Manfaat dari transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa dan
kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang mungkin terjadi dalam al-ijarah
adalah sebagai berikut:
Di Desa Purdadi 02/04, Kecamatan Jati Mulya, Kelurahan Maguworejo, terjadi suatu perjanjian
antara dua orang berkenaan dengan perjanjian sewa menyewa rumah antara keduanya, tepatnya
pada tanggal 12 Agustus 2014. Pihak penyewa yaitu Bapak Agus Rahmanto beserta keluarganya.
Pihak pemilik rumah yaitu Bapak Bayu Priyadi.
Bapak Bayu bersedia menyewakan rumahnya di Kelurahan Maguworejo terhadap Bapak Agus
setelah terjadi kesepakatan, bahwa Bapak Agus berkewajiban untuk merawat rumah tersebut,
membayar listrik dan membayar sewa rumah setiap bulannya senilai 600ribu.
Perjanjian sewa menyewa dibuat dalam bentuk tertulis namun tidak dibawa ke notaris, hanya
ditanda tangani oleh kedua pihak. Di dalam perjanjian, tertera syarat yang diajukan Bapak Bayu
terhadap Bapak Agus dan pernyataan bahwa jika dalam kurun waktu 2 bulan, Bapak Agus tidak
membyar sewa, maka Bapak Bayu berhak untuk mengusir Bapak Agus dari rumah tersebut.
Pada Januari 2015, Bapak Bayu mendatangi rumah yang dikontrakkannya pada Bapak Agus,
karena terhitung sejak November 2014, Bapak Agus tidak membayar uang sewa bulanan.
Karena merasa sudah dirugikan, Bapak Bayu meminta kejelasan kepada Bapak Agus. Saat
didatangi, Bapak Agus berjanji akan membayar pada akhir November.
Namun, pada akhir November, Bapak Agus tidak juga kunjung membayar, hingga Bapa Bayu
mengambil tindakan untuk mengusir Bapak Agus dari rumahnya. Saat hendak diusir, Bapak
Agus menolak dan Bapak Agus beralasan bahwa ia tidak mendapatkan keadilan di dalam sewa
menyewa ini, karena selama Bapak Agus menyewa, selama musim hujan, rumah tersebut
mengalami kebocoran.
Karena kedua belah pihak sama-sama bersikukuh bahwa merekalah yang benar, akhirnya diambil
jalan tengah, dengan mendatangkan ketua RT. Di dalam mediasi, ketua RT, memutuskan bahwa
bapak Bayulah yang benar karena sesuai isi perjanjian bahwa Bapak Agus berkewajiban untuk
merawat rumah yang ia sewa. Bapak Agus masih tidak mau membayar dengan alasan bahwa
perjanjian yang ia buat bersama Bapak Bayu tidak bermaterai dan tidak dibuat oleh notaris.
Kesimpulan
Ijarah berasal dari bahasa Arab yang memiliki makna imbalan, atau upah sewa/jasa.
Istilah “Ijarah” pada umumnya digunakan dalam perbankan syariah. Secara makna
dan konteksnya dalam perbankan, Ijarah adalah pemindahan hak guna suatu barang
dengan pembayaran biaya sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang
tersebut. Oleh sebab itu, pembiayaan dengan akad Ijarah diatur sesuai syariat Islam.
Baik proses maupun Imbalan dari transaksi Ijarah ini sendiri juga berdasarkan hasil
kesepakatan kedua belah pihak. Bukan hanya itu saja, tujuan dari penyewaan barang
atau asset tersebut haruslah jelas dan telah diketahui sebelumnya. Akad Ijarah
berfokus kepada manfaat barang dan tidak boleh dilakukan atas suatu benda.
Misalkan saja apabila ada seekor sapi yang diIjarahkan untuk diambil susunya, hal
ini tidak diperbolehkan karena susu dapat menjadi benda yang dapat diperjual-
belikan.
TERIMA KASIH!