Anda di halaman 1dari 8

SEWA BELI

Dosen Pengampu : Aulis Safira Putri, S.H., M.Kn.

Disusun oleh :

Umar Shihab 212102010030

Nicola Dwi Wulandari 212102010054

Siti Musdariva 212102030050

M. Hilal Shodiq 212102010073

M. Firman Tamami 212102040029

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM SEWA BELI

Sewa beli sendiri menurut Wirjono Prodjodikoro merupakan persetujuan yang


dinamakan sewa menyewa barang dengan akibat bahwa si penerima tidak menjadi
pemilik, melainkan sebatas pemakai, baru kalau uang sewa telah dibayar, berjumlah
sama dengan harga pembelian, si penyewa beralih menjadi pembeli yaitu barangnya
menjadi miliknya. Sehingga dapat disimpulkan perjanjian sewa beli ini merupakan
perjanjian campuran antara perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Akan tetapi
perjanjian sewa beli lebih dominan mengarah pada bentuk perjanjian jual beli sebab
peralihan hak milik merupakan hal yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa
beli adalah untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa
barang.
Sewa beli juga merupakan suatu perjanjian yang di mana tidak diatur secara
khusus dalam KUH Perdata dan KUH Dagang hal ini mengakibatkan definisi yuridis
untuk pengertian ini belum ada. Dengan tidak adanya peraturan mengenai sewa beli di
KUH Perdata dan KUH Dagang oleh karena itu perjanjian sewa beli ini disebut
perjanjian tidak bernama (innominat)1. Sehingga selain hukum kontrak innominat
diatur dalam Buku III KUH Perdata. Buku III KUH Perdata ini di dalamnya hanya
terdapat 1 pasal yang mengatur mengenai kontrak innominaat yakni pasal 1319 KUH
Perdata yang berbunyi “ Semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus
maupun yang tidak dikenal dengan nama tertentu tunduk pada pengaturan umum yang
yang termuat dalam bab yang lalu”. Selain itu secara umum dalam pasal 1338 juga
memberikan dasar penting untuk para pihak yang ingin membuat kontrak di luar yang
tertulis dalam KUH Perdata. Bunyi pasal tersebut “ semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
Maksudnya, semua perjanjian mengikat bagi mereka yang membuatnya, mempunyai
hak yang oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan
hal-hal yang ditentukan dalam perjanjian, asalkan memenuhi syarat yang sebagaimana
telah ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata2.

1
Sisilia The, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Melaksanakan Perjanjian Sewa Beli, Jurnal Lex
Privatium, Vol. III No. 3, hal 30
2
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, Jurnal Lex Privatium, Vol.
II No. 3, Agustus-Oktober 2014, hal 13
Perjanjian sewa beli ini tetap diberlakukan meskipun sampai saat ini belum ada
satu ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian sewa beli. Hal ini disebabkan
karena hukum perjanjian dalam KUH Perdata memiliki salah satu asas yakni
kebebasan untuk berkontrak3. Dengan itu para pihak bebas menentukan jenis
perjanjian, dengan siapa dia harus mengadakan kontrak, objek kontrak, dan juga
menentukan format kontrak, asalkan semuanya tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan.
Perjanjian sewa beli juga merupakan suatu bentuk perjanjian baru dalam
praktiknya di Indonesia sehingga perjanjian sewa beli ini telah menjadi pranata
hukum yang berlaku dan juga diakui oleh masyarakat, juga telah menjadi
yurisprudensi meskipun belum diatur dalam undang – undang4. Diakui di dalam
masyarakat karena dalam praktiknya, perjanjian sewa beli ini telah memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan demikian hal tersebut sering dipergunakan sehingga
perjanjian sewa beli ini berkembang sebagai perjanjian yang berdasarkan kebiasaan
dan kebutuhan. Meskipun sewa beli belum diatur dalam undang-undang tetapi
perjanjian ini masih berlaku di masyarakat asalkan perjanjian ini masih berpegang
pada asas kebebasan berkontrak dengan tidak mengabaikan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum5.
Dalam praktiknya memang tidak mudah untuk menentukan hukum mana yang
berlaku dalam perjanjian campuran seperti sewa beli, namun kenyataannya perjanjian
sewa beli sudah banyak diterapkan dalam kegiatan bisnis misalnya sewa beli
kendaraan bermotor, sewa beli rumah, sewa beli tanah, dan lain-lain. Biasanya
pelaksanaannya dilakukan secara tertulis tetpi juga ada yang dilakukan tidak tertulis,
semua itu tergantung para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu dengan adanya
buku III KUH Perdata yang menganut asas kebebasan untuk berkontrak membuat
para pihak bebas menentukan jenis perjanjian, dengan siapa dia harus mengadakan
kontrak, objek kontrak, asalkan semuanya tidak bertentangan dengan
undang-undang6.

3
Sisilia The, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Melaksanakan Perjanjian Sewa Beli, hal 29
4
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 12
5
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 13
6
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 12
B. Contoh surat perjanjian sewa beli

SURAT PERJANJIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SRI PUDJIANTO
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat. : Sumber Agung Rt. 22, Ds.Jekani, Kec. Mondokan,Kab. Sragen
NIK: 3314160401600001
Telepon: 081 325 940 850
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan selanjutnya disebut
PIHAK I (PERTAMA).
Nama. : Ravi Oktavian
Pekerjaan: pedagang
Alamat: mahapatih DS.jekani kec Mondokan kan sragen
NIK: 00986542222
Telepon: 09866152552
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan selanjutnya disebut
PIHAK II (KEDUA).
Pada hari ini Sabtu, tanggal Sembilan bulan Juli tahun Dua Ribu Dua Puluh
Dua,PIHAK I (PERTAMA)menyewakan seperangkat alat Gamelan Pelok dan Slendro
Perunggu kepada PIHAK II (KEDUA).
PIHAK 1danPIHAK telah bersepakat mengadakan Perjanjian Sewa Gamelan Pelok
dan Slendro Perunggu, dengan syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan yang tertulis
dalam10(sepuluh) pasal, sebagai berikut:

Pasal 1
KEPEMILIKAN BARANG
Seperangkat Gamelan Pelok dan Slendro Perunggu tersebut adalah milik PIHAK
Yang disewa oleh PIHAK II.
Pasal 2
SERAH TERIMA BARANG
Seperangkat Gamelan Pelok dan Slendro Perunggu yang telah diterima oleh PIHAK
II dalam kondisi baik, berfungsi dengan baik, dan telah disetujui sepenuhnya oleh
PIHAK II dan selanjutnya segala resiko terhadap barang-barang tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK II.
Pasal 3
CARA PEMBAYARAN
Cara pembayaran yang telah disepakati kedua belah pihak diatur dengan cara sebagai
berikut:
1.PIHAK II harus membayar pada setiap kali pentas kepadaPIHAK I.
2.Besar biaya sewa yang harus dibayar oleh PIHAK II adalah Rp. 400.000,00 setiap
1x pentas.
Pasal 4
TANGGUNG JAWAB PIHAK II
PIHAK II bertanggung jawab penuh untuk:1.Merawat dan menjaga keutuhan dan
kebaikan kondisi barang yang disewa.2.Membayar biaya sewa setiap kali pentas dan
sesuai jumlah pentas yang ada.
Pasal 5
KERUSAKAN DAN KEHILANGAN BARANG
Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang, maka PIHAK II tetap diwajibkan
untuk:
1.Mengeluarkan biaya akibat kerusakan yang timbul karena pemakaian barang,
seperti :membayar ongkos perbaikan atau service, membayar biaya penggantian suku
cadang yang rusak, dan lain sebagainya.
2.Mengganti barang yang sesuai apabila terjadi kehilangan barang yang disewakan
oleh PIHAK I.
Pasal 6
PEMBATALAN
1.Dengan tidak dilakukannya pembayaran sewa sesuai dengan Pasal 3 Surat
Perjanjian inimaka tanpa memerlukan teguran terlebih dahulu dari PIHAK I, telah
cukup membuktikan bahwa PIHAK II dalam keadaan lalai.
2.Keadaan lalai tersebut mengakibatkan perjanjian sewa – beli ini batal dengan
sendirinya.
3.Apabila diperlukan,PIHAK I berhak meminta bantuan pihak yang berwajib untuk
melaksanakan pengambilan barang tersebut dan segala biaya pengambilan
barang-barang tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK II.
Pasal 7
PENUTUP
1.Kedua belah pihak dengan ini menyatakan dalam membuat persetujuan perjanjian
ini telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan sesuai Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang karenanya berlaku sebagai undang-undang
sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2.Surat perjanjian ini dibuat bersama kedua belah pihak dengan sebenarnya, dalam
keadaan sehat tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun juga.
3.Surat perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) dengan dibubuhi materei secukupnya
yang berkekuatan hukum yang sama yang masing-masing dipegang PIHAK I dan
PIHAK II dan mulai berlaku sejak ditandatangani kedua belah pihak.

PIHAK I. PIHAK II

SRI PUDJIANTO RAVI OKTAVIAN

C. Subjek Dan Objek Sewa Beli


Dalam mengadakan suatu perjanjian, setiap subjek hukum harus memenuhi
suatu kondisi tertentu agar dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Jika subjek
hukumnya adalah “orang” (natuurlijke persoon) orang tersebut harus sudah dewasa.
Namun, jika subjeknya “badan hukum” (recht persoon) harus memenuhi syarat formal
suatu badan hukum7.
Subjek dalam perjanjian sewa beli adalah kreditur (penjual sewa beli) dan
debitur (pembeli sewa) yang dapat bertindak sebagai kreditur (penjual sewa beli)
adalah perusahaan yang menghasilkan barang sendiri dan atau usaha yang khusus
bergerak dalam perjanjian sewa beli. Debitur adalah orang yang membeli barang
dengan sistem sewa beli8.
Suatu perjanjian itu sah, apabila objek perjanjian itu harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu, objeknya harus tertentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan
7
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, hlm. 3.
8
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, hlm. 136.
menurut peraturan undang-undang yang berlaku dan tidak bertentangan ketertiban
umum dan tata susila. Sementara itu prestasinya harus benar-benar riil (bukan seperti
menjual kerbau yang berada di padang rumput sehingga kurang jelas pemilik
sebenarnya) agar benar-benar dapat dilaksanakan9.
Objek dalam perjanjian sewa beli, yaitu radio, TV, lemari, AC, mesin cuci dan
lain-lain. Sedangkan yang dapat menjadi objek sewa beli adalah semua benda tidak
bergerak. yang termasuk dalam benda tidak bergerak adalah rumah, gedung
perusahaan (bedrijfspanden), dan tanah. Di samping itu, termasuk dalam benda tidak
bergerak adalah benda yang tidak digarap dan didirikan10.

D. Lahir Dan Munculnya Sewa Beli


Latar belakang munculnya perjanjian sewa beli pertama kali adalah untuk
menampung persoalan, yang dikarenakan kebanyakan para calon pembeli tidak
mampu membayar jumlah uang yang ditentukan secara tunai.
Perjanjian sewa beli merupakan suatu perjanjian timbal balik dan merupakan
perjanjian innominaat. Penerapan perjanjian sewa beli di Indonesia dapat dikatakan
baru, karena muncul dengan mengikuti perkembangan jaman. Namun dalam
penerapan perjanjian sewa beli kadang masih kurang dipahami secara jelas.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam penentuan akibat hukum yang terjadi
oleh karena suatu perbuatan melawan hukum ataupun wanprestasi yang dilakukan
oleh salah satu pihak tentunya perlu menjelaskan secara lebih rinci oleh karena
mengingat bahwa perjanjian beli merupakan kontrak Innominaat, yang pengaturannya
tidak tercantum dalam peraturan perundang-undangan secara khusus, sehingga
penerapan akibat hukumnya pula kurang jelas.
Untuk itu sewa beli adalah suatu perjanjian campuran dimana terkandung
unsur jual beli dan perjanjian sewa menyewa. Dalam perjanjian sewa beli selama
harga belum dibayar lunas maka hak milik atas barang tetap berada pada si penjual
sewa meski barang sudah berada ditangan pembeli sewa. Hak milik baru beralih dari
penjual sewa kepada pembeli sewa, setelah pembeli sewa setelah membayar angsuran
terakhir untuk melunasi harga barang.
Kesimpulan dari uraian ini bahwa penyebab lahirnya kontrak sewa beli adalah
pasaran barang industry semakin menyempit, dan daya beli masyarakat kurang. Selain

9
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, hlm. 2.
10
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, hlm. 136.
itu yang menjadi latar belakang lahirnya kontrak sewa beli adalah karena adanya asas
kebebasan berkontrak.

Anda mungkin juga menyukai