Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN ANTARA PERJANJIAN SEWA BELI, JUAL BELI

DENGAN ANGSURAN, DAN LEASING

Pasal 1 huruf a Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80


tentang Perizinan Sewa Beli (Hire Purchase), Jual Beli dengan Angsuran, dan Sewa
(Renting), menyebutkan bahwa:

“Sewa beli (Hire Purchase) adalah Jual beli barang dimana penjual melaksanakan
penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang
dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga yang telah disepakati
bersama dan diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut
beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas oleh pembeli
kepada penjual.”

Unsur atau elemen perjanjian sewa beli menurut Keputusan Bersama tersebut
adalah:

1. Adanya jual beli barang;


2. Penjualan dengan memperhitungkan setiap pembayaran;
3. Objek sewa beli diserahkan kepada pembeli;
4. Momentum peralihan hak milik setelah pelunasan terakhir.

Sedangkan, pasal 1 huruf b Surat Keputusan tersebut menyatakan bahwa:

“Jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan
penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah
disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas
barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat
barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.”

Dari kedua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antar
perjanjian sewa beli dengan perjanjian jual beli dengan angsuran antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Walaupun cara pembayaran sama-sama dilakukan dengan cara mencicil atau


dengan angsuran, namun dalam perjanjian sewa beli uang cicilan itu dianggap
sebagai harga sewa atas barang, hingga harga barang tersebut baru akan
lunas dengan jumlah harga sewa yang telah dibayarkan.
2. Dalam perjanjian sewa beli, peralihan hak milik terjadi setelah harga dibayar
lunas pada pembayaran cicilan/angsuran terakhir. Sedangkan dalam perjanjian
jual beli dengan angsuran, peralihan hak milik tejadi ketika barang diserahkan
kepada pembeli/debitur. Biasanya penyerahan barang dilakukan pada saat
disepakatinya atau ditandatanganinya perjanjian.

Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa menyewa.
Karena memang dasarnya leasing adalah sewa menyewa, jadi leasing merupakan
suatu bentuk deruvatif dari sewa menyewa. Tetapi kemudian dalam dunia bisnis
berkembanglah sewa menyewa dalam bentuk khusus yang disebut leasing itu atau
kadang – kadang disebut seebagai lease saja, dan telah berubah fungsinya menjadi
salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering diistilahkan
dengan “sewa guna usaha”.

Dalam pasal 1 ayat (1) Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Perindustrian,
dan Perdagangan Nomor: KEP-122/MK/IV/2/1974, Nomor: 32/M/SK/2/1974, dan
Nomor: 30/KPB/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, disebutkan bahwa:

“Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan


barang-barang modal yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala, disertai hak pilih (opsi) bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai-nilai sisa yang disepakati.”

Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian leasing berdasarkan Surat
Keputusan tersebut, yaitu[2]:

1. Penyediaan barang modal;


2. Jangka waktu tertentu;
3. Pembayaran dilakukan secara berkala; dan
4. Adanya hak opsi, yaitu hak untuk memilih untuk membeli atau
memperpanjang masa sewa.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antar perjanian
sewa beli dengan perjanjian leasing antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tujuan utama dari perjanjian sewa beli adalah peralihan hak atas suatu barang
(objek) melalui suatu jual beli. Sementara itu, tujuan utama dari perjanjian
leasing adalah untuk memperoleh hak pakai (sewa) atas suatu barang tanpa
adanya peralihan hak milik atas barang tersebut. Peralihan hak milik atas
barang (objek) dalam perjanjian leasing baru terjadi jika pihak lessee (debitur)
mempergunakan hak opsinya untuk membeli barang tersebut pada akhir masa
sewa, dengan membayar harga sisa yang disepakati antara pihak lessor
dengan pihak lessee.
2. Barang objek dalam perjanjian leasing biasanya adalah barang modal
perusahaan, seperti mesin-mesin dan mobil-mobil perusahaan. Sementara itu,
tidak ada ketentuan yang mengatur mengenai barang objek apa yang
diperjual-belikan dalam perjanjian sewa beli.

Anda mungkin juga menyukai