Anda di halaman 1dari 5

A.

AKAD IJARAH

Akad Ijarah adalah suatu perjanjian yang bertujuan untuk memindahkan manfaat
(hak guna) suatu barang selama periode masa berlaku akad Ijarah, yaitu setelah
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti oleh pergantian kepemilikan atas barang tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pengertian
akad Ijarah adalah perjanjian penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
(manfaat) dari suatu barang, yang didasarkan pada transaksi sewa-menyewanya. Dimana
pemindahan ini tidak diikuti dengan perpindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah, akad
Ijarah adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak menyewakan hak atas asetnya
kepada pihak lain berdasarkan biaya dan periode sewa-menyewa yang telah disepakati.

Pengertian Akad Ijarah Menurut Para Ahli Menurut Rachmadi Usman, pengertian akad
Ijarah adalah akad sewa-menyewa suatu barang milik pihak bank (muajjair) oleh pihak
nasabah atau penyewa (mustajir), dimana nantinya setelah masa berlaku akad berakhir,
barang sewaan tersebut akan dikembalikan kepada muajjair. Menurut Wiku Suryomurti,
pengertian akad ijarah adalah sebuah perjanjian dimana pihak pemilik barang (pemberi
sewa) berkomitmen untuk memberikan hak guna (manfaat) barang tersebut kepada
penyewa selama masa berlaku akad Ijarah, dengan senantiasa mengikuti kewajiban
sebagai penyewa yaitu membayar biaya sewa (ujrah).

Rukun Akad Ijarah

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan


Ijarah, dijelaskan beberapa rukun Ijarah, di antaranya sebagai berikut.

 Ada pernyataan ijab qabul (shigat) atau pernyataan sewa dari kedua pihak.

 Ada pihak yang melakukan akad, terdiri dari pemberi sewa (pemilik aset) dan
penyewa (pengguna aset)

 Manfaat dari aset yang disewakan dalam Ijarah harus dijamin oleh pihak yang
menyewakan, dan pihak penyewa wajib menggantinya dengan pemberian upah
(ujrah).
Syarat Akad Ijarah

Dalam suatu perjanjian sewa-menyewa, penting untuk selalu memperhatikan syarat-


syaratnya agar proses transaksi dapat terjalin secara sah. Berikut adalah syarat akad ijarah
yang perlu Anda ketahui.

 Pihak penyelenggara akad, baik penyewa maupun yang menyewakan tidak atas
keterpaksaan. Kemudian, orang yang tidak sah melakukan akad ijarah adalah
orang yang belum dewasa atau dalam keadaan tidak sadar.

 Objek yang disewakan harus berwujud sama sesuai dengan realitas dan tidak
dilebih-lebihkan, sehingga meminimalisir unsur penipuan.

 Kegunaan dari objek yang disewakan merupakan sesuatu yang bersifat mubah
(dibolehkan), bukan haram.

 Pemberian imbalan atau upah dalam transaksi Ijarah harus berwujud sesuatu yang
dapat memberikan keuntungan bagi pihak penyewa.

Jenis Akad Ijarah

Kita tahu bahwa skema akad Ijarah adalah “menyewakan atau menyediakan suatu jasa
dan barang yang bersifat sementara dengan imbalan berupa upah”. Di dalamnya terdapat
jenis akad ijarah yang terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Ijarah Wa-Iqtina atau Al-Ijarah Muntahia Bittamleek

Di dalam jenis ini, akad Ijarah terjadi dimana suatu perjanjian atau wa’ad pemindahan
hak milik atas suatu benda yang disewakan pada suatu waktu tertentu. Pengalihan
kepemilikan dapat dilakukan setelah transaksi pembayaran atas objek Ijarah telah selesai.
Pengalihan kepemilikan kemudian bisa dilakukan dengan menandatangani akad baru
yang terpisah dari skema akad Ijarah sebelumnya. Pembayaran pengalihan kepemilikan
bisa dilakukan dengan hibah, penjualan, atau pembayaran angsuran.

2. Ijarah Thumma Al Bai’


Untuk Ijarah thumma al bai’, penyewa akan menyewa sebuah barang dan bertujuan untuk
membeli barang tersebut. Sehingga di akhir masa sewa, barang tersebut menjadi hak
miliknya.

3. Ijarah Mawsufa Bi Al Dhimma

Ijarah mawsufa bi al dhimma menerangkan dengan jelas perihal keuntungan dan jasa
yang disewakan, namun tidak dengan properti yang menghasilkan manfaat. Oleh sebab
itu, jika terjadi kerusakan pada properti tersebut, kontrak tetaplah berjalan.

4. Ijarah Manfaat

Ijarah jenis ini yaitu memiliki objek sewa berupa aset tidak bergerak seperti pakaian,
perhiasan, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya.

5. Ijarah Pekerjaan

Ijarah pekerjaan mengarah kepada penyewaan objek pada bentuk pekerjaan atau jasa
yakni seperti memperbaiki barang, membangun bangunan, menjahit baju, mengantar
paket, dan lain-lain.

6. Ijarah Asli

Ijarah asli hampir sama dengan Ijarah lainnya, yaitu melakukan transaksi sewa
menyewakan terhadap objek sewa yang ingin dilakukan, namun dalam ijarah ini tidak
ada perpindahan hak kepemilikan atas aset atau barang tersebut.

7. Ijarah Lanjut

Ijarah lanjut merupakan kegiatan lebih lanjut perihal menyewakan aset atau barang yang
sebelumnya sudah pernah atau telah disewa pemilik kepada pihak lain.

B. AKAD RAHN
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas pinjaman yang
diterimanya atau dapat juga kita sebut sebagai gadai.Objek barang yang di tahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Pemilik barang
gadai disebut rahin dan orang yang mengutangkan yaitu orang yang mengambil barang
tersebut serta menahannya disebut murtahin.
Rukun dan Syarat
Di dalam Rahn (gadai) ada rukun dan syarat-syarat nya yang harus di penuhi agar rahn
tersebut sah dan tidak melanggar hukum islam, ada beberapa rukun rahn yaitu antara lain:
1. Harus ada akad dan ijab qabul
2. Aqid, aqid itu adalah yang menggadaikan barang dan yang member piutang gadai
3. Harus ada barang yang di gadaikan nya atau di jadikan jaminan, dan barang yang
yang di gadaikan itu harus dalam keadaan baik dan bukan barang yang
bermasalah
C. AKAD WAKALAH
Akad wakalah merupakan perjanjian yang digunakan oleh seseorang, jika dia
membutuhkan orang lain.
Maksudnya, akad wakalah dipakai apabila seseorang membutuhkan orang lain untuk
mengerjakan sesuatu yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dalam melakukan wakalah,
orang yang memberi kuasa disebut al-Muwakkil. Sementara, orang yang diberi kuasa
disebut al-Wakil.
Jadi, adanya tugas wakalah yaitu untuk menggantikan atau mengerjakan pekerjaan
maupun perkara seseorang ketika masih hidup. Seorang yang dipilih atau al-wakil
haruslah orang yang dianggap mampu untuk menggantikan muwakkil.
Oleh sebabnya, apabila seorang wakil itu merupakan orang gila, anak kecil (belum
dewasa) atau orang yang tidak ahli untuk mengerjakan urusannya, maka kita tidak sah
untuk mewakilkan urusan kita kepada orang lain.
Jenis-jenis Wakalah
1. Wakalah al-Mutlaqah
Al-Mutlaqah adalah jenis wakalah yang mewakilkan sesuatu secara mutlak. Artinya,
wakalah dilakukan tanpa batas waktu dan juga untuk segala urusan.
2. Wakalah al-Muqayyadah
Wakalah al-Muqayyadah merupakan penunjukan wakil yang bertindak atas namanya,
dalam suatu urusan-urusan tertentu.
3. Wakalah al-Ammah
Al-ammah termasuk jenis wakalah di mana perwakilan yang lebih luas dari al-
Muqayyadah. Biasanya ini untuk perbuatan terkait pengurusan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai