Anda di halaman 1dari 4

Dasar Syariah

Sumber Hukum Akad Ijarah


1. Alquran, sebagaimana firman Allah SWT:
“Apakah mereka yang membagi-bagi Rahmat Tuhan-mu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
Sebagian mereka atas Sebagian yang lain beberapa derajat, agar Sebagian mereka dapat
mempergunakan yang lain. Dan Rahmat Tuhan-mu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (QS.Az-Zukhruf:32)

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:233)

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada kita)
adlah orang yang kuat lagi dapat dipercaya’.” (QS. Al-Qasas:26)

2. Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Berbekamlah kamu,
kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR. ‘Abd ar-Razzaq


dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)

Dari Saad bin Abi Waqqash r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar diri) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang
kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau
perak.” (HR. Nasa’i)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersbda, “Allah Ta’ala berfirman: Ada tiga
golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka: (pertama)
seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia curang, (kedua)
seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan harganya, dan (ketiga)
seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu mengerjakan tugas dengan
sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.: 1489 dan
Fathul Bari IV:417 No.:2227)

“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)

Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah


Rukun Ijarah ada tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1. Pelaku ada yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lessor/mu’jjir dan
penyewa/pengguna jasa/lessee/musta’jir.
2. Objek akad ijarah berupa: manfaat asset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
3. Ijab Kabul/serah terima.

Ketentuan syariah akad ijarah:


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh
2. Objek akad ijarah
a. Manfaat asset/jasa adalah sebagai berikut.
1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa
komputer, maka komputer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dan
tidak rusak.
2) Harus yang bersifat dan diperbolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka
ijarah atas objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya
mengupah seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempat main
judi atau menjual khamr dan lain sebagainya.
3) Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara
syariah sehingga tidak sah akadnya:
a) Kewajiban shalat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban
setiap individu (fardhu’ain).
b) Mempekerjakan seseorang untuk membaca Alquran dan pahalanya
(manfaatnya) ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan
akan Kembali pada yang membacanya, sehingga tidak ada manfaat yang dapat
dialihkan.
c) Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena
mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya.
Misalnya makanan dan minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika
mengambil manfaat darinya berarti menggunkannya.
4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil
yang disewa. Untuk mengetahui kejelasan manfaat dari suatu asset dapat
dilakukan identifikasi fisik.
5) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas, misalnya 2 tahun.
b. Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna
jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset
atau jasa yang digunakannya.
1) Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya,
Berkah Toserba merekrut karyawannya yang ditugaskan sebagai pramuniaga
(hubungannya adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakatin
sebesar Rp. 2 juta per bulan. Tidak boleh mengatakan gajinya tergantung dari
penjualan Perusahaan karena besarnya menjadi tidak pasti.
2) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan
objek akad.
3) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak
serta lainnya yang berbeda. Misalnya, sewa atas mobil yang jenisnya sama
misalnya Innova 20X1, di Jakarta sewa per hari Rp. 500.000, sedangkan di
Yogyakarta Rp. 400.000 atau menyewakan took kalai digunakan untuk menjual
pakaian harga sewanya Rp. 20 juta per tahun tapi kalua digunakan untuk bengkel
Rp. 25 juta per tahun atau sewa toko untuk 1 tahun Rp. 25 juta tapi kalau 2 tahun
Rp. 45 juta. Begitu disepakati makan harga sewa akan mengikat dan tidak boleh
berubah selama masa akad
c. Ketentuan Syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.
1) Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Tamlik harus melaksanakan akad
ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
2) Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijaraj adlaah wa’d,
yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus
ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah beraakhirnya akad
ijarah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

Sebelum Akad Ijarah Berakhir


1. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku
walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan, misalnya keterlambatan
masa panen jika menyewakan lahan untuk pertanian, maka dimungkinkan berakhirnya
akad setelah panen selesai (Sayid Sabbiq, 2008).
2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad
ijarah.
3. Terjadi kerusakan asset.
4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.
5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad
karena memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap
berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusul maka bila sang bayi atau yang
menyusui meninggal maka adnya akadnya menjadi batal.

Anda mungkin juga menyukai