Anda di halaman 1dari 19

AKAD IJARAH DAN

JU’ALAH
Kelompok 5
1. Fahrudin Rasta Hidayat (21108040080)
2. Ayub Rosyidin (21108040081)
3. Pradita Anastasya P.N.H (21108040082)
KELAS C
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
AKAD IJARAH

Pengertian Akad Ijarah


Ijārah merupakan t ata cara sewa menyewa dalam Islam. Secara terminologis, Ijārah adalah upah sewa yang
diberikan kepada seseorang yang telah mengerjakan satu pekerjaan sebagai balasan atas pekerjaannya. Secara
umum, Ijārah berarti pemindahan manfaat atas suatu barang. Melihat pola transaksinya, Ijārah menyerupai jual
beli, hanya saja apabila jual beli yang menjadi obyek transaksi adalah barang sedang Ijārah adalah jasa.

Menurut bahasa, Ijarah berarti upah atau ganti atau imbalan. Karena itu lafadz Ijarah mempunyai pengertian
umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau imbalan sesuatu kegiatan, atau upah
karena melakukan sesuatu aktivitas. Kalau sekiranya kitab–kitab fikih selalu menerjemahkan kata Ijarah
denga bn sewa–menyewa, Ijarah di dasarkan pada adanya perpindahan manfaat. Pada prinsipnya ia
hampir sama dengan jual beli. Perbedaan antara keduanya dapat di lihat pada dua hal utama, yaitu berbeda
pada objek akad di mana objek jual beli adalah barang konkrit, sedang yang menjadi objek pada Ijarah
adalah jasa atau manfaat, antara jual beli dan Ijarah juga berbeda pada penetapan batas waktu, di mana
pada jual beli tidak ada pembatasan waktu untuk memiliki objek transaksi, sedang kepemilikan dalam
Ijarah hanya untuk batas waktu tertentu
Dasar Hukum Akad Ijarah

Dasar hukum Ijarah Dalam Al-Qur‟an Surat Az-Zukhruf: 32 “Apakah mereka yang membagi-
bagikan rahmat tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dankami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat,agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Az-Zukhruf: 32).18.
Dalil Hadits/Sunnah, sabda Rasululullah Dari Abu Umar R.A berkata, Rasulullah SAW, bersabda
“Berikanlah upah pekerja sebelum mengering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah dari Ibn Umar).
Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Pernah melakukan bekam (hijamah)
kemudian membayar orang yang membekamnnya. 23 Dari ibnu Abbas r.a ia berkata: “Rasulullah
SAW membekam dan memberikan upah kepada orang yang membekamnya. Seandainya
membekam itu haram, tidaklah beliau memberi upah”.(HR. Bukhari).
KETENTUAN RUKUN DAN SYARAT AKAD IJARAH

A . Rukun Ijarah
1. Ada orang yang menyewakan suatu barang (Mu’ajjir dan Musta’jir)
2. Ada akad antara  penyewa dan yang menyewakan
3. Ada ijab qabul (shigat)
4. Ada upah (ujrah)
5. Ada manfaat baik antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa.

B. Syarat Ijarah
1. Kedua pihak yang melakukan transaksi Ijarah sudah dewasa (baligh) dan berakal (tidak mabuk).
2. Kedua pihak yang melakukan transaksi memiliki kerelaan dan tidak didasarkan suatu paksaan dari pihak
mana pun.
3. Barang yang menjadi objek transaksi harus jelas adanya.
4. Barang yang menjadi objek transaksi harus halal sesuai syariat Islam.
5. Barang yang menjadi objek transaksi menjadi hak Mu’jar atas seizin pemiliknya.
6. Manfaat yang didapatkan harus diinformasikan secara terang dan jelas.
JENIS JENIS AKAD IJARAH

# Terdapat dua jenis Ijarah berdasarkan objek yang disewakan, yaitu sebagai
berikut:
a. Ijarah Manfaat 
Ijarah jenis ini memiliki objek sewa berupa asset yang tidak bergerak seperti
rumah, kendaraan, pakaian, perhiasan, dan lain sebagainya.
b. Ijarah Pekerjaan
Ijarah atas pekerjaan mengarah kepada objek sewa yang berbentuk pekerjaan
atau jasa yakni seperti menjahit baju, memperbaiki barang, membangun
bangunan, mengantar paket, dan lain-lain.
# Sementara berdasarkan PSAK Nomor 107, Ijarah terbagi ke dalam beberapa jenis di bawah ini:
a. Ijarah Asli
Ijarah asli adalah transaksi sewa-menyewa terhadap objek Ijarah yang dilakukan tanpa ada
perpindahan hak kepemilikan atas asset atau barang tersebut. 
b. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
adalah akad Ijarah yang terjadi dengan adanya perjanjian atau wa’ad perpindahan kepemilikan
objek yang disewakan tersebut pada waktu tertentu.
c. Jual-dan-Ijarah
Transaksi Ijarah ini dilakukan saat objek Ijarah yang telah dijual kepada pihak lain, kemudian
disewa kembali karena penyewa atau pemilik sebelumnya masih membutuhkan manfaat
yang ada di objek tersebut. Hal ini bisa saja terjadi apabila pemilik objek Ijarah masih
memerlukan kegunaan dari barang tersebut namun membutuhkan uang sehingga harus
menjualnya.
d. Ijarah-Lanjut
Ijarah-Lanjut merupakan kegiatan menyewakan lebih lanjut barang atau asset yang sebelumnya
telah disewa dari pemilik kepada pihak lain.
Hak dan kewajiban dalam akad ijarah

# Hak dan kewajiban pemberi sewa atau pemberi jasa adalah:


• Menerima pembayaran harga sewa atau upah (ujrah) sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
• Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan;
• Menanggung biaya pemeliharaan barang yang disewakan;
• Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan;
• Bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan yang bukan disebabkan oleh
pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan atau bukan karena kelalaian Pihak penyewa;
dan
• Menyatakan secara tertulis bahwa pemberi sewa atau pemberi jasa menyerahkan hak
penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimilikinya
kepada penyewa atau pengguna jasa (pernyataan ijab).
# Hak dan kewajiban penyewa atau pengguna jasa adalah:
1. manfaatkan barang dan atau jasa sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
2. membayar harga sewa atau upah (ujrah) sesuai yang disepakati dalam Ijarah;
3. bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai yang
disepakati dalam Ijarah;
4. menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak material) sesuai yang
disepakati dalam Ijarah;
5. bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan yang disebabkan oleh pelanggaran
dari penggunaan yang dibolehkan atau karena kelalaian Pihak penyewa; dan
6. menyatakan secara tertulis bahwa penyewa atau penerima jasa menerima hak penggunaan
atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa
atau pemberi jasa (pernyataan qabul).
# Skema pembiayaan akad ijarah terdiri atas :

1. Ijarah murni ( sewa menyewa murni )


Dalam ijarah murni, telah berlakunya perjanjian sewa menyewa biasa. Dimana kedua pihak
tetap memiliki kedudukan sebagaimana awal perjanjian, yaitu antara pihak yang
menyewakan dan pihak yang menyewa barang. Setelah masa sewa berakhir, para pihak
kembali pada kedudukannya masing – masing.
2. Ijarah Muntahia Bi Al-Tamlik (IMBT)
Dalam IMBT ini, telah dilakukannya sewa menyewa dengan hak opsi pada akhir masa sewa,
untuk membeli barang yang disewakan. Dalam sewa menyewa tersebut, uang pembayaran
sewannya sudah termasuk cicilan atas harga pokok barang. Pihak yang menyewakan
( misalkan bank syariah ) berjanji (wa’ad) kepada penyewa untuk memindahkan
kepemilikan suatu objek / barang setelah masa sewa berakhir.
# Contoh skema pembiayaan akad ijarah
Contoh ijarah murni
Budi ingin mencari jasa borongan penjahit pakaian, setelah menemukan jasa penjahit pakaian, Budi melakukan
akad ijarah dengan menyewa jasa penjahit pakaian dalam waktu dan berapa jumlah yang telah disepakati dan
telah melakukan pembayaran sewa atau upah. Setelah masa sewa berakhir dan hasil dari pekerjaan pemborong
selesai, jasa borongan penjahit pakaian dan Budi akan kembali ke kedudukannya masing – masing.

