Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PERSOALAN FILSAFAT POSTMODERNISME

Makalah ini disusun untuk memenuhi


Tugas Mata Kuliah: Filsafat Umum
Kelas: Hukum Keluarga Islam 3
Dosen pengampu: Ahmad Zaini M.H

Disusun Oleh:
Putri Aisyah Novita Ayu (212102010035)
Siti Nur Azizeh (212102010056)

Syarif Naufal Abillah (212102010058)

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan penguasa dunia, karena
atas rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, tidak
lupa ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi
dalam proses pembuatan makalah ini. Adapun tema dari makalah ini adalah "Konsep
Dasar Persoalan Postmodernisme"

Dalam pembuatan makalah ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan dan arahan,
untuk itu rasa terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Ahmad Zaini, M.H selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum, yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Makalah ini disusun
bertujuan memberikan penjelasan mengenai konsep dasar dari
postmodernisme.Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan kepada pembaca tentang postmodernisme.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat berguna bagi saya dan pihak lainnya yang berkepentingan
pada umumnya.

Jember, 25 Oktober 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...…………....ii

DAFTAR ISI……………………….………………………………….….………….iii

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang…………………………………………………….……...…...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………......2
C. Tujuan ………………………………………………………………………...2

Bab II Pembahasan…………………………………………………………………..3

A. Pengertian Postmodernisme……………...……………………………………3
B. Asal-Usul Postmodernisme…………………………………………………...5
C. Tokoh-Tokoh Postmodernisme……………….………………………………6
D. Pemikiran Postmodernisme…………………………………………………...7
E. Perkembangan Postmodernisme……………………………………………..10
F. Pandangan Postmodernisme sebagai Ilmu Pengetahuan…………………….10
G. Kelebihan dan Kelemahan Postmodernisme………………………………...11

Bab III
Penutup.......................................................................................................................13

A. Kesimpulan ……………………………..……………….…………………..13
B. Saran………………………………………………………………………....13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……………….14

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman saat ini kita dikenal dengan zaman postmodernisme, dimana ilmu
pengetahuan dan teknologinya melalui perkembangan yang sangat pesat.
Postmodernisme muncul karena pada zaman modernisme timbul banyak
permasalahan, dan kritikan oleh masyarakat. Postmodernisme merupakan
masa setalah modernisme yang lahir sebagai reaksi kritis terhadap
modernisme yang dipandang gagal dalam strategi visualisasinya.
Modernisme selalu menjajikan pada kita untuk membawa perubahan ke
dunia yang lebih mapan di mana urusan materi atau kebutuhan jasmani akan
terpenuhi, tidak akan ada lagi kelaparan atau kekurangan material, itulah
janjinya1. Di masa modernisme banyak sisi gelap yang membuat masanya
terdapat banyak kontroversi. Banyak budaya modernisne yang menyimpang
salah satunya krisis ilmu pengetahuan yang disebabkan bentuk
kebudayaannya ditandai dengan rasionalisme, positivisme, empirisme dan
kecanggihan teknologinya.
Sisi gelap modernisme, menurut Anthony Giddens dalam The Consequences
of Modernity (1990), menimbulkan berkembangbiaknya petaka bagi umat
manusia. Pertama, penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan sengketa.
Kedua, penindasan oleh yang kuat atas yang lemah. Ketiga, ketimpangan
sosial yang kian parah. Keempat, kerusakan lingkungan hidup yang kian
mengkhawatirkan. 2 Dengan semangat postmodernisme membuat payung
untuk membenahi kritik atas masyarakat modernisme yang gagal atas janji-
janjinya. Postmodernisme mempunyai kecenderungan menolak hal-hal yang
bersifat struktural. Namun, zaman postmodernisme banyak muncul
pemikiran-pemikiran untuk mengatasi kekurangan yang timbul di era
modernisme.
Untuk membahas postmodernisme lebih mendalam, maka penulis akan
membahasnya secara detail dalam makalah ini. Yang membahas asal mula

1
Chris Barker, Cultural Studies…hlm.190
2
Giddens, The Consequences of Modernity (Stanford: Stanford University Press, 1990)

1
postmodernisme, tokoh postmodernisme, hingga kemkonsep dasar dari
postmodernisme itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Postmodernisme?
2. Jelaskan asal-usul dari Postmodernisme?
3. Siapa saja tokoh yang ada pada era Postmodernisme?
4. Bagaimana pemikiran di era Postmodernisme?
5. Apa saja perkembangan Postmodernisme ?
6. Bagaimana pandangan Postmodernisme sebagai Ilmu Pengetahuan?
7. Apa saja kelebihan dan kekerungan Postmodernisme?

C. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan memberikan penjelasan mengenai sejarah
awal dari era Postmodernisme hingga ke konsep dasar dan perkembangannya.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
kepada pembaca tentang sejarah Postmodernisme dibentuk .Dan memenuhi
tugas semester satu mata kuliah Filsafat Umum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Postmodernisme

Postmodernisme memiliki arti yang sangat luas, banyak interpretasi


postmodernisme dari berbagai para ahli. Secara etimologis, postmodernisme
lebih merujuk ke sebuah kehidupan setelah modernisme. Istilah dari
postmodernisme digunakan oleh Frederico de Onis dan tahapnya antara 1905-
1914 yang biasa ia sebut dengan periode intermezzo. Postmodernisme
merupakan ilmu filsafat yang berisi tentang pemikiran baru dari aliran
sebelumnya yang masih berfikir realistis. Postmodernisme muncul karena
zaman sebelumnya mengalami kegagalan dalam mengembangkan kemajuan
di masyarakat. Pada era postmodernisme banyak para ahli yang berpendapat
mengenai pengertian ini, diantaranya:
 Bagi Tonybee, pada tahun 1947 mengartikan bahwa postmodrrnisme
merupakanmasa yang ditandai perang, gejolak ssosial, revolusi, yang
menimbulkan anarki, runtuhnya rasionalisme dan pencerahan.
 Rudolf Panwitz, pada tahun 1947 juga menggunakan istilah
postmodernisme dalam bukunya yang berjudul Die Krisis de
Europaischen Kultur . Dalam bukunya mengatakan bahwa “manusia
postmodern” sebagai manusia sehat ,kuat, nasionalis, dan religious
yang muncul dari nihilism Eropa. Dia juga mengatakan era
postmodernisme merupakan puncak modernisme.
 Peter Drucker, pada tahun 1957 dalam bukunya yang berjudul The
Landmarks of Tomorrow menerangkan istilah postmodernisme
menyebutkan perkembangan baru dalam bidang ekonomi, yang sudah
memasuki zaman pascaindustri/pascakapitalis, dan revolusi
gelombang ketiga.
 Irving Hack, pada tahun 1960-an menulis pada Mass Society and
postmodern Fiction menerangkan bahwa sastra
kontemporer/postmodern berbeda dengan sastra modern. Sastra
modern memberikan kemrosotan yang disebabkan oleh lemahnya para
pembaru dan kekuatan penerobosnya. Sedangkan sastra postmodern
itu meninggalkan modern-klasik dan menunjukkan prestasinya yang
penting yaitu, pada saat berhasil menjembatani perbedaan antara

3
kebudayaan elite (high culture), dengan kebudayaan massa (pop
culture).
 Daniel Bell, menerangkan postmodernisme sebagai kian
berkembangnya kecenderungan yang saling bertolak belakang,
bersamaan dengan makin terbatasnya daya-daya instingtual dan kian
membubungnya kesenangan dan keinginan yang akhirnya membawa
logika modernism ke kutub terjauhnya. Itu terjadi terutama melalui
intensifikasi ketegangan-ketegangan struktural masyarakat 3.
 Federic Jameson, mengartikan postmodernisme adalah logika kultural
yang membawa transformasi dalam suasana kebudayaan umumnya. Ia
mengaitkan tahapan-tahapan modernism dengan kapitalisme
monopoli, sedang postmodernisme dengan kapitalis pasca perang
dunia kedua. Menurutnya, postmodernisme muncul berdasarkan
dominasi teknologi reproduksi dalam jaringan global kapitalisme
multinasional kini. 4
 Jean Francois Lyotard, pada tahun 1970-an diperkenalkan oleh
Lyotard di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Ia mengartikan
postmodernisme sebagai ketidakpercayaan terhadap segala bentuk
narasi besar, penolakan filsafat metafisis, filsafat sejarah,dan segala
bentuk pemikiran yang mentotalisasi. Lyotard membawa istilah
postmodernisme ke dalam medan diskusi filsafat lebih luas. Sehingga
istilah postmodernisme di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan
menjadi sekedar istilah yang melindungi hamper segalka bentuk
kritikan yang ada di era modernism. Dengan begitu isitilah
postmodernisme sebagai segala bentuk refleksi kritis atas paradigma
modern dan atas metafisika pada umumnya.

3
Daniel Bell, “Beyond modernism: Beyond Self”, dalam Sociological Journey ( London:
Heinemann,1980)
4
Frederic Jameson, “Postmodernism or the Cultural logic of Late Capitalism”, dalam New left Review
146,1984, hlm 85-7

4
B. Asal-Usul Postmodernisme

Munculnya era postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari era sebelumnya


yaitu, era modernisme. Awal mula tumbangnya era modernisme dapat dilihat
dalam filsafatnya Soren Kierkegaard (1813-1855). Modernisme selalu
menjajikan pada kita untuk membawa perubahan ke dunia yang lebih mapan.
Modernisme , menurut Anthony Giddens , menimbulkan berkembangbiaknya
petaka bagi umat manusia. Pertama , penggunaan kekerasan dalam
menyelesaikan sengketa. Kedua, penindasan oleh yang kuat atas yang lemah,
Ketiga, ketimpangan social yang kian parah. Keempat, kerusakan hidup yang
kian mengkhawatirkan.5
Dengan berakhirnya dan tumbangnya era modernisme muncullah era
postmodernisme. Istilah postmodernisme ini digunakan pertama kali oleh
John Watkins Chapman seorang pelukis Inggris. Kemudian pada tahun 1917,
dalam buku Rudolf Pannwits tang berjudul Die Krisis der Eropaischen
Kultur, yang membahas mengenai nihilism, dan jatuhnya nilai-nilai budaya
Eropa. Lalu, Frederico de Onis pada tahun 1930-an menggunakan istilah
postmodernisme untuk reaksi melawan puisi kaum modernis.
Latar belakang postmodernisme dibentuk ingin merubah pada era
sebelumnya yang menuai banyak kritikan dan gugatan yang membawa
bidang ilmu pengetahuan akan memberikan kebahagian dan mapan. Oleh
karena itu, pemikiran modernisme akan dibenahi oleh pemikiran
postodernisme. Mulanya modernisme berfikir Sesuatu yang universal akan
berpindah menuju sesuatu yang lokal. Sehingga sangatlah penting pemikiran
postmodernisme bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Dan tidak
lagi hanya amenekankan pada kesatuan,universalitas, objektivitas, dan homo
genitas. Namun akan berubah dengan pandangan postmodernisme yang lebih
menekankan pada perbedaan, pluralitas, budaya lokal, serta pengalaman
sehari-hari.

5
Maksum, 2014:311

5
C. Tokoh-Tokoh Postmodernisme

Ada beberapa tokoh postmodernisme yakni :


