Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM PERDATA

“ Perjanjian Jual Beli ”


Dosen Pengampu : SUARLAN, SH, M,H
Mata Kuliah : HUKUM PERDATA

Di Susun Oleh :
Nuhra Lala Aulia
D10121372

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2021/2022
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas
kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Perjanjian
Jual Beli Barang.” Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum
Perdata
Dalam makalah ini membahas tentang “Perjanjian Jual Beli Barang” Selanjutnya saya sampaikan
terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi saya dan khususnya pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan
dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Palu,17 April 2022


Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Perjanjian …………………………………………………………………………...
B. Pengertian jual beli ……………………………………………………………………………...
C. Syarat-Syarat Sahnya Jual Beli …………………………………………………………………
D. Pasal Yang Mengatur Tentang Jual Beli ………………………………………………………..
Bab III Penutup
Kesimpulan
Bab I
Pembahasan

A. Latar Belakang

Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu
kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa disebut dengan
perikatan. Perjanjian merupakan suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua
pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal,
sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. Suatu perjanjian adalah semata-mata suatu
persetujuan yang diakui olehhukum. Persetujuan ini merupakan kepentingan yang pokok
dalamdunia usaha, dan menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang, seperti jual beli barang,
tanah pemberian kredit, asuransi, pengangkutan barang, pembentukan organisasi usaha, dan
sebegitu jauh menyangkut juga tenaga kerja .Sedangkan pengertian perjanjian dalam Pasal 1313
KUHPerdata adalah “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Dalam hukum perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak


merupakan kebebasan para pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian untuk dapat menyusun dan
menyetujui klausul-klausul dari perjanjian tersebut, tanpa campur tangan pihak lain. Suatu
perjanjianpadaakhirnya akan menimbulkan sebuah perikatan. Perikatan atau verbintenis
adalahhubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan harta kekayaan, dimanapihak yang
satu berhak atas suatu prestasi, dan pihak lain berkewajiban memenuhi prestasi itu.

Dalam KUH Perdata pada pasal 1313 menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan di
mana satu orangataulebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
Perkembanganperjanjian dari masa ke masa menuntut di butuhkannya perjanjian-
perjanjianbarudiluar KUH Perdata itu sendiri
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian


2. Pengertian jual beli
3. Apa saja syarat-syarat sahnya jual beli barang
4. Pasal yang mengatur tentang jual beli
Bab II
Pembahasan

1. Pengertian Jual Beli

Jual beli adalah kegiatan perdagangan yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Aktivitas
perniagaan sendiri sudah sejak lama menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia.
Mulai dari saling menukar barang dengan cara barter hingga menggunakan alat tukar berupa
uang dengan berbagai cara seperti sekarang.

Oleh karena itu memahami hukum jual beli dinilai sangat penting, sebab banyak persoalan yang
harus diperhatikan. Misalnya, mempelajari syarat sahnya transaksi jual beli, jenis jual beli yang
dilarang, dan lain sebagainya.

Dari segi kebahasaan jual beli diartikan dengan tukar menukar, baik penukaran sesama barang,
sesama uang, ataupun barang dengan uang. Namun objek tukar menukar dalam jual beli terbatas
pada benda, sebab penyewaan dan pernikahan yang objeknya fasilitas serta kenikmatan
merupakan persoalan lain yang berbeda. Jika diperhatikan istilah jual beli merupakan gabungan
dari dua kata yang saling berlawanan. Hal ini disebabkan kegiatan berniaga hanya bisa terlaksana
jika ada penjual dan juga pembeli. Penjual merupakan pihak yang mempunyai barang untuk
ditawarkan. Sementara pembeli merupakan pihak yang membayar barang tersebut. Jika terdapat
salah satu pihak yang tiada, tentu jual beli mustahil bisa terjadi

Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang bersifat konsensuil. Maksudnya adalah
perjanjian lahir ketika kedua belah pihak mencapai kata sepakat mengenai barang dan harga,
meskipun barang belum diserahkan dan harga belum dibayarkan l(pasal 1458 KUHPerdata).
Namun dilihat dari sisi hukum nasional.

Perjanjian jual beli adalah sebuah pernyataan atau persetujuan (agreement) antara dua pihak
mengenai transaksi jual beli. Pihak pertama mengikatkan dirinya di hadapan hukum untuk
menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
2. Syarat-Syarat Sah Jual Beli

Jual beli dapat dikatakan sah apabila memenuhi beberapa persyaratan berikut: Pembeli dan
penjual sebagai pelaku utama kegiatan wajib berakal sehat dan memiliki kemampuan untuk
bertransaksi. Sehingga apabila transaksi dilaksanakan oleh anak kecil serta penderita kesehatan
jiwa maka tentu tidak sah.

Barang yang diperjualbelikan selaku objek aktivitas niaga hendaknya merupakan barang yang
bermanfaat, mampu diserahterimakan, serta milik penuh sang penjual. Atas dasar tersebut dapat
dipahami bahwa transaksi tentu tidak sah apabila dengan barang yang penuh keburukan.

Selain itu tidak sah juga apabila barang lain yang bukan sepenuhnya milik penjual seperti barang
pinjaman, barang milik orang lain, ataupun barang sewa diperjual belikan. Sebuah perjanjian
bisa dianggap sah apabila memenuhi beberapa kriteria yang sudah ditentukan. Syarat dan
ketentuan tersebut biasanya akan melibatkan banyak hal mulai dari saksi, dua pihak yang sudah
setuju dan lain-lain. Berikut syarat sah sebuah perjanjian :

A. Kata sepakat dari dua pihak yang bertransaksi

Di dalam transaksi jual beli harus ada consent atau kata sepakat dari pihak pembeli dan penjual.
Hal ini menjadi fondasi dasar terjadinya sebuah transaksi. Di dalam jual beli properti, proses
kesepakatan juga memerlukan kata setuju dari pihak klien dan penjual, barulah sebuah jual beli
dianggap sah. Di dalam transaksi jual beli, kesepakatan jual beli diejawantahkan dalam surat
yang ditandatangani dengan materai.

B. Kondisi sadar dan tidak ada paksaan

Proses transaksi jual beli tidak boleh ada unsur paksaan. Seorang pembeli harus sadar dan ingin
melakukan transaksi tanpa ada paksaan dari pihak lain. Artinya transaksi jual beli membutuhkan
kondisi sehat secara mental dari kedua belah pihak. Tidak boleh ada tipu daya dan manipulasi di
dalam transaksi tersebut.

C. Memenuhi syarat usia


Seseorang sudah dianggap dewasa ketika sudah memiliki kartu identitas seperti KTP atau SIM.
Dokumen tersebut menandakan seseorang sudah cukup logis dan dewasa untuk memutuskan
barang apa yang akan mereka beli. Dalam syarat sah perjanjian, dua pihak yang bertransaksi
harus sudah berada pada usia dewasa sehingga keputusan yang dibuat sudah rasional.

D. Ada barang atau jasa yang dijual

Jual beli yang sah tentu memerlukan barang. Barang di sini bisa berwujud fisik atau digital.
Barang yang berwujud fisik seperti cat tembok, bata, rumah, sebidang tanah dan mobil. Untuk
barang digital bisa berupa saham, pulsa listrik, voucher internet dan voucher listrik prabayar. Di
lain sisi, untuk jasa pun harus jelas misalnya jasa pijat, membersihkan rumah, jasa antar jemput
dan lain sebagainya.

E. Biaya yang dibayarkan sesuai kesepakatan

Dua pihak yang terlibat harus setuju dengan nominal harga yang ditetapkan untuk membayar
produk dan jasa tersebut. Umumnya, akan terjadi proses negosiasi atau tawar-menawar harga di
dalam transaksi jual beli. Namun, hasil akhir tawar-menawar pun perlu konfirmasi persetujuan
dari pihak yang terlibat.

Jual beli dianggap telah terjadi ketika para pihak telah mencapai kata sepakat tentang kebendaan
tersebut dan harganya, meskipun kebendaan tersebut belum diserahkan, seperti jual beli piano
yang dilakukan antara si penjual dan pembeli, dimana para pihak telah sepakat dengan barang
yang akan dibeli beserta harganya. Proses peralihak hak atas barang tersebut dilakukan secara
terang dan tunai. Terang artinya perjanjian jual beli tersebut dilakukan secara terbuka dan tidak
menutupi

kendala atas alat musik piano tersebut. Sedangkan tunai artinya harga jual belinya harus
dibayarkan secara tunai (cash).

3. Pasal Yang Mengatur Tentang Jual Beli

Pasal Perjnjian jual beli diatur dalam pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jual beli
ditegaskan sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Pasal 1474 KUHPerdata ada dua kewajiban penjual yakni menyerahkan benda
dan yang dijualnya dan menanggung atau menjamin.26 Kewajiban menyerahkan hak milik
meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas
barang yang diperjual belikan itu dari si penjual kepada si pembeli.
Bab III
Penutup

Kesimpulan
Perjanjian Jual Beli Merupakan kegiatan perdagangan yang bertujuan untuk mencari
keuntungan. Aktivitas perniagaan sendiri sudah sejak lama menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari hidup manusia. Mulai dari saling menukar barang dengan cara barter hingga
menggunakan alat tukar berupa uang dengan berbagai cara seperti sekarang.

Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang bersifat konsensuil. Maksudnya adalah
perjanjian lahir ketika kedua belah pihak mencapai kata sepakat mengenai barang dan harga,
meskipun barang belum diserahkan dan harga belum dibayarkan l(pasal 1458 KUHPerdata).
Namun dilihat dari sisi hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai