Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi
kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar kita
dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga untuk
memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli
untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang tersebut, kami akan membatasi pokok bahasan makalah ini. Kami
membatasi masalah menjadi
1. Pengaertian Sewa Guna Usaha (Leasng)
2. Pengakuan de jure dan de facto
3. Akibat hukum dari pengakuan
4. Pengakuan terhadap insurgensi dan beligerensi
5. Pengakuan berkenaan dengan wilayah dan non wilayah

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan leasing


2. Apakah kegitan leasing
3. Jenis-jenis perusahaan leasing
4. Bagaimana mekanisme leasing
5. Untuk mengetahui apakah akibat dari Leasing

1
BAB II ISI
A. PENGERTIAN
Leasing adalah segala kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal yang penggunaannya diserahkan pada suatu perusahaan, melalui
pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Lease (Sewa GunaTanah) adalah
Kontrak yang menetapkan syarat-syarat pengalihan hak pengalihan harta atau aktiva kepada
lease oleh pemiliknya, yaitu Lessor.

Dalam kegiatan leasing ada dua pihak yang terkait langsung :


1. Perusahaan yang kegiatannya melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan perusaahan lain. Jenis perusahaan demikian disebut
Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company). Selanjutnya bertindak sebagai pihak
yang menyewakan atau sebagai Lessor.
2. Perusahaan yang menerima hak untuk menggunakan barang-barang modal, bertindak
sebagai Penyewa Guna Usaha atau disebut Lesse.

keunggulan leasing dari segi ekonomi :


Ada dua keunggulan utama bagi Lesse (Penyewa Guna Usaha) untuk melease daripada
membeli :
1. Tanpa ada uang muka. Sebagian terbesar pembelian harta yang dibiayai dengan
menuntut agar sebagian dari harga beli dibayar langsung oleh peminjam pada saat transaksi
dilakukan. Hal ini memberi perlindungan tambahan bagi kreditor apabila terjadi kemancetan
pembayaran dan pengembalian aktiva. Sebaliknya, kontrak Lease sering kali dibuat sedemikian
rupa sehingga 100% nilai aktiva dibiayai melalui Lease. Aspek ini membuat leasing menjadi
alternatif yang menarik bagi Perusahaan yang tidak memiliki Kas yang cukup untuk membayar
Uang Muka atau Perusahaan yang ingin menggunakan modal yang tersedia untuk tujuan operasi
serta investasi yang lain.
2. Menghindarkan resiko pemilikan. Ada banyak resiko dalam pemilikan harta. Resiko ini
meliputi kerugian karena bencana, keausan, kondisi perekonomian yang berubah, dan kerusakan
fisik. Lesse boleh menghentikan Lease, meskipun biasanya dikenakan denda tertentu, dan
dengan demikian menghindarkan penanggungan resiko dari kejadian ini. Keluwesan ini sangat
penting bagi perusahaan dimana inovasi dan perubahan Teknologi membuat kegunaan peralatan
atau fasilitas tertentu menjadi sangat tiadak pasti.
Lessor juga meraih manfaat dari Meleasing hartanya ketimbang menjualnya.
Keunggulan-keunggulan Lease bagi si Lessor (Perusahaan Sewa Guna Usaha)
meliputi yang berikut:
1. Meningkatkan Penjualan. Dengan menawarkan produknya melalui Leasing kepada
pelanggan potensial, pabrik atau penyalur dapat meningkatkan penjualannya dalam
jumlah besar. Seperti diatas para pelanggan mungkin tidak mau atau tidak mampu
membeli harta tersebut.
2. Keringanan Pajak. Banyak ketentuan pajak yang memberikan keringan bagi pemilik
harta.
Contoh : Sebelum Tax Reform Act th 1986, Undang-undang pajak memberikan kredit
pajak investasi yang memperbolehkan pemilik harta mengkreditkannya ke hutang pajak
penghasilan entah pada periode berjalan ataupun pada periode mendatang dengan
ketentuan bahwa harta tersebut tetap dimilikinya, Jika seorang Lessor menjual aktiva
tersebut, maka keringanan pajak itu ikut bersama barangnya, tetapi perjanjian Lease
dapat menetapkan siapa yang akan memperoleh manfaat tersebut. Keluwesan ini
membuat kredit pajak menjadi unsur penting dalam negosiasi Lease.

2
3. Kelangsungan Hubungan Dengan Lease. Apabila harta dijaul, pembeli kerap kali tidak
mengadakan transaksi lagi dengan penjualnya. Akan tetapi dalam situasi Leasing, Lessor
dan Lesse tetap berhubungan selama periode tertentu, dan hubungan bisnis jangka
panjang kerap kali dapat dibina melalui Leasing.
4. Nilai Sisa Dipertahankan. Dalam banyak perjanjian Lease, Lessor beruntung dari kondisi
ekonomi yang membuat nilai residu yang besar pada ahir periode Lease. Lessor dapat
Me-Lease aktiva itu kembali kepada Lease lain atau menjualnya dan memperoleh
keuntungan pada saat itu juga. Banyak Lessor telah menikmati laba yang besar dari
kenaikan nilai residu yang tidak diperkirakan.

B. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha


Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia / PSAK No. 30 jenis-jenis sewa guna
usaha adalah sebagai berikut:

1. Finance Lease (sewa guna usaha pembiayaan).


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang
membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang
modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha
melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah
dengan pembayaran nilai sisa (residual value), kalau ada, akan mencakup pengembalian harga
perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan sewa guna
usaha. Dalam finance lease ini, lessor hanya merupakan pemilik barang secara hukum,
sedangkan lessee merupakan pihak yang menikmati keuntungan ekonomis atas barang tersebut.
Sebagai imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut maka lessee akan membayar sejumlah
uang yang berupa rental secara berkala kepada lessor.
2. Operating Lease (sewa-menyewa biasa).
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan
selanjutnya disewa guna usahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease,
jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewa guna usahakan, atau melalui
beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa-guna-usaha jenis ini dibutuhkan
keahlian khusus dari perusahaan sewa-guna-usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali
barang modal yang disewa-guna-usahakan, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna
usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa
guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan.
3. Sales Type Lease (sewa guna usaha penjualan)
Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung
(direct finance lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh
pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha
jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk
perusahaan tertentu.

4. Leverage Lease
Transakasi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa
guna usaha dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa
guna usaha.
3
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 mengenai sewa-guna-
usaha, transaksi sewa guna usaha dibedakan menjadi dua :
1. Kegiatan sewa guna usaha dapat dilakukan secara:
- sewa guna usaha dengan hak opsi (finace lease)
- sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
2. Kegiatan sewa-guna-usaha dengan hak opsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a pasal
ini ditetapkan sebagai lembaga keuangan lainnya.

C. KRITERIA PENGGOLONGAN LEASE


Keempat kriteria berikut berlaku baik bagi Lesse maupun Lessor. Jika lease memenuhi
salah satu kriteria, maka lease tersebut digolongkan sebagai lease modal oleh Lesse dan Lessor,
dengan mengasumsikan bahwa kedua kriteria lain bagi lessor terpenuhi.
Kriteria yang berlaku baik bagi lesse maupun lessor :
1. Lease tersebut mengalihklan pemilikan harta kepada lesse pada ahir periode lease.
2. Lease tersebut memuat opsi pembelian dengan harga murah.
3. Jangka Lease sama dengan atau lebih dari 75% taksiran umur ekonomis harta yang lease.
4. Nilai sekarang pembayaran Lease mnimum, tidak termasuk bagian yang merupakan
biaya eksekutori, sama dengan atau lebih besar daripada 90% nilai pasar wajar harta.
Kriteria tambahan yang berlaku bagi lessor :
Selain memenuhi salah satu dari 4 kriteria sebelumnya, lessor harus memenuhi dua
kriteria tambahan agar boleh melaporkan suatu lease sebagai lease modal. Kriteria tambahan ini
adalah :
1. Ketertagihan(collectibility)pembayaran lease minimum cukup dapat diramalkan.
2. Biaya yang masih akan dikeluarkan oleh lessor telah diketahui. Pengujian ini harus
dilakukan pada tanggal pemrakasaan lease.

