Anda di halaman 1dari 19

TINJUAN YURIDIS TERHADAP TERHADAP TINDAKAN

IILEGAL FISHING OLEH KAPAL NEGARA ASING DI


WILAYAH INDONESIA

PROPOSAL

Regita Tatia Zalzabila


NIM.11920721532

PROGRAM S1
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2023M/1444H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketentuan-ketentuan hukum internasional yang mengatur tentang

kedaulatan negara atas wilayah laut merupakan salah satu ketentuan penting

konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum laut 1982.00Laut

adakalanya merupakan batas suatu negara dengan negara lain dengan titik

batas yang ditentukan melalui ekstradisi bilateral maupun multilateral yang

berarti pula merupakan batas kekuasaan suatu negara, sejauh garis terluar

batas wilayahnya. Dalam perkembangan hukum internasional, batas

kekuasaan yang merupakan batas wilayah suatu negara sangat dipegang erat,

pelanggaran terhadap wilayah suatu negara dapat berakibat fatal bahkan dapat

menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

berakibat perperangan. Dengan batas wilayah dituntut hubungan yang baik

bagi setiap negara dan perjanjian-perjanjian yang diciptakan perlu ditaati agar

tidak merugikan kepentingan negara lain.

Hukum Laut pada pokoknya hanya mengurus kegiatan kegiatan di atas

permukaan laut, tetapi dewasa ini diperhatikan juga telah diarahkan pada

dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung didalamnya.00Dorongan

negara-negara berkembang yang berpantai untuk dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat telah diwujudkan oleh negara-negra tersebut dalam berbagai

pernyataan sepihak baik dalam bentuk pelebaran laut wilayah maupun dalam

bentuk penguasaan zona-zona laut lainnya. Demikianlah konsepsi zona

1
ekonomi eksklusif merupakan manifestasi dari usaha-usaha negara-negara

pantai untuk melakukan pengawasan dan penguasan terhadap segala macam

sumber-sumber kekayaan yang terdapat di zona laut yang terletak di luar dan

berbatasan dengan laut wilayahnya.00 Negara pantai dan negara kepulauan

mempunyai kedaulatas atas perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut

teritorial, serta ruang udara diatasnya, dasar laut dan dasar tanah dibawahnya,

dan sumber alam yang terkandung didalamnya. Selain memiliki kedaulatan

atas perairan nasional, negara pantai juga mempunyai hak-hak berdaulat atas

zona ekonomi eksklusif sebagaimana diatur dalam Bab V Konvensi PBB

tentang Hukum Laut 1982. Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Hukum

Laut 1982 menjamin negara-negara lain untuk menikmati kebebasan berlayar

di zona ekonomi eksklusif, terbang diatasnya dan memasang kabel serta

saluran-saluran pipa di bawah permukaan laut.

Ketentuan Bab V konvensi Hukum Laut 1982 juga mengatur secara

khusus tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan yang

terkandung dalam zona maritim tersebut. Dari segi hukum Laut Internasional,

masalah pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan sumber daya ikan ini

telah melahirkan suatu kajian hukum perikanan internasional. Hukum

perikanan Internasional adalah keseluruhan kaidah atas hukum yang

mengatur hubungan hukum dan aktivitas yang dilakukan oleh negara dan

masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya ikan laut. Ketentuan-ketentuan

Hukum Internasional penting yang berkaitan dengan hukum perikanan in

bersumber pada konvensi Hukum Laut 1982.00

2
Tahun 2009 yang lalu negara RI menandatangani Agreement on Port

State Measures to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported and

Unregulated Fishing (perjanjian PMS), Indonesia bersama 9 (sembilan)

anggota FAO (organisasi untuk pagan dan pertanian PBB) menjadi pionis

dalam menembus kekosongan hukum internasional terkait pemberantasan

penangkapan ikan secara iegal. Food and Agriculture Organization (FAO)

pada tahun 2001 merumuskan satu panduan khusus untuk mengatasi kegiatan

IUU-fishing di samudra dunia. Panduan tersebut diberi nama "International

Plan of Action to Prevent, Determine and Eliminate IUU-fishing (IPOA-IUU-

fishing)"

Peraturan yang menjadi dasar hukum perikanan tampakya tidak cukup

hanya membahas tentangUU Perikanan saja, akan tetapi perlu pula membahas

tentang undang-undang lain yang berkaitan dengan bidang perikanan karena.

Selanjutnya dalam Pasal 73 ayat (2) ditetapkan bahwa apabila suatu kapal

perikanan asing ditahan, negara bendera kapal harus segera diberitahukan dan

kapal serta nakhodanya juga harus segera dibebaskan dengan pembayaran

jaminan ganti rug yang wajar.

Dari latar belakang masalah ini ditemukan beberapa permasalahan

terutama mengenai ketentuan hukum tentang ilegal fishing di Internasional

maupun nasional terhadap pelaku maupun penerapan sanksinya. Berdasarkan

uraian permasalahan diatas maka penulis termotivasi untuk mengkaji dan

mendalami tentang TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAKAN

ILLEGAL FISHING OLEH KAPAL NEGARA ASING DI WILAYAH

3
INDONESIA

B. Batasan Masalah

Untuk membatasi agar penulisan dapat terarah dan tidak

menyimpang dari permasalahan yang akan dibahas, sehingga tujuan

penelitian dapat tercapai dalam waktu yang singkat dan terkontrol dengan

baik, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada permasalahan

terutama mengenai ketentuan hukum tentang ilegal fishing di Internasional

maupun nasional terhadap pelaku maupun penerapan sanksinya.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana ketentuan legal fishing menurut Hukum Internasional ?

2. Bagaimana ketentuan pemberian sanksi kepada pelaku llegal Fishing di

Indonesia menurut Hukum Internasional?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui ketentuan Illegal fishing menurut Hukum

Internasional.

b. Untuk mengetahui Bagaimana ketentuan pemberian sanksi

mepada pelaku Iilegal Fishing di Indonesia menurut Hukum

4
Internasional.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam dunia pendidikan khusus nya untuk

Program Studi Ilmu hukum selanjutnya.

b. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu acuan untuk

penulis selanjutnya.

Manfaat Praktis

a. Penelitian ini untuk melengkapi tugas akhir dan salah satu

menjadi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Sultan

Syarif Kasim Riau.

b. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk

peneliti selanjutnya dalam meneliti dan mengkaji

mengenai Bagaimana Tinjuan yuridis terhadap Iilegal

Fishing di wilayah Indonesia.

A. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat uraian tentang:

a. Latar belakang Masalah


b. Batasan Masalah

5
c. Rumusan Masalah
d. Tujuan dan Manfaat Penelitian
e. Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab Ini memuat uraian tentang:

a. Iilegal Fishing

b. Kapal Asing

c. Penegakan Hukum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat uraian tentang:

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian

b. Sumbar Bahan Hukum

c. Teknik Pengumpulan Data

d. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penenlitian dan pembahasan pada bab ini penulis akan memaparkan

dan membahas hasil sesuai dengan rumusan masalah yang berkaitan

tindakan Iilegal Fishing oleh kapal asing di wilayah indonesia.

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran.

DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Ilegal Fishing

Pengertian illegal fishing dalam peraturan perundang-undangan yang

ada tidak secara eksplisit didefinisikan dengan tegas. Namun, terminologi

illegal fishing dapat dilihat dari pengertian secara harfiah yaitu dari bahasa

Inggris. Dalam The Contemporary English Indonesian Dictionary, illegal

artinya tidak sah, dilarang atau bertentangan dengan hukum. Fish artinya

ikan atau daging ikan dan fishing artinya penangkapan ikan sebagai mata

pencaharian atau tempat menangkap ikan.

Berdasarkan pengertian secara harfiah tersebut dapat dikatakan

bahwa illegal fishing menurut bahasa berarti menangkap ikan atau kegiatan

perikanan yang dilakukan secara tidak sah. Maka dapat disimpulkan illegal

fishing adalah memakai Surat Izin Penangkapan Ikan (selanjutnya disingkat

SIPI) palsu, tidak dilengkapi dengan SIPI, isi dokumen izin tidak sesuai

dengan kapal dan jenis alat tangkapnya, menangkap ikan dengan jenis dan

ukuran yang dilarang.

Ilegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh

nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik

penangkapan bertanggung jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall

praktek dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan

kegiatan pelanggaran hukum.

Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bai sumberdaya

7
perairan yang ada. Kegiatan in semata-mata hanya akan memberikan

dampak yang kurang baik bagi ekosistem perairan akan tetapi memberikan

keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan panangkapan yang

dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang

dilakukan ole nelayan khususnya nelayan tradisional. Untuk menangkap

sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak digolongkan kedalam

kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-

mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak

berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya

dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam

kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak

ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman. penangkapan

dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada

daerah yang karang.00

B. Kapal Asing

1. Pengertian Kapal Asing

Kapal adalah semua alat pelayaran dengan nama atau sifat apapun

juga. Dalam mempelajari status hukum kapal-kapal yang belayar dilaut,

sebaiknya terlebih dahulu di bedakan antara kapal-kapal publik dan kapal-

kapal swasta. Di laut lepas, status ini didasarkan atas prinsip tunduknya kapal-

kapal pada wewenang eksklusif negara bendera. Ini berati bahwa tiap-tiap

kapal harus mempunyai kebangsaan suatu negara, yang merupakan syarat

agar kapal-kapal itu dapat memakai bendera negara tersebut. Menurut Pasal 1

angka 36 Undang-Undang Tentang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008

menyatakan kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,

yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik

8
atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan

di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak

berpindah-pindah. Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian,

kapal adalah kendaraan pengankut Penumpang dan barang di laut (sungai

dan sebagainya).00

C. Zona Ekonomi Eklusif

Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis

dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai

hak atas kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan

hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan

penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang

mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang

berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara

pantai atas lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.

Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dengan bentangan wilayahnya yang

2/3 merupakan wilayah lautan. Di peta dunia, kepulauan Indonesia tampak sangat

strategis. Secara keseluruhan pulau-pulau Indonesia berjumlah 13.667. pulau

besar keci, yaiut 6.044 pulau sudah diberi nama, sedangkan 7.623 pulau berlum

diberi nama.' Hal in merupakan kondisi yang sangat mendukung dan menunjang

seluruh potensi bahari bangsa Indonesia dalam mengupayakannya. Dengan

direalisasinya wilayah ZEEI sejauh 200 mil laut.00

D. Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi

9
penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau

berfungsinya norma- norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku

dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara.Penegakan hukum merupakan usaha untuk

mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat

menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang

melibatkan banyak hal. Penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum,

ketertiban dan perlindungan hukum pada era mordenisasi dan globalisasi saat

ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu

menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil

yang didasarkan oleh nilai-nilai actual di dalam masyarakat beradab. Sebagai

proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam

rangka mencapai tujuan adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum.1

E. Penelitian Terdahulu

a. Skripsi yang berjudul : Penegakan hukum tindak pidana Iilegal Fishing

pada tahun 2016 disusun oleh Nugraha perbedan penelitian ini dengan

penelitian penulis adalah penelitian Nugraha membahas tentang

penegakan hukum Iilegal Fishing sesangakn penelitian penulis TInjuan

yuridis baik Indonesia dan Internasional terhadap Iilegal Fishing di

indonesia

b. Skripsi yang berjudul : Dampak Iilegal Fishing kepada

nelayan di kecamatan liukang tengaya oleh Abdul Rahman


1
ellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, 1988, Jakarta,h.32.

10
tahun 2016 tujuan penelitian ini mengambarkan dampak

Iilegal fishong di masyarakat penelitian ini lebih berfokus

dampak ekonomi di masyarakat akibat Iilehal Fishing.

c. Sripsi yang berjudul : Tindak pidana Ilegal Fishing dengan bahan kimia

oleh Wandi Haposan Sinurat 2019 penelitian ini lebih berfokus kepada

bangaimana hukum terhadap tindak pidana Ilegal Fishing dengan bangan

kimia di perairan Belawan.

BAB III

METODE PEENELITIAN

11
A. Jenis dan sifat Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian

hukum normatif.Penelitian hukum normatif merupakan penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data

sekunder belaka.Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum

yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,seperti

rancangan undaang-undang,hasil-hasil penelitian,hasil karya dalam

kalangan hukum , dan seterusnya. Penelitian hukum normatif atau

kepustakaan mencakup :

Menurut soerjono soekanto ada 3 macam cakupan penelitian hukum

normatif:

1. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

2. Penelitian terhadap sistematik hukum.

3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal.

Yang menjadi titik titik tolak dari penelitian ini terletak pada penilaian

terhadap taraf sinkronisasi hukum,maka yang dinilai adalah sejauh manakah

hukum tertulis yang ada serasi secara vertikal atau secara hierarki peraturan

perundang-undangan.

Yang menjadi titik titik tolak dari penelitian ini terletak pada

penilaian terhadap taraf sinkronisasi hukum,maka yang dinilai adalah

sejauh manakah hukum tertulis yang ada serasi secara vertikal atau

12
secara hierarki peraturan perundang-undangan.

B. Sumber Bahan Hukum

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder

secara keseluruhannya, yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu sumber data yang mengikat dalam hal

ini adalah bahan hukum yang besifat autoritatif,yaitu mempunyai

otoritas,beberapa bahan hukum primer

b. Bahan hukum sekunder, bahan yang memberikan penjelasan

terhadap data primer, yaitu buku-buku literatur yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap data primer dan skunder, dalam

penelitian ini adalah kamus hukum

C. Teknik Pengumpulan Data.

1. Studi pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumulan data dengan

mengumpulan data melalui buku- buku, literatur-literatur, jurnal.

Peraturan perundang-undangan, dokumun, atau hhasil penelitian

yang selaras dengan suatu tema yang diangkta oleh peneliti.

Dengan melakukan studi pustaka ini peneliti dapat memanfaatkan

semua pemikiran-pemikiran yagn relefan. Studi pustaka atau

13
kepustakaan dpat diartikan sebagai serangkaian kegiataan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Studi pustaka

yaitu pengumpulan data sekunder.

Penulis mengumpulkan data sekunder yang ada hubungnay

dengan masalah yang akan diteliti. Selanjutnya data yang

diperoleh kemudian dipelajari, dikelarifikasikan, dan selanjutnya

dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tujuan dan permasalahan

penelitian. Penulis mengumpulkan data sekunder dari peraturan

perundang-undangnan, buku-buku, karangan ilmiah, serta

pengumpulan data melalui media internet. Metode pegumpulan

data ini berguna untuk mendapatkan landasan teori yang berupa

pendapat para ahli mengenai hal yang menjadi obyek penelitian

seperti peraturan perundangan yang berlaku dan brekaitan

dengan hal-hal yang perlu diteliti.

D. Teknik Analisis Data.

Dalam penelitian hukum normatif, analisis bahan hukumnya

dilakukan dengan cara mensistematika terhadap bahan-bahan hukum

tertulis, yang kemudian dianalisis secara deskriptif terhadap bahan

hukum yang diperoleh, selanjutnya dilakukan pembahasan,

pemeriksaan dan pengklarifikasian ke dalam bagian-bagian tertentu

untuk diolah menjadi informasi. Hasil dari analisis bahan hukum

14
tersebut kemudian diinterpretasikan meggunakan metode interpetasi

sistematis, dramatikal, dan teleologis.

DAFTAR PUSTKA

Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2019)

Budi Gunawan, Barito Mulyo Ratmono, Kebohongan Di Dunia Maya,


Gramedia, Jakarta,

Claire P, Monks, dan lain coyne, Bullying in Different Context, New York:
Cambridge

15
Krisna Harahap. HAM dan Upaya Penegakannya di Indonesia.
Grafiti, Bandung,2003

Mustari Muhammad dan M. Rahman Taufiq, Pengantar Metode Penelitian,


(Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2012)

Rulli, Nasrullah, Media Sosial, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015.

Claire P, Monks, dan lain coyne, Bullying in Different Context, New York:
Cambridge
Samah Abu, Kajian-kajian dan Praktek dalam Penelitian Hukum, (Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau: 2019)

Soekanto Soerjono, 2013, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum, Penerbit. PT. RajaGrafindo Persada Jakarta.2013

Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2019)

A. Jurnal
Zulkarnain,”Ujaran Kebencian di masyarakatdalam kajian teologi”.

Volume 03., No.1,2020

Chandra Oktiawan,”Yuridis Tindak Pidana Ujaran Kebencian

C. Peraturan Perundang-Undangan
UU No.11 Tahun 2008 pasal 27 ayat (3)tentang Informasi dan Transaksi

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 28 Ayat 1 Dan 2,

Tentang Infotmasi Dan Transaksi Elektronik

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Undang-Undang R.I. Tentang

Pornografi dan Informasi dan Data Transaksi Elektronik, Pustaka

Mahardika: Yogyakarta, 2011

16
D. Website

Ilyas, Moh., "Wajah Ganda

MediaSosial",https://www.telegram.co.id/published/2017/01/08/catatan

-moh-ilyas-wajah-ganda-media-sosial/, diakses tanggal 08 Desember

2022

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

17
BAB V
PENUTUP

18

Anda mungkin juga menyukai