Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STUDI FIQH DAN USHUL FIQH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam


Dosen pengampu : Moh. Syifa‟ul Hisan, S.E.I., M.S.I

Oleh :
Muhammad Zian Faizin (212102010065)
Moch Ahsin Maulana (212102010055)
Nur Laili Maulida (212102010032)
Reza Ahmad Zain (212102010047)
Silva Dakiya (212102010061)

PEROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah membirikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesakan tugas Makalah yang berjudul Studi Fiqih
dan Ushul Fiqih ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memenuhi
tugas yang di berikan Moh. Syifa‟ul Hisan, S.E.I., M.S.I
pada mata kuliah Studi Fiqh dan Ushul Fiqh selain itu, Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Fiqih dan Ushul Fiqh bagi para pembaca dan juga penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Moh. Syifa‟ul Hisan, S.E.I., M.S.I
Selaku Dosen Mata Pengantar Studi Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Menyadari. Makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran kami nantikan
trutama dari selaku Dosen mata kulih Pengantar Studi Islam dan para pembaca dari Makalah
ini.

i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Ilmu Fiqh ........................................................................................ 4
A. Objek-Objek Kajian Fiqh ................................................................................ 5
B. Tujuan Mempelajari Fiqh ................................................................................ 5
2.2 Pengertian Ushul Fiqh ...................................................................................... 6
A. Objek dan Ruang Lingkup Ushul Fiqh ............................................................... 6
B. Tujuan Dan Manfaat Mempelajari Ushul Fiqh ................................................... 7
BAB III............................................................................................................................... 8
PENUTUP.......................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Menurut bahasa, fikih adalah paham. Maksudnya, pengertian atau pemahaman mendalam

yang menghendaki pengerahan potensi akal, sedangkan para ulama usul fikih menyatakan,

fikih adalah mengetahui hukum Islam yang bersifat amalan melalui dalil terperinci.Di sisi

lain, ulama fikih menguraikan bahwa fikih merupakan sekumpulan hukum amaliah yang

disyariatkan dalam Islam. Pembahasan fikih ini mencakup perbuatan para mukalaf atau orang

dewasa yang wajib menjalankan hukum agama dan hukum seperti apa yang harus dikenakan

terhadap perbuatan itu. Misalnya, jual beli yang dilakukan seorang mukalaf atau salat dan

puasa yang ia tunaikan. Jika kegiatan-kegiatan itu sesuai dengan hukum Islam, dinyatakan

sah. Kalau suatu saat seorang mukalaf mencuri, perbuatan itu bertentangan dengan hukum

dan dinyatakan haram serta wajib diberlakukan hukuman pencurian.

Dengan demikian, setiap perbuatan mukalaf mempunyai nilai hukumnya sendiri-sendiri,

bisa wajib, sunah, boleh atau mubah, makruh, dan haram. Ensiklopedi Islam menguraikan,

para ulama membagi hukum fikih ke dalam beberapa hal, yaitu hukum yang berkaitan dengan

ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, atau haji.Lalu, ada pula hukum yang ada

sangkut-pautnya dengan permasalahan keluarga, seperti nikah dan percerain, hukum

mengenai hubungan antarsesama manusia, hukum yang berisi tindak pidana, penyelesaian

sengketa, hubungan antara penguasa dan warganya, hubungan antarnegara dalam keadaan

perang dan damai serta akhlak.Dalam penetapannya, ada sumber hukum fikih, yaitu yang

disepakati sebagai sumber, yaitu Alquran dan hadis. Sedangkan, sumber yang dibedakan di

antaranya ijmak dan kias yang biasa disebut sebagai sumber sekunder. Sebab, dalam

penetapan hukum ijmak dan kias tak dapat berdiri sendiri, tetapi harus disandarkan pada

Alquran dan hadis.