D. SIFAT LEASE

Ketentuan kontrak Lease sangat berbeda-beda. Variable-variablenya meliputi ketentuan


dan denda akibat pembatalan, periode Lease, opsi pembaharuan atau pembelian dengan harga
murah, umur ekonomis, aktiva, nilai residu aktiva, pembayaran Lease minimum, suku bunga
yang tersirat dalam perjanjian Lease, seperti pemeliharaan, asuransi, dan pajak. Fakta ini dan
fakta lainnya yang relevan harus dipertimbangkan dalam menentukan perlakuan akuntansi yang
tepat atas Lease.

Masing-masing variable ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Ketentuan Pembatalan. Sifat tidak dapat dibatalkan mengacu pada kontrak Lease yang
ketentuan serta sanksi pembatalannya sangat mahal bagi Lesse sehingga dalam keadaan
bagaimanapun tidak dilakukan pembatalan. Hanya Lease yang tidak dapat dibatalkan yang dapat
dikapitalisasi.

2. Periode Lease. Salah satu variable penting dalam perjanjian Lease adalah Periode Lease-
nya: yaitu, periode waktu mulai dari awal hingga ahir Lease, Tanggal pemrakasaan
Lease didefinisikan sebagai tanggal perjanjian Lease, atau tanggal komitmen tertulis paling awal
jika semua ketentuan pokok telah dinegosiasikan. Permulaan Periode Lease terjadi pada saat
perjanjian Lease mulai berlaku, yaitu apabila harta yang dilease telah diserahkan kepada Lease.

4
3. Akhir Jangka Lease Adalah ahir periode yang ditetapkan dimana pembatalan tidak boleh
dilakukan ditambah semua periode, jika ada, yang diliput opsi pembaharuan dengan harga
murah ,atau ketentuan lain bahwa, pada tanggal terjadinya lease sudah ada indikasi kuat bahwa
lease itu diperbarui. Jika opsi pembelian dengan harga murah dimasukkan dalam kontrak lease,
sebagaimana didefinisikan dalam subbab berikut, maka periode lease meliputi semua periode
pembaharuan sebelum tanggal opsi pembelian dengan harga murah tiba. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa periode lease tidak akan pernah melampui tanggal opsi pembelian
dengan harga murah

4. Opsi Pembelian Dengan Harga Murah. Lease kerap kali mengandung ketentuan yang
memberi hak kepada lesse untuk membeli harta yang dilease pada suatu hari dimasa depan.
Harga beli yang pasti harga opsi yang ditetapkan, meskipun dalam beberapa kasus harga tersebut
dinyatakan sebagai nilai pasar wajar pada tanggal ,opsi dimanfaatkan. Jika harga opsi telah
ditetapkan ini diperkirakan jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga atau nilai pasar wajar
pada tanggal pemanfaatan opsi pembelian, maka dalam hal ini sudah tersirat opsi pembelian
dengan harga muarah

5. Nilai Sisa Atau Residu. adalah Nilai pasar harta yang dilease pada ahir periode lease.
Dalam beberapa lease, periode lease melampaui umur ekonomi aktiva, atau periode dimana
aktiva tersebut tetap produktif, dan kadang-kadang masih ada nilai sisa . Dalam lease lainnya,
periode lease lebih singkat, dan nilai residu tidak ada. Jika lease dapat membeli aktiva itu pada
ahir periode lease dengan harga murah sudah ada, dan dapat diandaikan bahwa lesse akan
melaksanakan opsi ini dan dapat membeli aktiva tersebut. Beberapa kontrak lease mewajibkan
lesse, atau pihak ketiga yang ditunjuk, untuk menjamin nilai residu aktiva. Jika nilai pasar wajar
pada ahir periode lease turun dibawah nilai residu yang dijamin, maka lesse atau pihak ketiga
harus membayar selisih tersebut. Ketentuan ini melindungi lessor dari kerugian akibat
penurunan yang tidak diperkirakan dalam nilai pasar aktiva.