Contoh Ijarah Muntahia Bi Al- Tamlik (IMBT)


Bapak Badi hendak menyewa ruko selama satu tahun mulai dari tanggal 1 Agustus 2020 sampai 31 Juli 2021 dan
bermaksud membelinya di akhir masa sewa. Pemilik ruko menginginkan pembayaran sewa secara tunai di muka
sebesar Rp 2.000.000.000,- (tanggal 1 Agustus 2002) dan Rp 2.000.000.000,- di akhir masa sewa untuk membeli
ruko tersebut. Atau, bila ruko tersebut dibeli secara langsung pada tanggal 1 Agustus 2002, pemilik toko bersedia
menjualnya dengan harga 3.500.000.000,- . Dengan pola pembayaran seperti di atas, kemampuan keuangan Bapak
Badi tidak memungkinkan. Pak Badi hanya mampu membayar sewa secara cicilan sebesar Rp 300.000.000,-/bulan
dan membeli ruko di akhir masa sewa. Oleh karena itu Pak Badi meminta pembiayaan dari Bank Syariah sebesar Rp
2.000.000.000,- diawal masa sewa dan Rp 2.000.000.000,- di akhir masa sewa. Bank syariah menginginkan
persentase keuntungan sebesar 20% dari pembiayaan yang diberikan.
Dari contoh kasus di atas, bank akan membuat analisis keuangan dan juga menentukan akad
yang akan digunakan, yang dalam hal ini, bank akan menggunakan akad IMBT. Adapun
analisisnya adalah sebagai berikut:
1. Harga beli tunai + dengan margin keuntungan 20% = 3.500.000.000 + 20% dari
3.500.000.000 = 4.200.000.000,-
2. Kemampuan membayar nasabah adalah Rp 300.000.000,-/bulan. Maka dalam setahun
bank akan menerima uang sebesar 3.600.000.000,- dari akad sewa, sehingga nasabah masih
harus membayar Rp 600.000.000,-.
3. Di akhir masa sewa, nasabah membeli barang tersebut dengan harga Rp 600.000.000,-
sehingga terjadi perpindahan kepemilikan barang tersebut.
AKAD JU'ALAH

Pengertian Akad Ju’alah


# Menurut Kamus besar bahasa Indonesia bonus itu adalah upah tambahan diluar gaji atau
upah sebagai hadiah atau perangsang, gaji, upah ekstra yang dibayarkan kepada
karyawan, grafikasi, intensif. Kemudian pengertian lain tentang bonus adalah sejumlah
uang yang ditambahkan ke gaji karyawan, biasanya diperuntungkkan bagi karyawan
sebagai imbalan karena mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik.
# Menurut Bahasa Arab Akad ji’alah, ju‟l atau ju’liyah secara bahasa dapat diartikan sebagai
sesuatu yang disiapkan untuk diberikan kepada seseorang yang berhasil melakukan
perbuatan tertentu, atau juga diartikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada sesorang
karena telah melakukan pekerjaan tertentu.
# Sedangkan menurut para ahli hukum, akad ji‟alah dapat dinamakan janji memberikan
hadiah (bonus, komisi atau upah tertentu), maka ji‟alah adalah akad atau komitmen
dengan kehendak satu pihak. Sedangkan menurut syara‟, akad ji‟alah adalah komitmen
memberikan imbalan yang jelas atau suatu pekerjaan tertentu atau tidak tertentu yang sulit
diketahui.
Hukum Akad Ju'alah

Menurut ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, akad ji’alah dibolehkan dengan dalil firman
Allah dalam Al-Qur’an pada surah Yusuf ayat 72, tafsir dari ayat tersebut menjelaskan bahwa orang
yang berteriak dan kawan-kawannya berkata kepada saudara-saudara Yusuf, "Kami kehilangan
penakar milik Raja yang biasa digunakan untuk menakar bahan makanan. Siapapun yang
menyerahkan penakar milik Raja itu sebelum kami melakukan pemeriksaan akan mendapatkan
imbalan berupa bahan makanan sebanyak satu muatan seekor unta. Dan aku menjamin hal itu pasti
akan didapatkannya." Kisah nabi Yusuf as. bersama saudara-saudaranya. “Mereka menjawab, ‘Kami
kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan
seberat) beban onta dan aku jamin itu.”
Ketentuan Rukun dan Syarat Akad Ju’alah
# Rukun Akad Jua’lah
1. Sighot (kalimat hendaknya mengandung arti memberi izin kepada yang akan bekerja).
2. Ja’il (orang yang menjanjikan upah, boleh bukan orang yang kehilangan).
3. Pekerjaan mencari barang yang hilang.
4, Upah/hadiah.
# Syarat Akad Jua’lah
1. Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cakap untuk melakukan tindakan hukum, yaitu balig,
berakal dan cerdas.
2. Upah atau hadiah yang dijanjikan harus tediri dari sesuatu yang bernilai harta dan jelas juga jumlahnya.
3. Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh dimanfaatkan menurut
hukum syarak.
4. Mazhab Syafi’i dan Maliki menambahkan syarat, bahwa dalam masalah tertentu, ju’alah tidak boleh dibatasi
dengan waktu tertentu, seperti mengembalikan (menemukan) orang yang hilang. Sedangkan Mazhab Hambali
membolehkan pemabatasan waktu.
5. Mazhab Hambali menambahkan syarat, bahwa pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu, tidak terlalu berat,
meskipun dapat dilakukan berulang kali seperti mengembalikan binatang ternak yang lepas dalam jumlah yang
banyak.
6. Akad ju’alahbersifat suka rela.
 
 
JENIS AKAD JU’ALAH
a. Pada ju’alah upah atau hadiah yang dijanjikan, hanyalah diterima orang yang menyatakan
sanggup mewujudkan apa yang menjadi objek pekerjaan tersebut, jika pekerjaan itu telah
mewujudkan hasil dengan sempurna.
b. Pada ju’alah unsur gharar,yaitu penipuan ( spekulasi) atau untung untungan karenadi
dalamnya terdapat ketidaktegasan dari segi batas waktu penyelesaian pekerjaan atau cara
kerjannya disebutkan
c. Pada ju’alah tidak dibenarkan memberikan upah/hadiah sebelum dilaksanakan dan
mewujudkan.
Hak dan kewajiban akad ju’alah
1. Orang yang menjanjikan upahnya, yang menjanjikan upah itu boleh juga orang lain yang mendapat pers
dari orang yang kehilangan, atau memiliki pekerjaan.
2. Pekerja, yaitu mencari barang yang hilang yang mempunyai izin untuk bekerja dari orang yang punya h
dia bekerja tanpa ada izin darinya seperti ada harta yang hilang lalu dia menemukannya atau hewan ter
dia mengembalikan kepada pemiliknya, maka dalam hal ini dia tidak berhak mendapat ju’alah, sebab d
memberikan bantuan tanpa ada ikatan upah, maka dia tidak berhak dengan upah itu, adapun jika diizin
si pemilik harta dan disyaratkan ada ju’alahnya lalu dia bekerja, maka dia berhak mendapat ju’alah, seb
pemilik harta menerima manfaat dari usahanya dengan akad ju’alah, maka si pekerja pun berhak denga
itu sama seperti orang yang disewa.
3. Hendaklah si pekerja orang yang ahli dengan pekerjaan itu jika memang dijelaskan bentuknya, makasah
ju’alah dengan orang yang memang ahlinya walaupun masih anak-anak.
4. si pekerja tidak berhak mendapatkan upah kecuali jika sudah selesai bekerja
5. Upah yang dijanjikan harus disebutkan secara jelas jumlahnya. Jika upahnya tidak jelas, maka akad ju’a
adanya
# Skema pembiayaan ju’alah
Dalam akad ju’alah komitmen berdasarkan kehendak satu pihak, sehingga akad ju’lah tidak
terjadi kecuali dengan adanya sighah dari yang akan memberi upah (ja’il). Sighah ini berisi
izin untuk melaksanakan dengan permintaan yang jelas, menyebutkan imbalan yang jelas
dan diinginkan secara umum serta adanya komitmen untuk memenuhinya.
Apabila seseorang pelaksana akad ('amil) memulai pekerjaan ji'alah tanpa izin dari pemberi
upah (ja'iI), atau ia memberi izin kepada seseorang tapi yang mengerjakannya adalah orang
lain, maka orang itu ('amil) tidak berhak mendapatkan apa-apa.
karena akad ini merupakan komitmen dari satu pihak sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Akad jualah dibolehkan dikhususkan untuk orang tertentu saja atau untuk umum. Seorang
ja'il juga dibolehkan untuk memberikan bagi orang khusus imbalan tertentu dan bagi orang
lain imbalan yang berbeda.
# Contoh skema pembiayaan akad jua’alah
Pemerintah Kabupaten Bekasi mengadakan perlombaan/sayembara buat para arsitek
untuk membuat desain stadion sepak bola yang terletak di Cikarang dengan hadiah Rp
50.000.000,- bagi para arsitek yang desainya bagus dan menarik.
Thanks!
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai