Anda di halaman 1dari 7

1.

Pengertian Akad Ijarah

Menurut Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunah, ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-
'iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
(ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi ijarah
dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang)
dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah tertentu). Dari pengertian di atas,
ijarah sejenis dengan akad jual beli namun yang dipindahkan bukan hak kepemilikannya, tetapi
hak guna atau manfaat dari suatu aset atau jasa/pekerjaan. Aset yang disewakan (objek ijarah)
dapat berupa rumah, mobil, peralatan dan lain sebagainya, karena yang ditransfer adalah manfaat
dari suatu aset sehingga, segala sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek
ijarah. Dengan demikian, barang yang dapat habis dikonsumsi. tidak dapat menjadi objek ijarah
karena, ketika mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah
manfaat dari suatu jasa yang berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang. Contoh:
Nona Saras menggunakan jasa penjahit Isma, atau Isma mempekerjakan Elin. Hubungan pekerja
dan pemberi kerja (upah-mengupah) termasuk dalam akad ijarah, dan pengguna jasa harus
membayar upah.

Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban menanggung
biaya pemeliharaannya selama periode akad atau menggantinya dengan aset sejenis. Pada
hakikatnya pemberi sewa berkewajiban untuk menyiapkan aset yang disewakan dalam kondisi
yang dapat diambil manfaat darinya. Apabila kerusakan aset terjadi karena kelalaian penyewa
maka ia berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa
tidak bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah
untuk menghindari risiko kerugian (PSAK 107).

Akademia. Makalah Akuntansi Syariah Akad Ijarah. Penulis Liza Silviana Aprilia
https://www.academia.edu/48863432/
MAKALAH_AKUNTANSI_SYARIAH_AKAD_IJARAH_

2. Jenis Akad Ijarah


2.2.1 Berdasarkan Objek yang Disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2 (dua), yaitu:
1. manfaat atas aset yang tidak bergerak, seperti rumah, atau aset bergerak seperti mobil,
motor, pakaian, dan sebagainya;
2. manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
2.2.2 Berdasarkan PSAK 107
Meski yang telah dikenal secara luas hanya ada dua (ijarah dan ijarah muttahiya bin tamlik)
berdasarkan PSAK No. 107, ijarah dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa'd untuk memindahkan kepemilikan dari
pemilik (mu'jir) kepada penyewa (musta jir) pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya bin tamlik (IMBT) adalah ijarah dengan wa'd perpindahan kepemilikan
aset yang diijarahkan pada saat tertentu.
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada penyewa, dalam
ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT) dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek
ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada
pemberi sewa. Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah
dari akad ijarah sebelumnya. Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui:
a. hibah;
b. penjualan, di mana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad
penjualan, namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
1) sebelum akad berakhir,
2) setelah akad berakhir,
3) penjualan secara bertahap sesuai dengan wa'd (janji) pemberi sewa. Untuk
perpindahan secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali la
melakukan pembayaran dari harga total sampai ia memiliki aset tersebut
secara penuh di akhir kontrak. Sistem ini mengharuskan pembuatan kontrak
untuk setiap bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual kepada penyewa.
Jika kontrak ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum
perpindahan kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya
menjadi milik bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
3. Jual-dan-ijarah adalah transaksi menjual aset ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali aset ijarah yang telah dijual tersebut. Alasan dilakukannya
transaksi tersebut bisa saja pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih
memerlukan manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan
transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta'alluq) sehingga, harga jual
harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau
kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang atau
penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
4. Ijarah-lanjut menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik/pemberi sewa. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk
5 disewa-lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan)
untuk pembayaran ijarah jangka panjang, dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka
pendek.

LIHAT DI MAKALAH AKAD IJARAH


Sri Nurhayati, Wasilah. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 5. Jakarta: Bagian
Penerbitan Salemba Empat.

3. Dasar Syariah
2.3.1 Sumber Hukum Akad Ijarah
1. Alquran, sebagaimana firman Allah SWT:
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-mu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat Tuhan-mu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Az-Zukhruf: 32)
"Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketauhilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Baqarah: 233)
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata 'wahai ayahku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja
(pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (QS. Al-Qasas: 26)
2. Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: "Berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering." (HR. Ibnu Majah)
"Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya" (HR. 'Abd ar
Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-Khudri)
Dari Saad bin Abi Waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: "Dahulu kami
menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu
Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya
dengan uang emas atau perak." (HR. Nasa'i)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda, "Allah Ta'ala berfirman:
Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia
curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan
6 harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu
sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya
upahnya." (Hasan: Irwa-ul Ghalil no: 1489 dan Fathul Bari IV: 417 No.: 2227)
"Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek." (HR. Ahmad
dari Ibnu Mas'ud)
2.3.2 Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah
Rukun Ijarah ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa atau pemberi jasa atau lessor atau mu'jjir dan
penyewa atau pengguna jasa atau lessee atau mustajir.
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/ma'jur dan pembayaran sewa; atau manfaat
jasa dan pembayaran upah.
3. Ijab kabul/serah terima.
Ketentuan syariah akad ijarah:
1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat aset/jasa adalah sebagai berikut.
1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa
komputer, maka komputer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
dan tidak rusak.
2) Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah
atas objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah
seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempat main judi atau
menjual khamr dan lain sebagainya.
3) Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan
secara syariah sehingga tidak sah akadnya:
a) Kewajiban shalat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan
kewajiban setiap individu (fardhu'ain-lihat Bab 2).
b) Mempekerjakan seseorang untuk membaca Alquran dan pahalanya
(manfaatnya) ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan.
akan kembali pada yang membacanya, sehingga tidak dialihkan.
c) Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah
karena mengambil manfaat darinya sama saja dengan
memilikinya/menguasainya. Misalnya makanan/minuman/buah-buahan
atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya berarti menggunakannya.
7 4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik
mobil yang disewa. Untuk mengetahui kejelasan manfaat dari suatu aset dapat
dilakukan identifikasi fisik.
5) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas, misalnya 2 tahun.
b. Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau
pengguna jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas
manfaat aset atau jasa yang digunakannya.
1) Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya,
Berkah Toserba merekrut karyawannya yang ditugaskan sebagai pramuniaga
(hubungannya adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati
sebesar Rp2 juta per bulan. Tidak boleh menyatakan gajinya tergantung dari
penjualan perusahaan karena besarannya menjadi tidak pasti.
2) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa
dengan objek akad.
3) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan
jarak serta lainnya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya
sama misalnya Innova 20X1, di Jakarta sewa per hari Rp500.000 sedangkan di
Yogyakarta Rp400,000, atau menyewakan toko kalau digunakan untuk
menjual pakaian harga sewanya Rp20 juta per tahun tapi kalau digunakan
untuk bengkel Rp25 juta per tahun atau sewa toko untuk 1 tahun Rp25 juta
tapi kalau 2 tahun Rp45 juta. Begitu disepakati maka harga sewa akan
mengikat dan tidak boleh berubah selama masa akad.
c. Ketentuan Syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.
1) Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Tamlik harus melaksanakan akad
ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli
atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
wa'd. yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah
berakhirnya akad ijarah.
89
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara
cara komunikasi modern.
2.3.3 Sebelum Akad Ijarah Berakhir
1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan, misalnya
keterlambatan masa panen jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka
dimungkinkan berakhirnya akad setelah panen selesai (Sayid Sabbiq, 2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan
akad Ijarah.
3. Terjadi kerusakan aset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap
berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang
menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

LIHAT DI MAKALAH AKAD IJARAH


Akademia. Syariah Akad Ijarah. Penulis Putra Senturi
https://www.academia.edu/37911701/Syariah_Akad_ijarah

4. Perlakuan Akuntansi

3.4.1. Akuntansi Untuk Pemberi Sewa (Mu’jir)


1. Biaya Perolehan, untuk Objek ijarah pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya
perolehan. Biaya perolehan objek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16 dan
aset tidak terwujud mengacu ke PSAK 19.
2. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan
kepada penyewa (Awal bulan).
3. Biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah adalah sebagai berikut:
1) biaya perbaikan tidak rutin objek ijarah pada saat terjadinya; dan
2) jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek ijarah dengan persetujuan pemilik, maka
biaya tersebut dibebankan kepada pemlik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
4. Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk beban penyusutan. Jika berupa aset yang dapat
disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset
sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomis). Kebijakan penyusutan atau amortisasi
yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di
masa depan dari objek ijarah.
5. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik dengan cara:
1) Hibah
2) Penjualan sebelum berakhirnya masa akad
3) Penjualan setelah selesai masa akad
4) Penjualan secara bertahap.
6. Pada saat akhir kontrak aset ijarah dikembalikan kepada pemberi sewa.
7. Penyajian. Pendapatan ijarah disajikan sebesar nilai neto setalah dikurangi beban-beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dsb.
8. Pangungkapan. Pemberi sewa mengungkapkan beberapa poindalam laporan keuangan terkait
transaksi ijarah dan IMBT, tetapi tidak terbatas pada :
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan
mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan
kepemilikan);
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
iii. Agunan yang digunakan (jika ada);
2) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah;
3) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada)
3.4.2. Akuntansi Untuk Penyewa (Musta’jir)
1. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima.
2. Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya, sedangkan dalam IMBT melalui penjualan objek
ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan
dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah.
3. Jika pemberi sewa yang menanggung biaya pemeliharaan dan dibayarkan terlebih dahulu oleh
penyewa, maka akan ditagihkan kepada pemberi sewa.
4. Perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dilakukan dengan cara:
1) Hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah
yang diterima
2) Pembelian sebelum masa akad berakhir
3) Pembelian setelah masa akad berakhir
4) Pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar
5. Jika penyewa menyewakan kembali aset ijarah lebih lanjut ke pihak lain atas aset yang
sebelumnya disewa, maka ia harus menerapkan perlakuan akuntansi untuk pemilik dan penyewa
dalam PSAK ini.
6. Pengungkapan. Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan tentang transaksi ijarah
antara lain tetapi tidak terbatas, pada:
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada
wa’ad pengalihan kepemilikan);
ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;
iii. Agunan yang digunakan (jika ada);
2) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian (jika ada)

Akademia. Makalah Akad Ijarah. Penulis Zaini Gani


academia.edu/48786153/Makalah_Akad_Ijarah_Oleh_Zaini_Gani_C1C018060

5. Ilustrasi Kasus Akad Ijarah

Si A ingin mencari rumah kontrakan dengan alasan ingin bekerja di Kota Jakarta dengan biaya
20 juta/tahun di dareah pondok indah. Lalu Si A bertemu dengan si B yang merupakan pemilik
rumah yang akan disewakan serta melihat kondisi rumah secara detail dari si B tersebut, setelah
itu Si A sudah yakin bahwa isi dari rumah si B itu bagus dan menarik.Si B melakukan
kesepakatan kepada si A serta meyakinkannya, dan Si A memerima kesepakatan untuk
menyetujui bahwa si A akan mengontrak rumah itu sekaligus rumahnya si B, Si A mendapatkan
manfaat yaitu dengan menempati rumah tersebut dan memanfaatkan semua isi rumah yang ada
sedangkan Si B juga mendapatkan manfaat dengan menerima bayaran dari Si A bahwa selama 1
tahun si a tinggal di Rumah yang di sewakannya.

https://www.academia.edu/48863432/
MAKALAH_AKUNTANSI_SYARIAH_AKAD_IJARAH_

Anda mungkin juga menyukai