1
Ilmu Fiqh yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi,ternyata mampu

bertahan dan terus mengetahui kehidupan muslim, baik individu maupun kelompok. Ushul

fiqh juga merupakan suatu ilmu yang berisikan tentang kaidah yang menjelaskan cara-cara

mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya. Bahasan tentang kaidah-kaidah kebahasaan ini

penting mengingat kedua hukum Islam, yaitu Al- Qur‟an dan sunnah berbahasa arab, untuk

membimbing mujtahid dalam memahami al- Qur‟an dan sunnah sebagai landasan dalam

menetapkan hukum tentu perlu mengetahui tentang lafal dan ungkapan yang terdapat pada

keduanya. Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi saw wafat, sejak saat itu

sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh, meskipun ilmu tersebut belum

dinamakan ushul fiqh. Perkembangan terakhir dalam penyusunan buku Ushul Fiqh lebih

banyak menggabungkan kedua sistem yang dipakai dalam menyusun ushul fiqh, yaitu aliran

Syafi‟iyyah dan Hanafiyyah. Keadaan seperti ini terus berlangsung dan akan terus pula

diberikan jawabannya oleh ilmu fiqh terhadap problem yang muncul sebagai akibat dari

perubahan sosial yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan.

Dalam kehidupan umat islam, perkembangan lembaga tidak hanya terjadi sebagai

aplikasi ajaran islam,tetapi juga timbul hanya sebagai interaksi umat islam dengan

kebudayaan lain. Karena didalam kehidupan bersama diperlukan pranata yang dapat

memelihara ketertiban dan ketentraman, termasuk pranata hukumnya.Dalam sebuah

penetapan sebuah hukum yang akan diberlakukan secara umum, perlu diketahui dan juga

menjadi sangan urgent untuk dapat memahami apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam

penentuan tersebut. sebut saja salah satunya adalah hukum itu sendiri, pada umumnya setiap

orang pasti mengetahui adanya hukum. Akan tetapi tidak menjamin mereka memahami apa

makna sesungguhnya darihukum tersebut.Selain itu masih banyak sekali komponen-

komponen yang harus ada dalam penentuan sebuah hukum, khususnya hukum syara‟

2
diantaranya adalah hukum, al-hakim, mahkum fiihi dan mahkum alaihi, serta apa saja dalil-

dalil yang dapat dipergunakan.Oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat

membantu untuk dapat memahami komponen-komponen hukum syara‟ beserta dalil -

dalilnyasecara lebih ringkas1.

1
Arsul Mahfud, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jurusan Komonikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan
Komonikasi Ar-Ranir (2016)

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Fiqh


Secara etimologi fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqihu fiqhan yang berarti
pemahaman.2 Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini adalah agama islam. Mari kita
bahas satu persatu.
a. al-ilmu. Term alilmu, pada ghalibnya, memiliki dua pengertian. Yaitu alilmu
dalam arti pengetahuan yang mencapai tingkat keyakinan (al-yaqin) dan al-ilmu
dalam arti pengetahuan yang hanya sampai pada tingkat dugaan (al-dlan). Dalam
definisi di atas, al-ilmu yang dimaksud lebih dimaknai dengan arti yang kedua,
yaitu pengetahuan yang hanya taraf dugaan atau asumsi. Karena mayoritas
ketentuan fiqh bersifat asumtif karena digali dari dalil-dalil yang bersifat
dlanniyat.
b. al-ahkam adalah jamak dari kata al-hukm yang memiliki arti putusan.Al-hukm
berarti ketentuan-ketentuan Syari‟ah yang berkaitan dengan perbuatan manusia
yang. Berasal dari Allah Swt. Seperti wajib, sunah, makruh, haram dan mubah.
c. as-syar‟iyyah merupakan sifat atau adjektif hukum-hukum yang berarti bersifat
syar‟i. Karena itu, Pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat aqli tidak
disebut fiqh. Demikian juga, pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat
inderawi tidak juga disebut sebagai fiqh. Demikian halnya, hukum positif yang
dibuat oleh sebuah pemerintah dan hukum adat yang disepakati di suatu daerah
tidak termasuk fiqh.
d. al-amaliyyah berarti bersifat praktis. Hukum hukum yang tidak bersifat amaliyah
misalnya hukum-Hukum i‟tiqadiyyah tidak termasuk fiqh. Hukum i‟tiqadiyah
misalnya pengetahuan bahwa Allah Swt. Itu esa tidak termasuk fiqh. Demikian
juga, hukum-hukum yang bersifat qalbiyah-khuluqiyah seperti ikhlas, riya‟, dan
sebagainya tidak pula termasuk hukum fiqh.
e. kata al-muktasab berarti bahwa fiqh itu digali dengan usaha yang sungguh-
sungguh. Dengan demikian, hukum fiqh syar‟i amaly yang tidak digali dengan
usaha yang sungguh-sungguh, dalam definisi ini, tidak termasuk fiqh. Karena itu,
pengetahuan kita tentang sholat, zakat, kewajiban haji, dan ketentuan yang

2
Wahbah az-Zuhally, Ushul fiqh al-islamy, jilid 1 ( Beirut: Dar al-fikr ), 29

4
bersifat dlaruri, tidak termasuk fiqh.Terakhir, al-adillah at-tafshiliyyah berarti
dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil yang ijmaly (bersifat global) tidak termasuk
fiqh, melainkan masuk dalam ranah studi ushul fiqh. Dalil ijmali misalnya „am,
khas, mujmal, Muqayyad, ijma‟, qiyas dan lain sebagainya.
A. Objek-Objek Kajian Fiqh

Objek dan ruang lingkup kajian fiqh hukum-hukum juz‟i dan dalil-dalil
tafshily. Pertama, Hukum juz‟i adalah hukum partikular yang sudah menunjuk pada
objek tertentu. Misalnya hukum haram tentang meminum khamr, makan daging babi,
bangkai dan sebagainya. Lawannya hukum juz‟i adalah Hukum kulli, yaitu hukum
dalam pengertian masih global dan belum menunjuk pada objek tertentu. Misalnya
tema pembahasan hukum wajib yang dibagi berbagai macam.Jika hukum juz‟i adalah
bahasan ilmu fiqh, maka hukum kulli termasuk bahasan dalam ilmu Ushul Fiqh.
Kedua, dalil-dalil4 tafshily adalah dalil yang sudah merujuk pada hukum tertentu.
Misalnya dalil wala taqrabuz zina sebagai dalil tafshily hukum keharaman perbuatan
yang mendekekati zina. Dan dalil tafshily ini yang menjadi Domain dalam ilmu Fiqh.
Jika dalil itu masih bersifat global, misalnya dalil al-Qur‟an dengan bahasan yang
beraneka ragam dan belum merujuk pada hukum tertentu,Maka demikian ini menjadi
objek kajian ilmu Ushul Fiqh juga.

B. Tujuan Mempelajari Fiqh

Sebagaimana dikatakan Wahab Khallaf, tujuan dan manfaat mempelajari fiqh


adalah mengetahui hukum-hukum fiqh atau hukum-hukum syar‟i atas perbuatan dan
perkataan manusia. Selanjutnya, setelah mengetahui, tujuannya agar hukum fiqh
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada artinya ilmu tentang hukum fiqh
yang tidak dipraktikkan dalam kehidupan. Ini selaras dengan nadlaman kitab Zubad:

‫يعملن لم بعلمو فعالم‬ ‫الوثن عباد قبل من معذب‬

Artinya: “Adapun orang alim yang tidak mengamalkan Ilmunya. Maka ia akan diadzab
sebelum para penyembah berhala”.3

3
Ibnu Ruslan,Matan zubad, ( Berud: Dar al- ma'rifah,tt ) 4.

5
2.2 Pengertian Ushul Fiqh

Secara etimologi, kata Ushul fiqh terdiri dari dua kata : Ushul dan fiqh. Ushul
adalah jamak dari kata ashlun yang berarti sesuatu yang menjadi pijakan segala
sesuatu. Sekedar contoh, pondasi rumah disebut asal karena ia menjadi tempat pijak
bangunan di atasnya.

Sementara al-fiqh sebagaimana dijelaskan diatas, secara etimologi berarti


mengerti atau memahami. Al- fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqihu fiqhan yang
berarti pemahaman.4 Pemahaman sebagaimana dimaksud disini, adalah pemahaman
tentang agama islam. Dengan demikian, fiqh menunjuk arti memahami agama secara
utuh dan komprehensif.

Secara terminologi, Ushul fiqh menurut beberapa ulama memiliki beberapa


definisi. Misalnya, Tajuddin As- Subki dalam kitab Hasyiyah al- Bannani.

Menurut Tajuddin As-Subki, Ushul fiqh adalah dalil- dalil yang bersifat
global. As- Subki sendiri tidak menggunakan istilah al- ilmu karena dipandang
bertentangan dengan subtansi kata Ushul secara bahasa. Selain itu, tanpa kata ilmu,
definisi as -subki juga lebih serasi secara bahasa.

Alhasil, Ushul fiqh merupakan ilmu yang harus dimiliki oleh seorang
Mujtahid untuk menggali hukum- hukum fiqh. Terutama sekali dalam menghadapi
berbagai problematika kehidupan modern yang tidak pernah ada dimasa lampau,
maka Ushul fiqh adalah piranti untuk mendialogkan Nash ( al- Quran dan Al- hadist )
dengan kehidupan manusia masa kini.5

A. Objek dan Ruang Lingkup Ushul Fiqh

Objek atau ruang lingkup kajian Ushul fiqh adalah hukum-hukum kulli yang
bersifat umum. Misalnya hukum wajib,sunnah,haram,makruh,dan mubah dalam
pembahasan yang masih bersifat global. Ushul fiqh juga membahas dalil- dalil ijmaly
yang bersifat global. Misalnya ‘am, khas, muthlaq, muqoyyad, qiyas, ijma' , dsb.

4
Wahbah az – zuhally , Ushul fiqh al- islamy , jilid 1 ( Beirut: Dar al- fikri ),29
5
Ilmu Ushul fiqh 1

6
Ini berbeda dengan objek dan ruang lingkup kajian fiqh hukum- hukum juz'i dan
dalil- dalil tafshily. Hukum juz'i adalah hukum partikular yang sudah menunjuk pada
objek tertentu. Misalnya hukum haram tentang minuman khamr, makan daging babi ,
bangkai dsb. Sementara dalil-dalil tafshily adalah dalil yang sudah merujuk pada
ketetapan hukum tertentu.

Misalnya dalil wala taqrabuz zina sebagai dalil tafshily hukum keharaman perbuatan
yang mendekati zina.

B. Tujuan Dan Manfaat Mempelajari Ushul Fiqh

Tujuan mempelajari ilmu Ushul fiqh adalah mengetahui dan menerapkan


dalil- dalil ijmaly untuk menggali hukum- hukum syar'i yang bersifat amaly tersebut.
Barangkali ada orang yang bertanya, mengapa kita harus mempelajari metodenya ?
Bukankah pintu ijtihad telah ditutup ? Untuk apa kita belajar Ushul Fiqh ?.

