungsi

Anda mungkin juga menyukai