6. Pembayaran Lease Minimum. Pembayaran sewa yang diminta selama periode lease
ditambah dengan jumlah yang harus dibayar untuk nilai residu, entah melalui opsi pembelian
dengan harga murah atau penjaminan nilai sisa, disebut sebagai Pembayaran Lease Minimum.
Jika semua pembayaran ini dilakukan dengan lease saja, maka pembayaran lease minimum akan
sama bagi lesse dan lessor. Akan tetapi, jika pihak ketiga menjamin nilai residu, maka si lesse
tidak boleh memasukkan jaminan ini sebagai bagian dari pembaayaran lease minimum,
tetapi lessor akan memasukkannya.

Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu, pihak penyewa guna
usaha (lesse) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh karena itu berikut dibahas
mengenai akuntansi leasing pada pihak penyewa dan pada pihak perusahaan Sewa Guna Usaha.

1. Pencatatan Transaksi Leasing Pada Penyewa (lesse)

a. Operating Lease

Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease, trasansi leasing oleh pihak
penyewadicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa. Dengan demikian pembayaran sewa
berkala dicatat debet akun Beban Sewa, dan kredit akun Kas. Apabila dalam perjanjian sewa
guna usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam jumlah yang berbeda, beban sewa untuk setiap
periode dihitung dengan menggunakan metode Garis Lurus (Straight Line Method).

5
Contoh : PT. SAMUDRA menyewa peralatan pabrik dari PT. SAKURA untuk masa sewa 5
tahun dengan syarat sebagai berikut :

1. Sewa dibayar dimuka tiap tgl 2 Januari. Untuk tahun pertama jatuh pada tanggal 2
Januari 2001.

2. Jumlah sewa tahun pertama dan kedua masing-masing sebesar Rp. 30.000.000,00.
Sementara untuk tahun ketiga , keempat dan kelima masing-masing Rp. 20.000.000,00.

JAWAB :

Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah

( 2 × Rp 30.000.000 )+ ( 3× Rp20.000 .000 )=Rp120.000 .000

Dengan menggunakan metode garis lurus , jumlah sewa tiap tahunnya adalah

Rp 120.000 .000
=Rp 24.000 .000
5

Pembayaran sewa untuk tahun 2001 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Jan 2 Beban Sewa Rp 24.000.000
Sewa dibayar dimuka Rp 6.000.000
Kas Rp 30.000.000

Pembayaran sewa untuk tahun 2002 sebesar Rp. 30.000.000,00. dicatat dengan jurnal
sebagai berikut.
Jan 2 Beban Sewa Rp 24.000.000
Sewa dibayar dimuka Rp 6.000.000
Kas Rp 30.000.000

Pembayaran sewa untuk tahun 2003 (tahun ketiga) sebesar Rp. 20.000.000,00. dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
Jan 2 Beban Sewa Rp 24.000.000
Sewa dibayar dimuka Rp 6.000.000
Kas Rp 30.000.000

Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat dengan jurnal
seperti ada pembayaran sewa tahun ketiga diatas, sehingga akun Sewa Dibayar Dimuka selama
masa sewa guna usaha(secara keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini

Sewa Dibayar Dimuka

6
Jan. 2, 2001 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2003 Rp. 4.000.000,00

Jan. 2, 2002 Rp. 6.000.000,00 Jan. 2, 2004 Rp. 4.000.000,00

Jan. 2, 2005 Rp. 4.000.000,00

Pada ahir masa guna, akun Sewa Diby\ayar Dimuka tidak mempunyai saldo. Ada
kalanya sewa pada tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun terahir.
Misalnya : dari data contoh dimuka, sewa pada tahun pertama, kedua dan ketiga masing-masing
sebesar Rp.20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan kalimat masing-masing
Rp.30.000.000,00. Dalam hak demikian, pembayaran sewa untuk pertama, kedua dan ketiga,
masing-masing dicatat dalam jurnal berikut :
Jan 2 Beban Sewa Rp 24.000.000 -
Hutang sewa - Rp 4.000.000
Kas - Rp 20.000.000

Pembayaran sewa untuk tahun keempat dan kelima, masing-masing dicatat dengan jurnal
sebagai berikut :
Jan 2 Beban Sewa Rp 24.000.000 -
Hutang sewa Rp 6.000.000
Kas - Rp 30.000.000

Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang berjalan,
misalnya dari data pada contoh dimuka, pembayaran sewa untuk tahun 2001 jatuh pada tgl 1
April 2001. Dalam hal demikian pada ahir periode harus dibuat penyesuaian. Jurnal penyesiaian
yang dibuat 31 Desember 2001, sebagai berikut :
Jan 2 Sewa dibayar dimuka Rp 6.000.000 -
Beban sewa - Rp 6.000.000

(mencatat sewa bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yang telah dibayar tahun 2001)

Sehubungan dengan Pos jurnal penyesuaian di atas, pada awal periode tahun 2002,
dibuat jurnal pembalik sebagai berikut :
Jan 2 Beban sewa Rp 6.000.000 -
Sewa dibayar dimuka - Rp 6.000.000

b. Lease Modal (Capital Lease)

7
Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi criteria untuk di perlakukan sebagai capital
lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai suatu transaksi pembelian aktiva
tetap dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan demikian dicatat debet pada akun Aktiva
Sewa Guna Usha dan kredit akun hutang.

Aktiva sewa guna asaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar wajar,
dengan jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha, ditambah dengan
harga beli atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada ahir masa sewa yang telah disepakati
bersama.

Aktiva sewa guna uasaha olek pihak penyewa harus disusutkan dengan menerapkan
metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa guna usaha mencantumkan
adanya pengalihan hak milik, atau adanya hak bagi penyewa untuk membeli aktiva sewa guna
usahaa dan ahir masa sewa, maka usia ekonomis aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk
menentukan besarnya penyusutan. Sementara jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak
menyebutkabn dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan
masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.

Didalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga aktiva sewa
guna usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran sewa, dipisahkan menjadi
jumlah pembayaran hutang yang merupakan sewa terendah, dan jumlah pembayaran beban
bunga.

Sebagai ilustrasi pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai capitral lease
pada pihak penyewa, misalkan PT. GIONI menyewa peralatan dari PT> JAYA SARANA.
Ketentuan sewa guna usaha, sebagai berikut :

1. Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak dapat dibatalkan.

2. Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00. dibayar dimuka tiap tgl 1 Januari. Sewa tahun
pertama jatuh pada tgl 1 januari 2000.

3. Biaya pelaksanaan selam masa sewa (executory Cost) dibayar oleh penyewa.

4. Tidak mada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan hak bagi
penyewa untuk membeli pada ahir masa sewa.

Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai berikut :

1. Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00

2. Usia ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun.

3. PT. JAYA SARANA memperhitungkan bunga 122% setahun.

4. PT. GIONI menyusutkan aktiva tetap dengan metode Garis Lurus.

Untuk menentukan nilai sewa guna usaha harus dihitung dulu nilai tunai untuk tingkat
bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran dimuka yaitu 4,03733. Dengan deimkian
nilai tunai sewa terendah dari data contoh diatas adalah 4,03733 X Rp. 20.000.000,00 =

8
Rp.80.746.600,00. Jumlah tersebut lebih besar dbanding 90% X Rp. 82.000.000,00 (harga pasar
wajar aktiva yang bersangkutan)

Hasil perhitungan diatas dijadikan dasar untuk memberlakukan sewa guna usaha pada
contoh diatas sebagai capital lease. Dengan nilai Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet
pada akun Peralatan Sewa dari Lease Modal. Selanjutnya setiap ahir periode disusutkan
(didepresiasi) dengan metode garis lurus.

2. Pencatatan Transaksi Leasing Pada Perusahaan Sewa Guna Usaha

a. Operating Lease

Suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Sewa Guna
Usaha Pembelanjaan ( Finance Lease ), Transaksi leasing oleh perusahaan sewa guna usaha
(Lessor) dicatat sebagai transaksi sewa-menyewa biasa (Operating Lease). Oleh karena itu
dicatat sebagai harta dan di informasikan dalam Neraca Sebagai aktriva yng disewa guna
ushakan

Contoh :

1 Januari 2000 PT. ZODIAC menyewakan sebuah gedung untuk masa 10 Th.
Pembayaran sewa tiap 1 Januari, dengan ketentuan 5 Th pertama masing-masing Rp.
24.000.000,00 dan 5 Th terahir masing-masing Rp. 20.000.000,00. Sewa dibayar di muka dan
dimulai 1 Januari 2000, Biaya komisi, biaya layanan hukum dan biaya langsung lainnya sebesar
Rp. 10.000.000,00, dibayar oleh PT ZODIAC. Harga perolehan gedung Rp. 360.000.000,00.
usia ekonomis 25 Th tanpa niali residu. Gedung yang bersangkutan disusutkan dengan metode
Garis Lurus. Sementara biaya langsung pertama amortisasi selama 10 th..

Masa sewa yang dari 75% dari taksiran usia ekonomis aktiva sewa guna usaha, sewa
guna diatas tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Finance Leasing diatas, sebagai
berikut :

1. Mencatat biaya langsung pertama untuk gedung yang disewa gunakan :


Jan 1 Biaya langsung pertama Rp 10.000.000 -
yang ditangguhkan
Kas - Rp 10.000.000

2. Mencatat penerimaan sewa untuk tahun pertama (2000)


Jan 1 Kas Rp 24.000.000 -
Sewa diterima dimuka - Rp 2.000.000
Pendapatan sewa - Rp 22.000.000

Pendapatan sewa dicatat menurut metode garis lurus, sehingga pendapatan sewa tiap
bulan dihitung sebagai berikut :

( 5× Rp24.000 .000 )+ (5 × Rp 20.000 .000 )


=Rp 22.000 .000
10

Kelebihan yang diterima dari jumlah diatas, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,00. Dicatat
kredit pada akun sewa Diterima dimuka.

9
3. Mencatat beban penyusutan gedung yang disewa guna usahakan dan amotisasi
Biaya Langsung Pertama
Jan 1 Beban penyusutan gedung Rp 14.400.000 -
disewakan
Akumulasi penyusutan - Rp 14.400.000
gedung yg disewakan

(Penyusutan Gedung Rp.360.000.000,00 : 25)

Jan 1 Beban amortisasi biaya Rp 1.000.000 -


langsung pertama
Biaya langsung pertama - Rp 1.000.000
yang ditangguhkan

(Amortisasi Biaya Langsung Pertama Rp 10.000.000,00 : 10)

Jurnal yang terakhir diatas akan dibuat pada setiap akhir tahun sampai dengan akhir
tahun kesepuluh, sehingga pada akhir masa sewa akun Biaya Langsung Pertama yang
Ditangguhkan tidak mempunyai saldo.

4. Mencatat penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh

Penerimaan sewa untuk tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh, masing-masing
dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Jan 1 Kas Rp 20.000.000 -
Sewa diteriam dimuka Rp 2.000.000 -
Pendapatan sewa - Rp 22.000.000

Dengan pos jurnal diatas, pada ahir masa sewa akun Sewa Diterima Dimuka akan
menunujukan saldo nol (tidak bersaldo).

b. Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung ( Direct Financing Lease)

Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung Adalah apabila perusahaan sewa guna uasaha
(Lessor) menyediakan atau membeli lebih dahulu aktiva sewa guna usaha yang dipesan oleh
penyewa (Lesse).

Sewa guna usaha yang diperlukan sebagai Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung,
dalam neraca ihak lessor diinformasikan sebagai Piutang Pembayaran Lease, sebesar jumlah
pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin. Nilai residu tidak terjamin
adalah nilai sisa aktiva yang disewakan pada ahir masa sewa, dengan tidak ada persetujuan yang
menimbulkan hak bagi penyewa untuk membeli nilai sisa aktin\va yang bersangkutan.

 Jumlah pembayaraan sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin yang dicatat
sebagai Piutang Pembayran Lease,Merupakan investasi bruto.

 Selisih antara investasi bruto dengan niali buku (harga perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan) aktiva yang disewakan, dicatat sebagai Pendapatan Bunga yang
10
Ditangguhkan yang selanjutnya diamortisasi selama masa sewa menurut metode bunga
efektif.

3. Penyajian Lease Pembiayaan Langsung Dalam Neraca

a. Lease pembiayaan langsung dalam buku besar dicatat sebagai Piutang PembayaranLease.

b. Sementara bunga efektif yang terkandung didalam sewa terendah dicatat kredit pada
akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan

c. Selisih antara saldo akun Piutang Pembayaran Lease (Investasi Bruto) dan saldo
akun Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan adalah sebagai investasi saldo

Dengan demikian nilai lease pembiayaan langsung dalam neraca adalah sebesar investasi
neto.

Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar,. Sementara investasi
neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tgl neraca , harus diinformasikan sebagai
investasi jangka panjang.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan yang terjun ke dunia
bisnis. Dengan semakin banyaknyaperusahaan yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak kebutuhandana
dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan. Haltersebut mendorong industry bisnis yang bergerak
dalam bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan. Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk
lembaga pembiayaan karenayang dikatakan dengan lembaga pembiayaan adalah suatu badan usahayang di dalam
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaandana atau barang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaanperusahaan dalam bentuk
penyediaan barang – barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagiperusahaan tersebut untuk membeli
barang – barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilaisisa yang
telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salahsatu jenis lembaga pembiayaan karena leasing
membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.

12
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN
A. Pilihan Ganda
1. Yang dimaksud dengan leasing adalah…
a. Kegiatan jual beli
b. Kegiatan asuransi
c. Kegiatan sewa menyewa
d. Kegiatan rekapitulasi
2. Yang dimaksud dengan optie adalah…
a. Hak cipta
b. Hak jual
c. Hak beli
d. Hak pilih
3. Salah satu tujuan atau manfaat leasing bagi lease adalah…
a. Memberikan hak cipta
b. Tanpa uang muka
c. Menambah nilai jual
d. Menambah pelanggan
4. Salah satu jenis sewa guna usaha kecuali…
a. Finance lease
b. Optie lease
c. Operating lease
d. Sales-type lease
5. Kriteria tambahan agar boleh melaporkan suatu lease sebagai lease modal adalah…
a. Ketertagihan
b. Kelebihan
c. Kekurangan
d. Kepercayaan
6. Perusahaan sewa guna usaha disebut juga…
a. Finance lease
b. Operating lease
c. Leasing company
d. Company operating
7. Kriteria yang berlaku bagi lesse maupun lessor yaitu sebagai berikut, kecuali…
a. Lease tersebut memuat opsi pembelian dengan harga murah
b. Jangka lease sama dengan atau lebih dari 75% taksiran umur ekonomis harta yang
dilease
c. Lease tersebut mengalihkan pemilikan harta kepada lesse pada akhir periode lease
d. Lease memuat opsi pembelian dengan harga mahal
8. Leasing sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam penyediaan barang-barang
modal/aktiva yang disusutkan lazim disebut…

13
a. Job lease
b. Finance lease
c. Social lease
d. Depretiation lease
9. Ciri-ciri finance lease diantaranya sebagai berikut, kecuali…
a. Objek leasing milik lessor sampai dilakukannya hak opsi
b. Full pay out
c. Full pay in
d. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak

10. Semua jenis lease yang tidak memenuhi kriteria lease digolongkan sebagai…
a. Lease term
b. Financial lease
c. Operating lease
d. Capital lease

B. ESSAY
1. Sebutkan keuntungan dari leasing!
a) Fleksibel. Struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
b) Tidak perlu ada jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang dilease.
c) Cepat dalam pelayanan. Secara prosedur leasing lebih sederhana dan relative lebih cepat
dalam realisasi pembiayaan tanpa prosedur yang rumit.

2. CV D3 & CO menyewa peralatan pabrik kepada PT WARBIASAH dengan persyaratan


berikut :
 Periode sewa : 2 tahun dimulai tanggal 1 Agustus 2020
 Jumlah sewa : Rp 12.000.000,- dibayar dimuka tiap tanggal 1 Agustus
 Hak opsi : tidak ada hak opsi
Buatlah jurnal transaksi tiap tahunnya!

Penyelesaian :

7
Penyesuaian : × Rp 12.000.000=Rp 7.000.000
12

Jan 1 Sewa dibayar dimuka Rp 7.000.000 -


Beban sewa - Rp 7.000.000

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku Akuntansi Keuangan

Makalah Teman

www.akuntansikeuanganku.co.id

www.myeducation.co.id

15

Anda mungkin juga menyukai