Oleh karena itu, kalaupun kita tidak melakukan ijtihad, maka tujuan kita
mempelajari Ushul fiqh adalah mengetahui nalar dan metode yang dilakukan para
mujtajid. Belajar Ushul fiqh juga membuat kita dapat memahami mustanad ( pijakan )
yang digunakan oleh seorang mujatahid. Karena Ushul fiqh sebagaimana ditegaskan
Wahbah Az – Zuhaily , merupakan salah satu ilmu yang harus dimiliki seorang
Mujtahid selain ilmu bahasa arab dan ilmu hadits.6 Sementara itu, sebagaimana
dikatakan Wahab Khalaf, tujuan manfaat mempelajari fiqh bersifat praktis, yaitu
mengetahui hukum- hukum fiqh atau hukum – hukum syar'i atas perbuatan dan
perkataan manusia7 . selanjutnya setelah mengetahui, tujuannnya adalah agar hukum
fiqh diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Tidak ada artinya ilmu tentang hukum
fiqh yang tidak dipraktekkan dalam kehidupan.

6
Wahbah az- zuhaily, Ushul fiqh al- islamy , jilid 1 , ( Damaskus: Darul Fikri,2005), 38-39
7
Wahab Khalaf hal: 14

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa makalah yang berjudul (Setudi
Fiqih dan Ushul Fiqih) tujuan dan manfaat mempelajari fiqh adalah mengetahui hukum-
hukum fiqh atau hukum-hukum syar‟i atas perbuatan dan perkataan manusia. Selanjutnya,
setelah mengetahui, tujuannya agar hukum fiqh diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada artinya ilmu tentang hukum fiqh yang tidak dipraktikkan dalam kehidupan. dan
mempelajari ilmu Ushul fiqh adalah mengetahui dan menerapkan dalil- dalil ijmaly untuk
menggali hukum- hukum syar'i yang bersifat amaly tersebut. Oleh karena itu, kalaupun kita
tidak melakukan ijtihad, maka tujuan kita mempelajari Ushul fiqh adalah mengetahui nalar
dan metode yang dilakukan para mujtajid. Belajar Ushul fiqh juga membuat kita dapat
memahami mustanad ( pijakan ) yang digunakan oleh seorang mujatahid. Karena Ushul fiqh
sebagaimana ditegaskan Wahbah Az – Zuhaily , merupakan salah satu ilmu yang harus
dimiliki seorang Mujtahid selain ilmu bahasa arab dan ilmu hadits. Sementara itu,
sebagaimana dikatakan Wahab Khalaf, tujuan manfaat mempelajari fiqh bersifat praktis,
yaitu mengetahui hukum- hukum fiqh atau hukum – hukum syar'i atas perbuatan dan
perkataan manusia. selanjutnya setelah mengetahui, tujuannnya adalah agar hukum fiqh
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Tidak ada artinya ilmu tentang hukum fiqh yang
tidak dipraktekkan dalam kehidupan.

8
3.2 Saran
Menyadari penulian jauh dari kata sempurna, kedepanya kami dari kelompok 4 akan
lebih focus dan detail dalam mejelaskan tentang objek Study Fiqih dan Ushul Fiqih
dengan sumber-sumber yang lebih akurat yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Demikian makalah yang dapat kami susun, sebagai mahasiswa kita harus
mengembangnkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah peroses
akhir tapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan karena itu
saya mengharapkan tanggapan, saran dan juga keritikan demi membangun sempurnanya
makalah kami. Selanjutnya atas perhatianya saya ucapkan terima kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Ranir, K. (2016).
az-zuhally, W. (t.thn.). Ushul Fiqh al-islamy. Dalam Jidil 1. Beirut: Dar al-fikri.
Az-zuhally, W. (t.thn.). Ushul Fiqih Al-islami . Dalam Jilid 1. Beirut: Dar al-fikr.
az-zuhaly, W. (2005). Ushul Fiqh Al -islamy. Dalam Jilid 1. Damaskus: Drul Fikri.
Berut: Dar al-ma'rifahh, t. (t.thn.). Ibu Ruslan, Matan Zubad.
Fiqh, F. d. (2016). Arsal Mahfud.
Fiqh, U. (t.thn.). Wahab Khalaf.

10
11

Anda mungkin juga menyukai