Salah satu kegiatan yang dilakukan bank syariah dapat menyewakan barang
a. Jelaskan pengertian dari Ijarah, Ijarah Muntahiya Bittamlik, Sewa Lanjut?
b. Jelaskan karakteristik butir a diatas sesuai ketentuan fatwa DSN?
Jawab:
a. Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang artinya Al 'Iwadhu. Menurut
pemahaman Syara, Al Ijarah adalah jenis akad yang berfungsi sebagai
pengganti. Transaksi ijarah didasarkan pada transfer manfaat. Oleh karena itu,
prinsip ijarah pada dasarnya sama dengan prinsip jual beli, tetapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Jika barang menjadi objek
transaksi pada saat jual beli, maka jasa menjadi objek transaksi di Ijarah.
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa menyewa antara pemilik
benda yang disewa dengan penyewa untuk memperoleh ganti rugi atas benda
yang disewa dengan kemungkinan berpindahnya kepemilikan benda yang
disewa pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sewa.
Ijarah Al Muntahiya bit Tamlik atau sewa yang berakhir dengan kepemilikan
adalah istilah modern yang tidak ada di kalangan fuqaha sebelumnya. Ijarah
Muntahiya Bittamlik adalah transaksi ijarah yang diikuti dengan perpindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Transaksi IMBT merupakan pengembangan
dari transaksi ijarah dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar. Al-bai ijarah
muntahiya bittamlik merupakan rangkaian dari dua perjanjian, yaitu perjanjian
al bai dan ijarah muntahiya bittamlik. Al bai adalah akad jual beli, sedangkan
ijarah muntah bittamlik merupakan gabungan antara leasing dan jual beli atau
hibah pada akhir masa sewa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual barang yang disewanya kepada
nasabah. Itulah sebabnya ijarah bittamlik dimuntahkan dalam perbankan
syariah. Harga sewa dan harga jual disepakati di awal akad. Prinsip syariah
yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berbasis keuntungan,
pembiayaan berbasis ekuitas, prinsip jual beli barang dengan mencari
keuntungan atau pembiayaan aset modal berdasarkan prinsip sewa bersih
tanpa opsi atau dengan kemungkinan pemindahan hak milik atas barang yang
disewa dari bank oleh pihak lain.
Sewa lanjut, Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut aset yang sebelumnya
disewakan dari pemilik ke pihak lain, entitas menggunakan perlakuan
akuntansi pemilik dan perlakuan akuntansi penyewa.
b. Karakteristik Ijarah berdasar Fatwa DSN MUI nomor 09/DSN-MUI/IV/2000
tertanggal 13 April 2000 tentang Pembiayaan Ijarah sebagai berikut.
Pertama: Rukun dan Syarat Ijarah
1. Sighat Ijarah,
2. Pihak-pihak yang berakad
3. Objek akad ijarah yaitu :
a. Manfaat barang dan sewa, atau
b. Manfaat jasa atau upah
Kedua: Ketentuan Objek Ijarah
1. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau
jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat
dilaksanakan dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus bersifat dibolehkan
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
5. Manfaat barang atau jasa harus dikenali secara spesifik
sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidakjelasan)
yang akan mengakibatkan sengketa.
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya.
7. Sewa atau upah harus disepakati dalam akad dan wajib dibayar
oleh penyewa/pengguna jasa kepada pemberi sewa/pemberi
jasa (LKS) sebagai pembayaran manfaat atau jasa.
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat
lain) dari jenis yang sama dengan objek kontrak.
9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah
dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Ketiga: Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang
diberikan.
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang
disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab
untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakannya
sesuai akad (kontrak).
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya
ringan (tidak materiil).
c. Jika barang yang dirusak. Bukan karena pelanggaran
dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena
kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia
tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
Keempat: jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
Karakteristik IMBT berdasarkan Fatwa No. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang
Al-Ijarah Al Muntahiyah Bittamlik tertanggal 28 Maret 2000,
1) Ketentuan Umum
a) Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah, berlaku pula
dalam akad IMBT
b) Perjanjian harus disepakati ketika akad ditandatangani.
c) Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
2) Ketentuan IMBT
a) Pihak yang melakukan IMBT harus melaksanakan akad Ijarah terlebih
dahulu.
b) Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian,
hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai.
c) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah
adalah wa'd yang hukumnya tidak mengikat.
3) Ketentuan lain
a) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi
perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
4) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan
sebagaimana mestinya.
Karakteristik Ijarah Lanjut: Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk
transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik, dan perlakuan
akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik)
dengan pihak penyewa lanjut.
- Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola
dana.
- Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak,
hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi
mudharabah.
- Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya
kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada
saat bagi hasil.
- Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana.
- Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas
tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara
efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung
mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil.
- Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh; persyaratan
yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan
(force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad atau hasil
keputusan dari institusi yang berwenang.
- Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar
oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang.
Penghasilan Usaha
- Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir
diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi. Pada saat akad
mudharabah berakhir, selisih antara; investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan
kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan
atau kerugian.
- Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang.
- Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada
akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
- Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang diterima maka
pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai ketentuan pada paragraf 12 - 13.
- Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana syirkah temporer secara
bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.
- Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua prinsip, yaitu
bagi laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf 11.
- Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah
diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban
sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
- Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui
sebagai beban pengelola dana.
Mudharabah Musytarakah
- Jika pengelola dana juga menyertakan dana dalam mudharabah musytarakah, maka
penyaluran dana milik pengelola dana tersebut diakui sebagai investasi mudharabah.