Anda di halaman 1dari 72

Bahan Kuliah:

PPh ATAS USAHA


TERTENTU
Topik Bahasan :

PAJAK PENGHASILAN
DARI TRANSAKSI LEASING

Dosen : Dr. Sumiharti, Ak, M.Si


1
APA ITU LEASING
• Leasing atau sewa-guna-usaha (SGU) adalah setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan
oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang
modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang
yang telah disepakati bersama.

Dengan melakukan leasing perusahaan dapat


memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli
untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang
dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam
bulan sekali kepada pihak lessor. 2
APA ITU LEASING
• Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat
memperoleh barang-barang modal untuk
operasional dengan mudah dan cepat.
• Hal ini berbeda jika kita mengajukan kredit
kepada bank yang memerlukan persyaratan
serta jaminan yang besar.
• Bagi perusahaan yang modalnya kurang atau
menengah, dengan melakukan perjanjian
leasing akan dapat membantu perusahaan
dalam menjalankan roda kegiatannya.
• Setelah jangka leasing selesai, perusahaan
dapat membeli barang modal yang
bersangkutan.
3
APA ITU LEASING
• Perusahaan yang memerlukan sebagian
barang modal tertentu dalam suatu
proses produksi secara tibatiba,
tetapi tidak mempunyai dana tunai
yang cukup, dapat mengadakan
perjanjian leasing untuk mengatasinya.
• Dengan melakukan leasing akan lebih
menghemat biaya dalam hal
pengeluaran dana dibanding dengan
membeli secara tunai.

4
KLASIFIKASI LEASING
1. CAPITAL LEASE
• Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai
suatu lembaga keuangan. Lessee yang akan
membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri
jenis serta spesifikasi dari barang yang dibutuhkan.
Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan
supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan
pengoperasian barang tersebut.
• Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar
barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang
tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan
atas jasa pengguanaan barang tersebut lessee akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah
uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu
yang telah disepakati bersama. 5
LANJUTAN
• Jumlah rental ini secara keseluruhan akan
meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor
ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak
lessor.
• Selanjutnya capital atau finance lease masih
bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya
belum pernah memiliki barang yang dijadikan
objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas
permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh
lessee. 6
LANJUTAN
b.Sale and lease back
Sesuai dengan namanya, dalam transaksi ini lessee
menjual barang yang telah dimilikinya kepada
lessor. Atas barang yang sama ini kemudian
dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee
dengan lessor.
Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka
perjanjian ini memiliki tujuan yang berbeda
dibandingkan dengan direct finance lease.
Di sini lessee memerlukan cash yang bisa
dipergunakan untuk tambahan modal kerja atau
untuk kepentingan lainnya.
Bisa dikatakan bahwa dengan sistem sale and
lease back memungkinkan lessor memberikan dana
untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan
tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan 7
nilai objek barang lease.
LANJUTAN
2. OPERATING LEASE
• Pada operating lease, lessor membeli barang
dan kemudian menyewakan kepada lessee
untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik
lessee membayar rental yang besarnya secara
keseluruhan tidak meliputi harga barang serta
biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.
• Di dalam menentukan besarnya pembayaran
lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-
biaya tersebut karena setelah masa lease
berakhir diharapkan harga barang tersebut
masih cukup tinggi.
• Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa
serta hak opsi bagi lessee. 8
LANJUTAN
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
• Lease penjualan biasanya dilakukan
oleh perusahaan Industri yang menjual
lease barang hasil produksinya.
• Dalam kontrak penjualan lease diakui
dua macam pendapatan yaitu
pendapatan penjualan barang dan
pendapatan bunga atas jasa
pembelanjaan selama jangka waktu
lease.
9
LANJUTAN
4. Leverage Lease
• Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut
credit provider. Lessor tidak membiayai objek
leasing hingga sebesar 100% dari harga barang
melainkan hanya antara 20% hingga 40%. Kemudian
sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh
credit provider.
5. Cross Border Lease
• Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi
leasing yang dilakukan dengan melewati batas suatu
negara.
• Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak
pada dua negara yang berbeda.
• Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan
dalam cross border lease meliputi nilai jutaan
USdollar. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari
Pabrikan Boeing dan Airbus. 10
“LEASING” atau “LEASE”

Suatu perjanjian antara dua pihak, satu pihak


disebut "lessor", pemilik harta yang
menyerahkan hak untuk memakai harta
tersebut kepada pihak lain disebut "lessee";
dalam perjanjian “leasing" tersebut dirinci
syarat-syarat yang berhubungan dengan
penyerahan harta untuk dipakai atau
dimanfaatkan tsb.

11
LEASING
• Sebelum dikenal "financial leasing ",
transaksi "leasing" terjadi berdasarkan
suatu perjanjian, dimana pemilik harta
atau pemilik perlengkapan perusahaan
atau perlengkapan industri bertindak
selaku "lessor" menyerahkan harta
atau perlengkapan perusahaan YBS
kepada "lessee" untuk dipakai atau
dimanfaatkan oleh "lessee".
12
LEASING
Transaksi “operational leasing” membawa
realisasi penghasilan dalam bentuk penerimaan
atau perolehan uang sewa atau “lease income”
atau "rental income“ oleh lessor.

Transaksi "operational leasing" membawa


realisasi pembayaran atau terutangnya beban
dalam bentuk pembayaran sewa atau beban
sewa ataupun “lease payment" ataupun
“lease expense".
13
PERBEDAAN ANTARA FINANCIAL LEASSING DENGAN
TRANSAKSI LAIN YANG MIRIP:

(a) Financial leassing berbeda dengan sewa beli


(hire purchase), Pada transaksi sewa beli terjadi
dua transaksi berupa : pertama sewa menyewa,
setelah jumlah pembayaran sewa mencapai harga
harta yang disewa belikan, maka transaksi tsb
menjadi transaksi jual beli, dan kepemilikan harta
beralih kepada penyewa, dan penyewa jadi pembeli.

(b) Financial leassing berbeda dengan jual beli


dengan pembayaran angsuran, sejak dilaksanakan
transaksi jual beli dengan pembayaran angsuran
kepemilikan atas harta beralih kepada pembeli,
tetapi pembeli masih berutang, untuk melaksanakan
pembayaran dengan mengangsur hingga lunas. 14
PERBEDAAN
(c) Financial leassing berbeda dengan
perjanjian kredit, dengan uang pinjaman
yang dipakai untuk membeli harta yang
diperlukan, ada dua macam perjanjian
dengan dua fihak lain yang berbeda
kedudukkannya, yaitu fihak pemberi kredit
dan fihak penjual harta.

• Bunga kredit dimulai pada saat dimulai loan


agreement, sedangkan mulai diperolehnya
harta pada saat ada peranjian jual beli,
maka antara pembayaran bunga kredit
dengan dimilikinya barang tidak bersamaan.15
KEUNTUNGAN DALAM BIDANG
PERPAJAKAN BAGI LEASSE :
1. Untuk memperoleh perlengkapan usaha tidak
perlu down payment.
2.Leasse terhindar dari resiko sebagai pemilik,
sehubungan dengan adanya penemuan baru
atau perkembangan dlm bidang teknologi,
walaupun penghentian Financial leassing
sering dibebani penalty namun resikonya
lebih kecil dari pada kerugian karena keausan
ekonomi (perkembangan dlm bidangteknologi).
16
KEUNTUNGAN BAGI LESSOR
DIBANDING PENJUALAN BIASA:
1.Terdapat peningkatan penjualan, karena daya tarik
financial leassing bagi leasse
2.Adanya hubungan yang berlanjut bagi leasse karena
adanya transaksi financial leassing sehingga terjadi
kontak jangka panjang yang menyebabkan leasse
selalu menghubungi lagi apabila memerlukan barang
modal yang lain.
3.Lessor dapat memperoleh windfall profit
sehubungan dengan kenaikan residual value

