Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH

INDONESIA

“PENGIRIMAN MISI
GARUDA”

NAMA KELOMPOK :

1. DIAH PITALOKA (05)


2. DWI TYAS WULANDARI (06)
3. MEY DIANA (16)
4. TIARA NURUL KHASANAH (29)

KELAS XII AKUNTANSI 2

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


PENGIRIMAN MISI GARUDA

Semenjak Perang Dunia  II berakhir, Timur Tengah selalu bergolak sebagai akibat didirikannya
negara Israel di Palestina. Pada tahun 1956 masalah Timur Tengah menjadi lebih hangat setelah
Terusan Suez dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser pada tanggal 26 Juli
1956. Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan melibatkan negara-negara di luar
kawasan tersebut yang berkepentingan dalam masalah Suez. Pada bulan Oktober 1957 Inggris,
Perancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir.

Beberapa kota di sepanjang Terusan Suez dibom dan wilayah Mesir di Sinai diduduki. Situasi ini
mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan dan mendesak
pihak-pihak yang bersengketa untuk berunding. Perundingan-perundingan ternyata tidak berjalan
lancar.

Dalam Sidang Umum PBB Menteri Luar Negeri Kanada Lester B. Pearson mengusulkan agar
dibentuk suatu pasukan PBB untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui
sidang dan pada tanggal 5 November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah Komando PBB
dengan nama United Nations Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November 1956
Indonesia menyatakan kesediaanya untuk turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.

Sebagai pelaksanaannya, pada tanggal 28 Desember 1956 dibentuk sebuah pasukan yang
berkekuatan satu detasemen (550 orang), yang terdiri dari kesatuan-kesatuan Teritorium
IV/Diponegoro dan Teritorium V/Brawijaya. Sebagai Komandan Kontingen ditunjuk Kolonel
Hartoyo, yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel Saudi. Kontingen Indonesia untuk UNEF
yang diberi nama Pasukan Garuda ini diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.
Semenjak itu Indonesia menjadi negara yang ikut berperan dalam perdamaian dunia
hingga saat ini. Hingga tahun 2018 Indonesia telah mengirimkan 38.000 pasukan dan masuk 10
besar jajaran pengirim pasukan Perdamaian Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada Hari Jumat, 31 Agustus 2018 Presiden Joko Widodo melepas Kontingen Garuda
XXXIX-A dan Kontingan Garuda XXVIII-K yang akan berangkat ke Republik Demokratik
Kongo dan Lebanon untuk misi perdamaian selama satu tahun mendatang.

TUJUAN PENGIRIMAN MISI GARUDA

Tujuan pengiriman misi garuda yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB adalah
dalam rangka turut serta melaksanakan dan menjaga ketertiban dunia yang adil dan beradab,
sebagaimana amanat konstitusi kita yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Alinea ke-4 “….dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial…” sebagai wujud konstribusi untuk dunia, sekaligus untuk
mengharumkan nama baik bangsa dan negara.

Indonesia sering melakukan pengiriman pasukan perdamaian melalui Minusca


(Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Central Africa Republic) di Republik
Afrika Tengah, Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) di Lebanon, Monusco
(Mission de LOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en Republique Democratique
du Congo) di Kongo, Unamid  (United Nations Mission In Darfur) di Sudan dan beberapa negara
lainnya yang masih terlibat konflik. Konflik itu bisa terjadi antar negara maupun internal negara
karena perbedaan politik antar partai yang berkuasa dengan pemerintah atau lainnya. 

Konflik tersebut dapat terselesaikan melalui proses dialog antar pemerintah, rakyat dan
pemimpin agar terjadi kesamaan visi. Dengan adanya pasukan perdamaian yang tentunya juga
dari Indonesia, mereka membantu untuk melakukan negosiasi atau sebagai penengah sehingga
akan tercipta ketertiban maka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentunya ingin agar kesejahteraan,
kemakmuran dan rasa aman bisa terwujud.  Jika rasa aman dapat terwujud maka kondisi
ekonomi dan kesejahteraan rakyat akan berjalan dengan normal.
SUKA DUKA MENJADI BAGIAN DARI PASUKAN GARUDA

Bagi seorang prajurit baik TNI maupun Polisi yang menjadi bagian dari pasukan Garuda
pasti merasa bangga dapat ikut andil dalam misi menjaga perdamaian dunia sekaligus dapat
membawa nama baik bangsa Indonesia dalam kancah dunia. Tidak hanya seorang prajurit saja
yang bangga pastinya keluarga prajurit juga ikut merasa bangga.

Namun, seorang prajurit yang menjadi bagian Pasukan Garuda tentunya merasakan
kesedihan selama menjalani misi perdamaian dunia ini. Kondisi Lebanon yang berupa gurun
berbatuan menjadi medan tersulit saat konflik terjadi. “Banyak cerita di sana. Melihat Lebanon
merupakan daerah konflik tentu bukan hal mudah. Selama bertugas harus meninggalkan
keluarga”, tutur Perwira Penerangan Satgas Konga XXIII-G/UNIFIL Kapten Sus Sundoko.
Kondisi cuaca yang ekstrem saat musim dingin maupun panas juga menjadi kesulitan tersendiri
bagi prajurit Paukan Garuda.

Anda mungkin juga menyukai