1. Frederick Wilhelm Nietzche
Kelahiran Rochen , Prusia 15 Oktober 1884. Pada saat sekolah dan mahasiswa
, ia sudah berkenalan dengan orang orang besar yang nantinya akan
memengaruhi pikirannya . Karir bergengsi yang pernah ia duduki ialah
sebagai Profesor di Universitas Base.
2. Charles Sanders Pierce
Lahir di Cambridge , Massachusetts pada tanggal 10 September 1839 .Ia
seorang filsuf yang ahli logika semiotika , matematika dan ilmuan.
3. Michel Foucault
Foucault adalah seorang filsuf asal Perancis. Ia merupakan pemikir paling
berpengaruh pasca perang dunia II . Foucault terkenal dengan penelahannya
yang kritis terhadap institusi sosial, terutama psikiatri , kedokteran serta
sistem penjara , serta karya karyanya tentang riwayat seksualitas.
4. Jacques Deridda
seorang filsuf Perancis keturunan Yahudi , pendiri dekonstruktivisme.
5. Jan Mukarovsky
Mukarovsky lahir di Bohemia (1891- 1975) . Ia merupakan pengikut
strukturalisme Praha, kemudian mengalami pergeseran dari struktur kearah
tanggapan pembaca . Aliran ini yang disebut sebagai strukturalisme dinamik.
6. Hans Robert Jauss
Jauss lahir di Jerman . Ia termasuk didalam kelompok konstaz , nama yang
diambil dari sebuah universitas di Jerman Selatan.
7. Jean Francois Lyotard
Seorang filsuf dari Perancis kelahiran 10 Agustus 1924 , ia merupakan salah
satu filsuf postmodernisme yang terkenal sekaligus paling penting. Lyotard
memiliki dua karya yang membuatnya dikenal baik Prancis maupun di luar
negri yaitu The jii Postmodernisme Condition dan The Differend ( zaprulkhan
, 2006: 320)
8. Jean Baudrillard
filsuf dan sosiolog asal Prancis. Ia dikenal sebagai tokoh yang menyebut
dunia postmodernisme sebagai kehidupan yang hiperialitas.
9. Fredrik Jameson
ia merupakan salah satu kritikus literatur berhaluan marxis paling terkemuka .
Jameson menggunakan pola pikir marxis untuk menjelaskan epos historis

6
yang baru (postmodernisme) yang menurut nya bukan modification dari
kapitalisme melainkan ekspansi darinya ( maksom , 2014 :339)

D. Pemikiran Postmodernisme
Di dalam pemetaan wilayah postmodernisme, menurut Amin Abdullah
terdapat 3 dasar yang menjadi arus pemikiran postmodernisme yang
diistilahkan dengan ciri-ciri struktur fundamental pemikiran postmodernisme
yaitu :
1 . Dekonstruktifisme
Ciri ciri pemikiran postmodernisme adalah dekonstruktif. Sebagai suatu
strategi postmodernisme mempertanyakan ulang kontruksi dasar keilmuan
yang telah mapan dalam era modern baik dalam bidang sosiologi, psikologi,
antropologi, sejarah bahkan juga ilmu kealaman lainnya yang baku . Hal itu
terjadi karena teori tersebut dianggap menutup munculnya teori teori lain yang
barangkali jauh lebih membantu memahami realitas dan pemecahan masalah .
Jadi , pemikir Postmodernisme menentang klaim adanya teori teori yang baku,
standard yang tidak dapat dingganggu gugat.
2 . Relativisme
Thomas S PKuhn adalah seorang pemikir yang mendobrak keyakinan para
ilmuwan yang bersifat positivistik . Pemikiran positivisme ini lebih menggaris
bawahi validitas hukum alam dan sosial yang sifatnya universal yang
dibangun oleh rasio . Manivestasi pemikiran postmodernisme dalam hal
realitas budaya (nilai nilai , kepercayaan agama, tradisi budaya ) , tergambar
dalam teori teori antropologi . Di dalam pandangan antropolog tidak ada
budaya yang sama dan sebangun antara satu dengan lainnya. Seperti budaya
Amerika yang jelas berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia . Maka
nilai budaya sangat beraneka ragam sesuai dengan latar belakang sejarahnya ,
geografis, demografis, dan lain lain . Dari sinilah terlihat bahwa nilai budaya
sifatnya relatif dalam artian antara satu budaya dengan budaya yang lain tidak
bisa disamakan seperti hitungan sistematis . Dan hal inilah sesuai dengan alur
pemikiran postmodernisme yakni bahwa wilayah budaya , bahasa ,cara
berpikir serta agama sangat ditentukan oleh tatanan nilai dan adat kebiasaan
masing masing.
3. Pluralisme
Era pluralisme sebenarnya sudah diketahui oleh banyak bangsa sejak
dahulu. Akan tetapi gambaran era pluralisme belum dipahami seperti era
sekarang. Hasil teknologi modern bidang transportasi serta komunikasi

7
menjadikan era pluralisme budaya dan agama semakin dipahami oleh
banyaknya orang. Adanya pluralitas budaya, agama, keluarga, militer, bangsa
dan juga politik merupakan realitas . Di dalam konteks keindonesiaan
khususnya dari ciri ciri pemikiran postmodernisme , fenomena pluralisme
lebih dapat diresapi oleh masyarakat.

