PAJAK PENGHASILAN
DARI TRANSAKSI LEASING
4
KLASIFIKASI LEASING
1. CAPITAL LEASE
• Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai
suatu lembaga keuangan. Lessee yang akan
membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri
jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan.
Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan
supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.
• Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar
barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang
tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan
atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah
uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu
yang telah disepakati bersama. 5
LANJUTAN
• Jumlah rental ini secara keseluruhan akan
meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor
ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak
lessor.
• Selanjutnya capital atau finance lease masih
bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya
belum pernah memiliki barang yang dijadikan
objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas
permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh
lessee. 6
LANJUTAN
b.Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee
menjual barang yang telah dimilikinya kepada
lessor. Atas barang yang sama ini kemudian
dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee
dengan lessor.
Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka
perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan dengan direct finance lease.
Di sini lessee memerlukan cash yang bisa
dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau
untuk kepentingan lainnya.
Bisa dikatakan bahwa dengan sistem sale and
lease back memungkinkan lessor memberikan dana
untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan
tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan 7
nilai objek barang lease.
LANJUTAN
2. OPERATING LEASE
• Pada operating lease, lessor membeli barang
dan kemudian menyewakan kepada lessee
untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik
lessee membayar rental yang besarnya secara
keseluruhan tidak meliputi harga barang serta
biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.
• Di dalam menentukan besarnya pembayaran
lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-
biaya tersebut karena setelah masa lease
berakhir diharapkan harga barang tersebut
masih cukup tinggi.
• Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa
serta hak opsi bagi lessee. 8
LANJUTAN
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
• Lease penjualan biasanya dilakukan
oleh perusahaan Industri yang menjual
lease barang hasil produksinya.
• Dalam kontrak penjualan lease diakui
dua macam pendapatan yaitu
pendapatan penjualan barang dan
pendapatan bunga atas jasa
pembelanjaan selama jangka waktu
lease.
9
LANJUTAN
4. Leverage Lease
• Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut
credit provider. Lessor tidak membiayai objek
leasing hingga sebesar 100% dari harga barang
melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian
sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh
credit provider.
5. Cross Border Lease
• Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi
leasing yang dilakukan dengan melewati batas suatu
negara.
• Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak
pada dua negara yang berbeda.
• Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan
dalam cross border lease meliputi nilai jutaan
USdollar. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari
Pabrikan Boeing dan Airbus. 10
“LEASING” atau “LEASE”
11
LEASING
• Sebelum dikenal "financial leasing ",
transaksi "leasing" terjadi berdasarkan
suatu perjanjian, dimana pemilik harta
atau pemilik perlengkapan perusahaan
atau perlengkapan industri bertindak
selaku "lessor" menyerahkan harta
atau perlengkapan perusahaan YBS
kepada "lessee" untuk dipakai atau
dimanfaatkan oleh "lessee".
12
LEASING
Transaksi “operational leasing” membawa
realisasi penghasilan dalam bentuk penerimaan
atau perolehan uang sewa atau “lease income”
atau "rental income“ oleh lessor.
20
DASAR HUKUM LEASING
Masalahnya, apa perbedaan antara penghasilan
berupa sewa dan penghasilan dari usaha "leasing"
atau dari usaha persewaan. Penghasilan neto dari
usaha dihitung dengan cara yang hampir sama,
yaitu mempergunakan pola penghitungan yang
sama.
24
Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 1169/KMK.01/1991
Tanggal 27 Nopember 1991
Tentang
Sewa Guna Usaha (Leasing)
25
DEFINISI :
(Pasal 1)
Sewa guna usaha (leasing) adalah :
-kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal,
-baik secara sewa-guna-usaha dengan hak
opsi (financial lease), maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease),
- untuk digunakan oleh lessee,
- selama jangka waktu tertentu,
- berdasarkan pembayaran secara berkala.
26
DEFINISI
BARANG MODAL:
adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat
aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah
serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan
kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan,
atau memperlancar produksi dan distribusi
barang atau jasa oleh Lessee;
27
DEFINISI
LESSOR : adalah perusahaan pembiayaan atau
perusahaan sewa guna usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri
Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna
usaha;
29
DEFINISI
34
PERHATIAN: (Pasal 6)
(Pasal 18)
Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak
opsi dari lessor kepada lessee, terhutang PPN
46
ANGSURAN PPh PASAL 25
(Pasal 19)
47
PELAPORAN
(Pasal 20)
48
PELAPORAN
Pasal 21
1) Lessor wajib menyampaikan laporan
operasional secara semesteran berdasarkan
tahun takwim kepada Dir. Jend. Lembaga
Keuangan
2) Bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) Pasal ini dan tata cara
penyampaiannya ditetapkan oleh Dir. Jend.
Lembaga Keuangan
49
PELAPORAN
Pasal 22
•Setiap perubahan anggaran dasar,
pemegang saham, pengurus, tenaga ahli,
dan alamat kantor wajib dilaporkan
kepada Menteri Keuangan selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari kerja
setelah perubahan dilaksanakan
50
PELAPORAN
(Pasal 23)
51
SANKSI
(Pasal 24)
52
SE Direktur Jenderal Pajak
tanggal 22 Maret 1994
Nomor SE-10/PJ.42/1994
Tentang
Perlakuan PPh dan PPN terhadap Perjanjian Sewa-
Guna-Usaha dengan Hak Opsi yang leasingya berakhir
menjadi jangka waktu lebih singkat dari masa sewa
guna usaha yang disyaratkan dalam Pasal 3 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor:1169/KMK.01/1991.
53
Isi Surat Edaran tersebut sepanjang mengenai
PPh sbb:
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf b Kep.
Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya :
2 tahun untuk barang modal Golongan I ;
3 tahun untuk barang modal Golongan II & III;
7 tahun untuk barang modal Golongan
Bangunan.
54
SE-10/PJ.42/1994
Kelompok Harta
Golongan I mempunyai manfaat 4 th,
Gol II mempunyai masa manfaat > 4 sd 8 th.
I . Bukan bangunan
Kelompok 1 dengan masa manfaat 4 tahun,
Kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun,
Kelompok 3 dengan masa manfaat 16 tahun,
Kelompok 4 dengan masa manfaat 20 tahun.
II. Bangunan
Permanen dengan masa manfaat 20 tahun,
Tidak permanen dengan masa manfaat 10
tahun. 56
lanjutan
Jadi "lease term” untuk leasing di Indonesia
harus memenuhi ketentuan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor1169/KMK.01/1991,
yaitu:
lamanya "lease term" bergantung dari masa
manfaat dari harta berwujud yang
dileasingkan atau bergantung kepada
golongan harta yang dileasingkan sesuai
dengan penggolongan yang ditentukan oleh
UU PPh dan Peraturan Pelaksanaannya yang
berlaku sekarang.
57
Suatu "leasing" untuk keperluan perpajakan akan
diperlakukan sebagai "finance lease" atau sewa
guna-usaha dengan hak opsi, apabila "lease term"
- nya memenuhi ketentuan Pasal 3 keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dan
"lease term" tersebut ditentukan bergantung atas
golongan harta menurut UU PPh dari harta yang
dileasingkan, sekurang-kurangnya :
- Kelompok 1 dengan masa manfaat 4 tahun,
''lease term” nya sekurang- kurangnya 2 tahun,
- Kelompok-kelompok 2,3,4 dengan masa manfaat
antara 8 tahun dan 20 tahun, "lease term" nya
sekurang-kurangnya tiga tahun,
- Bangunan dengan masa manfaat 10 tahun dan 20
tahun, "lease term” nya minimal tujuh tahun.
58
Dalam pelaksanaannya suatu perjanjian SGU dengan
hak opsi kadang-kadang terputus, sehingga masaSGU
menjadi lebih pendek dari masa yang semula
disepakati. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1.''force majeure", yaitu putusnya transaksi SGU
karena bencana alam seperti kebakaran dll, sehingga
barang modal yang diperoleh secara "finance lease"
mengalami rusak berat dan tidak dapat dipakai lagi;
2."default", yaitu terputusnya transaksi SGU karena
"lessee" tidak dapat memenuhi pembayaran ''lease
payment" serta kewajiban lainnya sehingga kontrak
"finance lease" berakhir lebih cepat;
3.sebab ekonomis, yaitu "lessee" mengakhirj masa
''lease" sebelum waktunya karena pertimbangan
ekonomi semata-mata dengan membayar sekaligus
kewajiban yang tersisa.
59
PERLAKUAN AKUNTANSI
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 30 (Revisi 2007) Tentang Sewa,
63
PERBEDAAN ANTARA KETENTUAN PERPAJAKAN
MEMPERLAKUKAN SGU DENGAN HAK OPSI DENGAN
67
Menurut perpajakan, jika pada akhir masa
leasing, lessee menggunakan hak opsinya
maka dalam pembukuan lessee membukukan
aktiva tetap sebagai dasar penyusutan
sebesar Rp 300.000.000 yaitu sebesar nilai
jaminan leasing.
70
Jawaban contoh soal
Pembukuan PT Trakindo
• Biaya Sewa Traktor 20.000.000
• PPN (PM) 2.200.000
• Kas 21.800.000,-
• PPh Pasal 23 PDM 400.000,-
72