Keuntungan dalam bidang perpajakan dari transaksi


Financial leassing terutama cash flow yang diterima
Oleh llessor dapat dipakai untuk menambah
keuntungan lessor (the lessor’s yield).
17
KEUNTUNGAN
Financial leassing akan menimbulkan perolehan
penghasilan dan pembebanan biaya untuk keperluan
penghitungan penghasilan yang dapat dipakai untuk
keperluan perpajakan sbb:
a.Pada waktu harta yang dileassingkan diserahkan
kepada leasse maka leasse akan mencatat harta yang
diperolehnya (dileasse kan tersebut).
•Harta yang dileassekan tsb diamortisasi oleh leasse,
sebagai faktor pengurang Penghasilan Kena Pajak leasse
•Apabila perjanjiannya adalah perjanjian "leasing“ atau
perjanjian sewa menyewa, maka penghasilan “lessor"
adalah imbalan pemakaian harta, atau sewa.
18
KEUNTUNGAN
b.Apabila ke dalam perjanjian SGU ybs.
kepada lessee diberikan hak opsi dg harga
pembelian yg menarik atau biasa disebut
“bargain-purchase option”, maka nilai tunai
dari pembelian pelaksanaan hak opsi lessee
tsb menjadi bagian dari jumlah pembayaran
SGU, minimum meningkat sebesar nilai
tunai, dari nilai tunai pembelian pelaksanaan
hak opsi lessee, yang akan dipakai untuk
mencatat jumlah nilai awal harta yg akan di
“lease” kan dan utang leasing.
19
DASAR HUKUM LEASING
• Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur tentang
laba usaha yang merupakan penghasilan yang
dikenakan PPh. Penghasilan dari usaha itu sangat
beragam, namun pada dasarnya dibagi 2 yaitu
usaha dibidang barang dan usaha dibidang jasa.
Utk yang berusaha dibidang barang dibagi dua lagi
yaitu bidang produksi dan distribusi

• Pasal 4 ayat (1) huruf i UU PPh mengatur tentang


penghasilan berupa sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta.

20
DASAR HUKUM LEASING
Masalahnya, apa perbedaan antara penghasilan
berupa sewa dan penghasilan dari usaha "leasing"
atau dari usaha persewaan. Penghasilan neto dari
usaha dihitung dengan cara yang hampir sama,
yaitu mempergunakan pola penghitungan yang
sama.

Akuntansi juga telah mengembangkan pola


penghitungan penghasilan dari berbagai usaha
yang dapat dipakai untuk penerapan UU pajak,
kecuali apabila UU pajak mengatur cara
penghitungan dan konsep yang berbeda dengan
cara penghitungan dan konsep yang dianut oleh
akuntansi
21
DASAR HUKUM LEASING
• Pasal 23 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur
pemungutan pajak pada sumbernya atau ”withholding
at source" atas penghasilan berupa sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta.
• Arti "sewa" berdasarkan Pasal 23 ayat 1 huruf c
UUPPh adalah pembayaran sewa dalam rangka
"operational leasing".
• Itulah pentingnya "hakekat ekonomi" yang perlu
diutamakan di atas "nama" yang diberikan oleh
WajibPajak atau "nama" yang disebutkan dalam
kontrak yang formal.
• "Hakekat ekonomi" juga harus lebih diutamakan di
atasnya "bentuk yuridis" = "legal form"
22
DASAR HUKUM LEASING
Pasal 26 ayat (1) huruf c
Penghasilan sewa juga dalam rangka "operational
leasing" dimuat juga dalam Pasal 26 ayat (1)
Huruf c, yaitu yang menyebutkan kelompok jenis
penghasilan, yang terdiri dari:
• royalti,
• sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta ;

kelompok jenis penghasilan ini berkenaan dengan


penggunaan harta yang semuanya menurut ketentuan
UU dikenakan tarif 20% yang dihitung dari jumlah
bruto, sebagaimana halnya dengan seluruh jenis
Penghasilan Pasal 26 ayat (1)
23
DASAR HUKUM LEASING
Pasal 23 Ayat (4) huruf b
memberikan pengecualian pemotongan kepada
sewa yang dibayarkan atau terutang
sehubungan dengan Sewa Guna Usaha
(SGU) Dengan Hak Opsi.
• Jadi didalam UU PPh walaupun tidak
memberikan definisi tetapi membedakan
penghasilan dari sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta dan
Sewa Sehubungan dengan Sewa Guna Usaha.

24
Keputusan Menteri Keuangan
Nomor: 1169/KMK.01/1991
Tanggal 27 Nopember 1991
Tentang
Sewa Guna Usaha (Leasing)

25
DEFINISI :
(Pasal 1)
Sewa guna usaha (leasing) adalah :
-kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal,
-baik secara sewa-guna-usaha dengan hak
opsi (financial lease), maupun sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease),
- untuk digunakan oleh lessee,
- selama jangka waktu tertentu,
- berdasarkan pembayaran secara berkala.
26
DEFINISI
BARANG MODAL:
adalah setiap aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat
aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah
serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan
kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun dan digunakan secara
langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan,
atau memperlancar produksi dan distribusi
barang atau jasa oleh Lessee;

27
DEFINISI
LESSOR : adalah perusahaan pembiayaan atau
perusahaan sewa guna usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri
Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna
usaha;

LESSEE adalah perusahaan atau perorangan


yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari Lessor;
28
DEFINISI
LEASE PAYMENT, adalah jumlah uang yang harus
dibayar secara berkala oleh Lessee kepada Lessor
selama jangka yang telah disetujui bersama sebagai
imbalan penggunaan barang modal berdasarkan
perjanjian SGU;
Piutang SGU (Lease Receivable):
•adalah jumlah seluruh pembayaran sewa-guna-usaha
selama masa sewa-guna-usaha;
Harga Perolehan (Acquisition Cost):
•adalah harga beli barang modal yang dilease ditambah
dengan biaya langsung;

29
DEFINISI

• Nilai pembiayaan: adalah jumlah pembiayaan untuk


pengadaan barang modal yang secara riil
dikeluarkan oleh Lessor;

• Imbalan Jasa sewa guna usaha : adalah bagian dari


pembayaran sewa-guna-usaha yang diperhitungkan
sebagai pendapatan sewa-guna-usaha bagi Lessor;

• Simpanan jaminan (Security Deposit): adalah jumlah


uang yang diterima Lessor dari Lessee pada
permulaan masa lease sebagai jaminan untuk
kelancaran pembayaran lease;
30
ANGSURAN POKOK
PEMBIAYAAN:
Nilai Sisa (Residual Value): adalah nilai barang modal
pada akhir masa SGU yang telah disepakati oleh
lessor dengan lessee pada awal masa SGU;
Masa sewa guna usaha (Leesse Term): adalah jangka
waktu SGU yang dimulai sejak diterimanya barang
modal yang di SGU oleh lessee sampai dengan
perjanjian SGU berakhir;
Masa sewa guna usaha Pertama: adalah jangka waktu
sewa-guna-usaha barang modal untuk transaksi sewa-
guna-usaha yang pertama kalinya;
Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal
yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka
waktu perjanjian sewa-guna-usaha.
31
ADA DUA MACAM SEWA GUNA USAHA:
(Pasal 2)

a.SGU dengan hak opsi (finance lease)


merupakan kegiatan lembaga keuangan

b. SGU tanpa hak opsi (operating lease)

Kegiatan sewa-guna-usaha dengan hak opsi


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a Pasal ini ditetapkan sebagai kegiatan
lembaga keuangan lainnya.
32
KEGIATAN SGU DIGOLONGKAN SEBAGAI
SGU DENGAN HAK OPSI APABILA MEMENUHI
KRITERIA : (Pasal 3)
a. Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU
pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal,
harus dapat menutup harga perolehan barang
modal dan keuntungan Lessor;
b. Masa SGU ditetapkan sekurang- kurangnya :
1. 2 (dua) tahun untuk barang modal Gol I
2. 3 (tiga)tahun untuk barang modal Gol IIdan III
3. 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan

c. perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi


bagi lessee.
33
SGU TANPA HAK OPSI APABILA
MEMENUHI KRITERIA SBB:
(PASAL 4)

a.Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU


pertama, tidak dapat menutupi harga
perolehan barang modal yang di SGU kan
ditambah keuntungan yang diperhitungkan
oleh Lessor;

b. perjanjian SGU tidak memuat ketentuan


mengenai opsi bagi lessee.

34
PERHATIAN: (Pasal 6)

1) Lessor hanya diperkenankan


memberikan pembiayaan barang modal
kepada lessee yang telah memiliki
NPWP, mempunyai kegiatan usaha
dan atau pekerjaan bebas.

2) Lessee dilarang meng SGU kan


kembali barang modal yang telah di
SGU kan kpd fihak lain.
35
PERHATIAN (Pasal 7)

1) Lessor wajib menempelkan plakat atau etiket pada


barang yang di SGU kan dengan mencantumkan nama
dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang
modal dimaksud terikat dalam perjanjian SGU.

2) Plakat atau etiket tersebut harus ditempatkan


sedemikian rupa sehingga dengan mudah dapat
dibedakan dengan barang modal yang lain.

3) Selama masa SGU, lessee bertanggung jawab untuk


memelihara agar plakat atau etiket tetap melekat
pada barang modal tersebut.
36
PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA (SGU)
(PASAL 9)

1.Setiap transaksi SGU wajib diikat dalam suatu


perjanjian SGU (lessee agreement).
2.Perjanjian SGU sekurang–kurang nya memuat
hal-hal sbb:
• jenis transaksi SGU
• nama dan alamat masing-masing fihak
• nama, jenis, tipe dan penggunaan barang
modal
• harga perolehan, nilai pembiayaan,
pembayaran SGU, angsuran pokok
pembiayaan, imbalan jasa SGU, nilai sisa,
simpanan jaminan, & ketentuan asuransi atas
barang modal yg di SGU kan.
• masa SGU. 37
Lanjutan Pasal 9
– ketentuan mengenai pengakhiran transaksi
SGU yang dipercepat, dan penetapan
kerugian yang harus ditanggung lessee
dalam hal barang modal yang di SGU kan
dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak
berfungsi, karena sebab apapun.
– opsi bagi penyewa guna usaha dlm hal
transaksi SGU dgn hak opsi.
– tanggung jawab para pihak atas barang
modal yang di SGU.

3. Perjanjian SGU wajib dibuat dalam bahasa


Indonesia, & apabila dipandang perlu dapat
diterjemahkan dalam bahasa asing. 38
PELAKSANAAN HAK OPSI
(Pasal 10)
Pada saat berakhirnya masa SGU dari transaksi SGU dengan
hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui
bersama pada permulaan masa SGU
(Pasal 11)
1.Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran
nilai sisa barang modal yang di SGU
2.Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu
perjanjian SGU, maka nilai sisa barang modal yang di SGU
kan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang SGU.
(Pasal 12)
•Dalam hal lessee menggunakan opsi membeli maka
•dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal.
39
PERLAKUAN PERPAJAKAN
SEWA-GUNA-USAHA DENGAN HAK OPSI
(Pasal 14)
PERLAKUAN PPh BAGI LESSOR SBB:
a.penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah
sebagian dari pembayaran SGU dengan hak opsi
yang berupa imbalan jasa SGU;
b. lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal
yang di SGU kan dengan hak opsi;
c. dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang
ditentukan dalam Pasal 3. Keputusan ini, Dir. Jen.
Pajak melakukan koreksi atas pengakuan
penghasilan pihak lessor;
40
PERLAKUAN PERPAJAKAN
SEWA-GUNA-USAHA DENGAN HAK OPSI

d. lessor dapat membentuk cadangan


penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto,
setinggi-tingginya sejumlah 2,5% (dua
setengah persen) dari rata-rata saldo
awal dan saldo akhir piutang SGU dengan
hak opsi
e. kerugian yang diderita karena piutang
SGU yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
lagi dibebankan pada cadangan
penghapusan piutang ragu-ragu yang telah
dibentuk pada awal tahun pajak yang
bersangkutan; 41
PERLAKUAN PERPAJAKAN
SEWA-GUNA-USAHA DENGAN HAK OPSI

f. dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu


tersebut tidak atau sepenuhnya dibebani untuk
menutup kerugian dimaksud maka sisanya dihitung
sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan
tsb tidak mencukupi maka kekurangannya dapat
dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari
penghasilan bruto.
(Pasal 15)
Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan
hak opsi dari lessor kepada lessee, dikecualikan dari
pengenaan PPN.
42
PERLAKUAN PPH BAGI LESSEE
ADALAH : (PASAL 16) :
a. selama masa SGU, lessee tidak boleh
melakukan penyusutan atas barang modal yang
di SGU, sampai saat lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli;

b. setelah lessee menggunakan hak opsi untuk


membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar
penyusutannya adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan;
43
PERLAKUAN PPH BAGI LESSEE
ADALAH :
c. pembayaran SGU yang dibayar atau terutang
oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah,
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi
SGU tersebut memenuhi ketentuan dalam
pasal 5 keputusan ini;

d.dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa


yang ditentukan dalam Pasal 3 Keputusan ini,
Dir. Jend. Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya SGU.

2) Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas


pembayaran SGU yang dibayar atau terutang
berdasarkan perjanjian SGU dengan hak opsi44
SEWA-GUNA-USAHA TANPA HAK
OPSI
PERLAKUAN PPH BAGI LESSOR :
(Pasal 17):
a. seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi
yang diterima atau diperoleh lessor
merupakan objek PPh

b. Lessor membebankan biaya penyusutan


atas barang modal yang di SGU kan tanpa
hak opsi, sesuai dengan ketetuan Pasal 11
UU PPh 1984 beserta peraturan
pelaksanaannya. 45
SEWA-GUNA-USAHA TANPA HAK OPSI
PERLAKUAN PPH BAGI LESSOR :
(Pasal 17):

2) PERLAKUAN PPH BAGI LESSEE SBB:


a.pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar
atau terutang oleh lessee adalah biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b.Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas
pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayarkan
atau terutang kepada lessor.

(Pasal 18)
Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak
opsi dari lessor kepada lessee, terhutang PPN

46
ANGSURAN PPh PASAL 25
(Pasal 19)

• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap


bulan yang terutang oleh lessor adalah :
• Jumlah PPh berdasar tarif Pasal 17 UU PPh
tahun 1984 terhadap PKP berdasarkan
laporan keuangan triwulanan terakhir sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 20 Keputusan
ini disetahunkan, dibagi 12 (dua belas)

47
PELAPORAN
(Pasal 20)

1)Lessor wajib menyampaikan laporan


keuangan triwulanan kepada Dir Jend Pajak
dan Dir Jend. Lembaga Keuangan.

2) Laporan keuangan triwulan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) harus sudah
disampaikan paling lambat 15 (lima belas)
hari setelah triwulan yang bersangkutan
berakhir.

48
PELAPORAN
Pasal 21
1) Lessor wajib menyampaikan laporan
operasional secara semesteran berdasarkan
tahun takwim kepada Dir. Jend. Lembaga
Keuangan
2) Bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) Pasal ini dan tata cara
penyampaiannya ditetapkan oleh Dir. Jend.
Lembaga Keuangan
49
PELAPORAN
Pasal 22
•Setiap perubahan anggaran dasar,
pemegang saham, pengurus, tenaga ahli,
dan alamat kantor wajib dilaporkan
kepada Menteri Keuangan selambat-
lambatnya 15 (lima belas) hari kerja
setelah perubahan dilaksanakan

50
PELAPORAN
(Pasal 23)

Dalam hal laporan sebagaimana


dimaksud Pasal 20, Pasal 21 dan pasal
22 atau berdasarkan informasi lain
ditemukan adanya penyimpangan,
Menteri Keuangan atau Pejabat yang
ditunjuknya dapat melakukan
pemeriksaan

51
SANKSI

(Pasal 24)

Pelanggaran terhadap ketentuan Keputusan ini, dapat


dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1251/KMK.013/1988 jo. Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989.

52
SE Direktur Jenderal Pajak
tanggal 22 Maret 1994
Nomor SE-10/PJ.42/1994
Tentang
Perlakuan PPh dan PPN terhadap Perjanjian Sewa-
Guna-Usaha dengan Hak Opsi yang leasingya berakhir
menjadi jangka waktu lebih singkat dari masa sewa
guna usaha yang disyaratkan dalam Pasal 3 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor:1169/KMK.01/1991.

53
Isi Surat Edaran tersebut sepanjang mengenai
PPh sbb:
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf b Kep.
Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya :
2 tahun untuk barang modal Golongan I ;
3 tahun untuk barang modal Golongan II & III;
7 tahun untuk barang modal Golongan
Bangunan.

54
SE-10/PJ.42/1994

Kelompok Harta
Golongan I mempunyai manfaat 4 th,
Gol II mempunyai masa manfaat > 4 sd 8 th.

Golongan III mempunyai manfaat > 8 th.

Keputusan Menteri Keuangan yang menjadidasar


dari Surat Edaran tersebut adalah ”Keputusan
Menteri Keuangan tahun 1991, jadi dasar
hukumnya adalah UU PPh sebelum diubah
dengan UU Nomor 10 tahun 1994.
55
Pasal 11 ayat (6) UUPPh yang berlaku sekarang
membagi Harta Berwujud menjadi kelompok-
kelompok sebagai berikut:

I . Bukan bangunan
Kelompok 1 dengan masa manfaat 4 tahun,
Kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun,
Kelompok 3 dengan masa manfaat 16 tahun,
Kelompok 4 dengan masa manfaat 20 tahun.

II. Bangunan
Permanen dengan masa manfaat 20 tahun,
Tidak permanen dengan masa manfaat 10
tahun. 56
lanjutan
Jadi "lease term” untuk leasing di Indonesia
harus memenuhi ketentuan dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor1169/KMK.01/1991,
yaitu:
lamanya "lease term" bergantung dari masa
manfaat dari harta berwujud yang
dileasingkan atau bergantung kepada
golongan harta yang dileasingkan sesuai
dengan penggolongan yang ditentukan oleh
UU PPh dan Peraturan Pelaksanaannya yang
berlaku sekarang.

57
Suatu "leasing" untuk keperluan perpajakan akan
diperlakukan sebagai "finance lease" atau sewa
guna-usaha dengan hak opsi, apabila "lease term"
- nya memenuhi ketentuan Pasal 3 keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dan
"lease term" tersebut ditentukan bergantung atas
golongan harta menurut UU PPh dari harta yang
dileasingkan, sekurang-kurangnya :
- Kelompok 1 dengan masa manfaat 4 tahun,
''lease term” nya sekurang- kurangnya 2 tahun,
- Kelompok-kelompok 2,3,4 dengan masa manfaat
antara 8 tahun dan 20 tahun, "lease term" nya
sekurang-kurangnya tiga tahun,
- Bangunan dengan masa manfaat 10 tahun dan 20
tahun, "lease term” nya minimal tujuh tahun.
58
Dalam pelaksanaannya suatu perjanjian SGU dengan
hak opsi kadang-kadang terputus, sehingga masaSGU
menjadi lebih pendek dari masa yang semula
disepakati. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal:
1.''force majeure", yaitu putusnya transaksi SGU
karena bencana alam seperti kebakaran dll, sehingga
barang modal yang diperoleh secara "finance lease"
mengalami rusak berat dan tidak dapat dipakai lagi;
2."default", yaitu terputusnya transaksi SGU karena
"lessee" tidak dapat memenuhi pembayaran ''lease
payment" serta kewajiban lainnya sehingga kontrak
"finance lease" berakhir lebih cepat;
3.sebab ekonomis, yaitu "lessee" mengakhirj masa
''lease" sebelum waktunya karena pertimbangan
ekonomi semata-mata dengan membayar sekaligus
kewajiban yang tersisa.
59
PERLAKUAN AKUNTANSI
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 30 (Revisi 2007) Tentang Sewa,

Paragraf 8 mengatur bahwa suatu sewa


diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan
jika sewa tersebut mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset.

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa


operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset. 60
Paragraf 10
Menjelaskan Bahwa Klasifikasi Sewa Sebagai Sewa
pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi
transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari
situasi yang secara individual atau gabungan dalam kondisi
normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan adalah :
1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir
masa sewa;
2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang
cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi
mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan;
3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset
meskipun hak milik tidak dialihkan;
4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa
minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset
sewaan; dan
5. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang
dapat menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara
61
material.
•Paragraf 16 menjelaskan bahwa untuk sewa
pembiayaan pada awal masa sewa, lessee mengakui

sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban


dalam neraca sebesar nilai wajar aset sewaan atau
sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum,
jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar.
Penilaian ditentukan pada awal kontrak.

•Paragraf 29 diatur mengenai pencatatan sewa


operasi, bahwa pembayaran sewa dalam sewa operasi
diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus
(straight-line basis) selama masa sewa kecuali
terdapat dasar sistimatis lain yang dapat lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang
dinikmati pengguna.
62
Untuk jenis transaksi leasing berupa transaksi jual
dan sewa-balik (sale and lease back) dapat terjadi
bahwa nilai aset tercatat aset yang dialihkan kepada
leasing company berbeda dengan nilai pembelian/
pembiayaan oleh leasing company tersebut.

Paragraf 56 PSAK No. 30 mengatur bahwa jika suatu


transaksi jual dan sewa-balik (sale and lease back)
merupakan sewa pembiayaan, selisih lebih hasil
penjualan dari nilai tercatat tidak dapat diakui
segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee,
tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa
sewa.

63
PERBEDAAN ANTARA KETENTUAN PERPAJAKAN
MEMPERLAKUKAN SGU DENGAN HAK OPSI DENGAN

AKUNTANSI (PSAK 30 REVISI 2007) sbb:

Akuntansi,pencatatan dilakukan secara Capital Lease,dimana:


1. aktiva leasing langsung dibukukan sebagai aktiva tetap
leasing dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya;
2.lessee membebankan biaya penyusutan aktiva SGU dan
beban bunga SGU

Perpajakan, dilakukan secara Operating Lease, dimana :


1. aktiva tetap leasing baru diakui setelah lessee
melaksanakan hak opsinya, dengan biaya perolehan sebagai
dasar penyusutan sebesar nilai opsi tersebut
2. lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU
sebagai biaya leasing

Sedangkan untuk transaksi pembiayaan konsumen, pencatatan


secara akuntansi maupun perpajakan sama, yaitu dilakukan 64
secara Capital Lease.
Contoh illustrasi (Sale and Lease Back dengan Hak
Opsi):
PT A memperoleh fasilitas pembiayaan berupa Sale
and Lease Back dengan Hak Opsi atas 1 unit Mesin
Press dengan rincian transaksi sbb:
Harga beli dari supplier =Rp1.144.800.000;
Pembayaran Uang Muka (D/P) kepada Supplier
=Rp.300.000.000;
Sisa Hutang kepada Supplier =Rp 844.800.000.
Pembiayaan oleh Leasing Company =Rp844.800.000;
Masa Angsuran = 20/11/2014 s/d 20/10/2017 (36
bulan);
Angsuran Pokok = Rp 844.800.000;
Bunga Angsuran = Rp 201.312.000
65
Jurnal Akuntansi (PSAK No. 30):

Aktiva Tetap - Mesin 1.144.800.000


Kas 300.000.000
Hutang Supplier 844.800.000
(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier 844.800.000


Hutang Leasing 844.800.000
(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Hutang Leasing 26.144.498


Biaya Bunga Leasing 12.412.502
Kas 38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)
66
Jurnal Perpajakan (KepMenKeu No. 1169)
Aktiva Tetap - Mesin 1.144.800.000
Kas 300.000.000
Hutang Supplier 844.800.000
(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier 844.800.000


Jaminan Leasing 300.000.000
Aktiva Tetap Mesin 1.144.800.000
(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Biaya Leasing 38.557.000


Kas 38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)

67
Menurut perpajakan, jika pada akhir masa
leasing, lessee menggunakan hak opsinya
maka dalam pembukuan lessee membukukan
aktiva tetap sebagai dasar penyusutan
sebesar Rp 300.000.000 yaitu sebesar nilai
jaminan leasing.

Selama masa SGU, jaminan leasing dibukukan


sebagai Aktiva Lain-lain.
Sedangkan, jika transaksinya berupa
Pembiayaan Konsumen, maka pencatatan
akuntansi dan perpajakan harus sesuai PSAK
No. 30 (jurnal pertama).
68
Contoh Soal
• PT PERDANA FINANCE adalah perusahaan leasing,
yang telah memberikan fasilitas sewa guna usaha
(leasing) tanpa hak opsi kepada PT TRAKINDO, untuk
pengadaan Traktor. Pembayaran per bulan sebesar
Rp20.000.000,- untuk jangka waktu 24 bulan. PPN
dipungut oleh PT PERDANA FINANCE, dan. PPh
pasal 23 telah dipotong oleh PT TRAKINDO sebesar
2 %. Berdasarkan data tersebut diatas buatlah ayat
jurnal yang terkait bagi
• a. PT PERDANA FINANCE, pada setiap penerimaan
kas
• b. PT TRAKINDO, pada setiap pembayaran kas, dan
saat penyetoran PPh Pasal 23.
69
Jawaban contoh soal
Pembukuan PT Perdana Finance
• Kas 21.800.000,-
• PPh Pasal 23 PDM 400.000,-
• PPN (PK) 2.200.000
• Penghasilan Sewa Traktor 20.000.000

Pada Akhir Tahun :


PPh Terutang 400.000,-
PPh Pasal 23 PDM 400.000,-

70
Jawaban contoh soal
Pembukuan PT Trakindo
• Biaya Sewa Traktor 20.000.000
• PPN (PM) 2.200.000
• Kas 21.800.000,-
• PPh Pasal 23 PDM 400.000,-

Penyetoran PPh Pasal 23 :

PPh Pasal 23 Terutang 400.000,-


Kas 400.000,-
71
TERIMA KASIH

72

Anda mungkin juga menyukai