Beberapa pemikiran para tokoh postmodernisme , yaitu:


 Friendrich Wilhelm Nietzche
Menurutnya manusia itu harus menggunakan skeptisisme radikal
kemampuan akal dan tidak ada yang bisa dipercaya dari akal. Terlalu
naif jika akal dipercaya mampu memperoleh kebenaran. Kebenaran itu
sendiri tidak ada . Jika orang menganggap dengan akal diperoleh
pengetahuan atau kebenaran maka akal sekaligus merupakan
kekeliruan.
 Jacques Deridda
Deridda menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi yang
merupakan salah satu kunci pemikiran postmodernisme yang
memberikan sumbangan mengenai teori teori pengetahuan yang dinilai
sangat kaku dan kebenarannya tidak dapat dibantah. Deridda mencoba
untuk meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang
baginya dalam artian dapat memperoleh teori baru asalkan hal tersebut
terbukti kebenarannya dan dipertanggung jawabkan.
 Jan Mukarovski
Sebagai pengikut kelompok formalis ia memandang bahwa aspek
estetis dihasilkan melalui fungsi puitikan , bahasa, seperti
deotomatisasi , membuat aneh , penyimpangan , dan pembongkaran
norma norma lainnya . Mukarovski membedakan 3 macam nilai yaitu
nilai estetis aktual ,nilai universal , nilai evolusi . Peran terpenting
Mukarovski adalah kemampuan untuk menunjukkan dinamika antara
totalitas karya dengan totalitas pembaca sebagai penanggap.
 Hans Robert Jauss
Tujuan pokok Jauss adalah membongkar kecendrungan sejarah
sastra tradisional yang dianggap bersifat universal , teologis , sejarah
sastra yang lebih banyak berkaitan dengan sejarah nasional, sejarah
umum dan rangkaian periode. Konsekuensi logisnya adalah
keterlibatan si pembaca . Jauss mempertegas peranan pembaca dengan
mengitroduksi konsep horison harapan . Jadi nilai dari sebuah karya

8
aspek estetis yang ditimbulkan tergantung pada hubungan antara unsur
karya dengan horison harapan pembaca . Horison harapan mengubah
penerimaan pasif menjadi aktif dari norma estetik yang telah dimiliki
menjadi produksi estetika baru , estetika sebagai pesan.
 Lyotard
Pemikiran Lyotard tentang postmodernisme adalah ketidak
percayaan nya terhadap ilmu pengetahuan dari pandangan
postmodernisme. Menurutnya saat ini kebebasan, kemajuan dan
sebagiannya ranah permasalahan dalam masa modernisme mengalami
permasalahan yang sama ada istilah religi, nasional, kebangsaan dan
kepercayaan terhadap keunggulan negara Eropa. Dia tidak percaya dan
merasa kurang tepat kebenarannya. Maka sebenarnya postmodernisme
harus memajukan sosial manusia. Jadi untuk langkah ini
postmodernisme menganggap suatu ilmu tidak harus langsung
diterima melainkan diselidiki dan dibuktikan terlebih dahulu
kebenarannya.
 Jean Baudrillard
Pemikiran Jean Baudrillard memusatkan perhatian kepada kultur
yang dilihat olehnya mengalami revolusi besar besaran dan merupakan
bencana besar . Revolusi kulturah menyebabkan massa menjadi
semakin pasif ketimbang semakin berontak seperti yang diperkirakan
oleh pemikir marxis. Massa menempuh jalan mereka sendiri , tak
mengindahkan upaya yang bertujuan memanipulasi mereka .
 Fredrik Jameson
Menurutnya postmodernisme memiliki 2 ciri utama yaitu pastiche
dan schizophrenia . Jameson menejelaskan modernisme besar
didasarkan pada gaya personal ataupun pribadi . Subjek individual
borjois tidak hanya merupakan subjek masa lalu , tetapi juga mitos
subjek yang tidak pernah ada, hanyalah mistifikasi kata Jameson yang
ada hanya pastiche tiruan gaya yang telah mati. Dia juga menjelaskan
apa yang dimaksudkan dengan menggunakan teori schizophrenia ,
schizophrenia adalah pengelaman pennada material yang terpisah ,
terisolin dan gagal membentuk rangkaian yang kohoren. 6

6
Hidayat. (2008):227

9
E. Perkembangan Postmodernisme

Postmodernisme yang muncul diakibatkan karena kegagalan Modernisme


dalam mengangkat martabat manusia. Bagi postmodernisme, paham
modernisme selama ini telah gagal dalam menepati janjinya untuk membawa
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya kekerasan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa modernisme membawa
kehancuran bagi manusia, peperangan terjadi dimana-mana yang hal ini
mengakibatkan manusia hidup dalam menderita. Pandangan modernisme
menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif,
tidak adanya nilai dari manusia. Di sinilah muncul suatu paham
postmodernisme yang merupakan kelanjutan, keterputusan, dan koreksi dari
modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam
menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini. Bagi postmodernisme ilmu
pengetahuan tidaklah objektif tetapi subjektif dan interpretasi dari manusia itu
sendiri, sehingga kebenarannya adalah relatif.
Dalam penulisan ini penulis akan membahas secara fokus dan rinci
terhadap paham postmodernisme yang merupakan pengembangan pemikiran
tentang ilmu pengetahuan, yang merupakan pergeseran, perkembangan
bahkan kelanjutan dari modernisme itu sendiri. Tentunya hal ini akibat dari
pergolakan pemikiran dari para pemikir yang peduli terhadap ilmu
pengetahuan, sehingga memunculkan suatu pemikiran baru.

F. Pandangan Postmodernisme sebagai Ilmu Pengetahuan

Modernisme memandang ilmu-ilmu positif empiris atau ilmu pengetahuan


mau tidak mau menjadi standar kebenaran tertinggi. Artinya pandangan
modernisme yang objektif dan positivis. Mengakibatkan nilai moral dan
religious kehilangan wibawa. Maka timbul disorientasi moral-religius menuju
suatu kekerasan, keterasingan, dan disorientasi hidup.
Penganut postmodernisme mengakui adanya suatu pendekatan dalam ilmu
pengetahuan yaitu secara pendekatan metodologis antara lain interpretasi anti
obyektifitas dan dekonstruksi. Postmodernisme dipahami sebagai interpretasi
tak terbatas. Dengan demikian dalam pandangan postmodernisme bahwa ilmu
pengetahuan bersifat subjektif. Implikasinya adalah bahwa tidak ada apa yang

10
dinamakan ilmu bebas nilai. Sedangkan modernisme menganggap ilmu
pengetahuan yang objektif maka bebas dari nilai.
Sehingga penganut postmodernisme tidak mengakui akan adanya
rasionalitas universal, yang ada hanyalah relativitas dari eksistensi plural.
Maka, dengan demikian, perlu dirubah dari berfikir totalizing menjadi
pluralistic and open democracy dalam semua sendi kehidupan. Pandangan
postmodernisme lebih menekankan pluralitas, perbedaan, heterogenitas,
budaya lokal/etnis, dan pengalaman hidup sehari-hari.
Jadi, postmodernisme memandang bahwa ilmu pengetahuan yang
ditawarkan oleh modernisme akan membawa pada kehancuran. Modernisme
tidak membawa kita pada kehidupan yang lebih layak dan bisa mengangkat
harkat martabat manusia seperti apa yang telah dijanjikannya, namun malah
sebaliknya. Postmodernisme berpandangan, harus dilakukan perombakan
terhadap apa yang ditawarkan oleh modernisme dan juga harus dikaji ulang
terlebih dahulu.

G. Kelebihan dan Kelemahan Postmodernisme


Kelebihan postmodernisme antara lain bahwa perspektif
postmodernisme dapat membuat kita peka terhadap kemungkinan
bahwa wacana besar positif, prinsip-prinsip etika positif, dapat diputar
dan dipakai untuk menindas manusia. Martabat manusia harus
dijunjung tinggi, seperti kebebasan adalah nilai tinggi, tetapi bisa saja
terjadi bahwa nama kebebasan sekelompok orang mau ditiadakan.
Postmodernisme ikut membuat kita sadar, sebuah kesadaran bahwa
semua cerita besar perlu dicurigai, perlu diwaspadai agar tidak
menjelma rezim totalitarianisme yang hanya mau mendengarkan
suara diri sendiri dan mengharuskan suara-suara yang berbeda dari
luar.7
Menurut Franz Dahler, postmodernisme memiliki segi positif, yaitu
keterbukaan untuk kebhinekaan masyarakat, untuk toleransi, perlawanan
terhadap monopoli, dominan agama, aliran dan ideologi tertentu, hingga
menguntungkan demokrasi8.

7
Zaprulkhan. 2006: 323-324
8
Jalaluddin. 2013: 67

11
Zaprulkhan menyatakan bahwa setidaknya ada kelemahan yang ada pada
postmodernisme, yang penulis rangkum menjadi tiga poin utama, yaitu,
pertama, postmodernisme yang sangat semangat mempromosikan narasi-
narasi kecil, ternyata buta terhadap kenyataan bahwa banyak juga narasi kecil
yang mengandung banyak kebusukan. Katakanlah kaum komunitarian yang
membela tradisi-tradisi komunitas dikemukakan bahwa banyak tradisi
komunitas bertentangan tidak hanya dengan suatu ide abstrak martabat
manusia postmodernisme akan menolak argumen itu, melainkan terhadap
institusi-institusi moral mendalam manusia. Kedua, postmodernisme tidak
membedakan antara ideologi, di satu pihak dan prinsip-prinsip universal etika
terbuka, di pihak lain. Dengan istilah-istilah kabur
seperti cerita besar mereka menutup perbedaan yang prinsipil itu. Yang
mempermudah adalah pendekatan ideologis dan bukan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip dasar moralitas yang terbuka. Dalam arti ideologi tertutup, memang
bertentangan dengan martabat manusia sebagai makluk yang bertindak
berdasarkan kesadaran akan baik dan buruk, yang sanggup untuk bertanggung
jawab, karena ideologi selalu menuntut ketaatan mutlak. Dan yang ketiga
Postmodernisme menuntut untuk menyingkirkan cerita-cerita besar demi
cerita kecil atau lokal. Dengan kata lain tuntutan postmodernisme kontradiktif,
memaklumkan kepada umat manusia bahwa maklumat-maklumat
kepada umat manusia (cerita besar) harus ditolak sama artinya dengan
memaklumatkan bahwa maklumat itu sendiri tidak perlu dihiraukan. 9

9
Zaprulkhan. 2006: 322-323

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Postmodernisme merupakan era dimana ingin memberikan kedudukan
manusia lebih baik. Karena pada era sebelumnya yang selama ini merasa
gagal dalam menempati janjinya untuk membawa kehidupan manusia menjadi
lebih baik. Di masa modernisme banyak sisi gelap yang membuat masanya
terdapat banyak kontroversi. Banyak budaya modernisne yang menyimpang
salah satunya krisis ilmu pengetahuan yang disebabkan bentuk
kebudayaannya ditandai dengan rasionalisme, positivisme, empirisme dan
kecanggihan teknologinya. Sehingga sangatlah penting pemikiran
postmodernisme bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Agar
tidak lagi hanya amenekankan pada kesatuan,universalitas, objektivitas saja.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami butuh
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat
berguna bagi kami dan pihak lainnya yang berkepentingan pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Norris, Chistopher. (2003). Membonkar teori dekonstruksi Jacques Derrida


Arruss. Yogyakarta.

Soetriono & Rita Hanafie. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodologi penelitian.
Andi. Yogyakarta.

Jalaluddin. (2013). Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rajawali Pers. Jakarta

Johan Setiawan. (2018). “Pemikiran postmodernisme dan pandangan terhadap


ilmu pengetahuan” journal of filsafat Vol 28 No 1 (Halaman 25-46).
Yokyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

Maksum, Ali. (2019). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Yazid, Abu. (2017). Tokoh, Konsep dan Kata Kunci Teori Postmodernisme.
Yogyakarta: CV. Budi Utama

Wijayati, Hasna & Indriyani R. (2021). Postmodernisme. Yogyakarta: Anak


Hebat Indonesia

Setiawan J, & Ajat S. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya


Terhadap Ilmu Pengetahuan. Academia. Vol 28 (27-39)

Abdullah,Amin , 2004, falsafah kalam di Era Postmodernisme, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai