Disusun oleh :
FAKULTAS SYARIAH
1
Sisilia The, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Melaksanakan Perjanjian Sewa Beli, Jurnal Lex
Privatium, Vol. III No. 3, hal 30
2
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, Jurnal Lex Privatium, Vol.
II No. 3, Agustus-Oktober 2014, hal 13
Perjanjian sewa beli ini tetap diberlakukan meskipun sampai saat ini belum ada
satu ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian sewa beli. Hal ini disebabkan
karena hukum perjanjian dalam KUH Perdata memiliki salah satu asas yakni
kebebasan untuk berkontrak3. Dengan itu para pihak bebas menentukan jenis
perjanjian, dengan siapa dia harus mengadakan kontrak, objek kontrak, dan juga
menentukan format kontrak, asalkan semuanya tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan dan kepatutan.
Perjanjian sewa beli juga merupakan suatu bentuk perjanjian baru dalam
praktiknya di Indonesia sehingga perjanjian sewa beli ini telah menjadi pranata
hukum yang berlaku dan juga diakui oleh masyarakat, juga telah menjadi
yurisprudensi meskipun belum diatur dalam undang – undang4. Diakui di dalam
masyarakat karena dalam praktiknya, perjanjian sewa beli ini telah memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan demikian hal tersebut sering dipergunakan sehingga
perjanjian sewa beli ini berkembang sebagai perjanjian yang berdasarkan kebiasaan
dan kebutuhan. Meskipun sewa beli belum diatur dalam undang-undang tetapi
perjanjian ini masih berlaku di masyarakat asalkan perjanjian ini masih berpegang
pada asas kebebasan berkontrak dengan tidak mengabaikan undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum5.
Dalam praktiknya memang tidak mudah untuk menentukan hukum mana yang
berlaku dalam perjanjian campuran seperti sewa beli, namun kenyataannya perjanjian
sewa beli sudah banyak diterapkan dalam kegiatan bisnis misalnya sewa beli
kendaraan bermotor, sewa beli rumah, sewa beli tanah, dan lain-lain. Biasanya
pelaksanaannya dilakukan secara tertulis tetpi juga ada yang dilakukan tidak tertulis,
semua itu tergantung para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu dengan adanya
buku III KUH Perdata yang menganut asas kebebasan untuk berkontrak membuat
para pihak bebas menentukan jenis perjanjian, dengan siapa dia harus mengadakan
kontrak, objek kontrak, asalkan semuanya tidak bertentangan dengan
undang-undang6.
3
Sisilia The, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Melaksanakan Perjanjian Sewa Beli, hal 29
4
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 12
5
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 13
6
Jeinal Bawarodi, Penerapan Perjanjian Sewa Beli di Indonesia dan Akibat Hukumnya, hal 12
B. Contoh surat perjanjian sewa beli
SURAT PERJANJIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SRI PUDJIANTO
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat. : Sumber Agung Rt. 22, Ds.Jekani, Kec. Mondokan,Kab. Sragen
NIK: 3314160401600001
Telepon: 081 325 940 850
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan selanjutnya disebut
PIHAK I (PERTAMA).
Nama. : Ravi Oktavian
Pekerjaan: pedagang
Alamat: mahapatih DS.jekani kec Mondokan kan sragen
NIK: 00986542222
Telepon: 09866152552
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri dan selanjutnya disebut
PIHAK II (KEDUA).
Pada hari ini Sabtu, tanggal Sembilan bulan Juli tahun Dua Ribu Dua Puluh
Dua,PIHAK I (PERTAMA)menyewakan seperangkat alat Gamelan Pelok dan Slendro
Perunggu kepada PIHAK II (KEDUA).
PIHAK 1danPIHAK telah bersepakat mengadakan Perjanjian Sewa Gamelan Pelok
dan Slendro Perunggu, dengan syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan yang tertulis
dalam10(sepuluh) pasal, sebagai berikut:
Pasal 1
KEPEMILIKAN BARANG
Seperangkat Gamelan Pelok dan Slendro Perunggu tersebut adalah milik PIHAK
Yang disewa oleh PIHAK II.
Pasal 2
SERAH TERIMA BARANG
Seperangkat Gamelan Pelok dan Slendro Perunggu yang telah diterima oleh PIHAK
II dalam kondisi baik, berfungsi dengan baik, dan telah disetujui sepenuhnya oleh
PIHAK II dan selanjutnya segala resiko terhadap barang-barang tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK II.
Pasal 3
CARA PEMBAYARAN
Cara pembayaran yang telah disepakati kedua belah pihak diatur dengan cara sebagai
berikut:
1.PIHAK II harus membayar pada setiap kali pentas kepadaPIHAK I.
2.Besar biaya sewa yang harus dibayar oleh PIHAK II adalah Rp. 400.000,00 setiap
1x pentas.
Pasal 4
TANGGUNG JAWAB PIHAK II
PIHAK II bertanggung jawab penuh untuk:1.Merawat dan menjaga keutuhan dan
kebaikan kondisi barang yang disewa.2.Membayar biaya sewa setiap kali pentas dan
sesuai jumlah pentas yang ada.
Pasal 5
KERUSAKAN DAN KEHILANGAN BARANG
Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang, maka PIHAK II tetap diwajibkan
untuk:
1.Mengeluarkan biaya akibat kerusakan yang timbul karena pemakaian barang,
seperti :membayar ongkos perbaikan atau service, membayar biaya penggantian suku
cadang yang rusak, dan lain sebagainya.
2.Mengganti barang yang sesuai apabila terjadi kehilangan barang yang disewakan
oleh PIHAK I.
Pasal 6
PEMBATALAN
1.Dengan tidak dilakukannya pembayaran sewa sesuai dengan Pasal 3 Surat
Perjanjian inimaka tanpa memerlukan teguran terlebih dahulu dari PIHAK I, telah
cukup membuktikan bahwa PIHAK II dalam keadaan lalai.
2.Keadaan lalai tersebut mengakibatkan perjanjian sewa – beli ini batal dengan
sendirinya.
3.Apabila diperlukan,PIHAK I berhak meminta bantuan pihak yang berwajib untuk
melaksanakan pengambilan barang tersebut dan segala biaya pengambilan
barang-barang tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK II.
Pasal 7
PENUTUP
1.Kedua belah pihak dengan ini menyatakan dalam membuat persetujuan perjanjian
ini telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan sesuai Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang karenanya berlaku sebagai undang-undang
sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2.Surat perjanjian ini dibuat bersama kedua belah pihak dengan sebenarnya, dalam
keadaan sehat tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun juga.
3.Surat perjanjian ini dibuat rangkap 2 (dua) dengan dibubuhi materei secukupnya
yang berkekuatan hukum yang sama yang masing-masing dipegang PIHAK I dan
PIHAK II dan mulai berlaku sejak ditandatangani kedua belah pihak.
PIHAK I. PIHAK II
9
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, hlm. 2.
10
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, hlm. 136.
itu yang menjadi latar belakang lahirnya kontrak sewa beli adalah karena adanya asas
kebebasan berkontrak.