Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SMA NEGERI 6 HALMAHERA UTARA
“ Terakreditasi A”
Jl. KawasanPemerintahan Halmahera Utara, Tobelo – 97762
Email: sman6halut2016@yahoo.com

RIGKASAN MATERI
MATA PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA
KELAS/PROGRAM STUDI : XII- MIPA 1&2
KOMPETENSI DASAR:

KD 3.5.:Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara lain, KAA,
Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal meeting.
4.5. : Menyajikan hasil penalaran tentang peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia antara
lain KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok, ASEAN, OKI, dan Jakarta Informal
meeting menyajikan dalam bentuk laporan tertulis.

Materi : Hal 221 dan 233

C. Peran Indonesia Dalam Upaya Menciptakan Perdamaian Dunia

1. Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955)

Berakhirnya Peran Dunia II Pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di
antara bangsa-bangsa didunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa bagian
dunia, terutama di belahan bumi Asia dan Afrika, masih ada masalh dan muncul masalah baru yang
mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di
wilayah Korea, Indochina, Palestina, Afrika Selatan, dan Afrika Utara.
Melihat fenomena seperti itu, beberapa pemimpin Negara-negara Asia, Afrika yang baru merdeka,
seperti Indonesia, India, Burma/Myanmar, Srilanka dan Pakistan, berinisiatif untuk membuat pertemuan
yang akan mendiskusikan permasalahan-permasalahan dunia yang krusial pada saat itu. Keadaan itulah
yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.

2. Gerakan Non-Blok/Non Align Movement (NAM)

Gerakan Non-Blok (GNB) Atau Non Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori
oleh Negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha
menjalankan kebijakan luar negeri yang idak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan
Blok Barat atau Blok Timur.
Indonesia dapat dikatakan memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran organisasi ini.
Lahirnya organisasi Gerakan Non-Blok dilator belakangi oleh kekhawatiran para pemimpin Negara-
negara ketika terutama dari Asia dan Afrika terhadap menculnya ketengangan dunia saat itu karena
adanya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timut.
KAA di Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Tujuan dari KAA adalah mengidentifikasi dan
mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berusaha memformulasikan kebijakan bersama
Negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tataran hubungan internasional.

3. Misi Pemelihara Perdamaian Dunia

Pengiriman misi Garuda yang pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1957. Pengiriman Misi
Garuda dilatarbelakangi adanya konflik di Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang
dilakukan oleh Presiden Mesir Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian
menjadi meluas dan melibatkan Negara-negara diluar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam
masalah Suez. Pada bulan Oktober 1956, Iggris, Prancis dan Israel melancarkan seragan gabungan
terhadap mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun tangan
dan mendesak pihak-pihak bersengketa untuk merunding.
Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut, ketika meletus perang
saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Indonesia kembali diberikan kepercayaan oleh PBB
untuk mengirim pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk menjaga stabilitas
PBB dikawasan Indochina yang terus bergejolak akibat perang saudara tersebut PBB membentuk
International Commission of Control and Supervision (ICCS) sebagai hasil dari persetujuan internasional
di Paris pada tahun 1973.
4. ASEAN
a. Pembentukan ASEAN

Menjelang berakhirnya konfrontasi Idonesia-Malaysia, beberapa pemimpin bangsa-bangsa Asia


Tenggara semakin merasakan perlunya membentuk suatu kerja sama regional untuk memperkuat
kedudukan dan kestabilan social ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Deklarasi Bangkok, Tujuan ASEAN adalah

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan social dan perkembangan kebudayaan di Asian


Tenggara.
2. Memajukan stabilisasi dan perdamaian regional Asian Tenggara.
3. Memajukan kerja sama aktif dan saling membantu di Negara-negara anggota dalam bidang
ekonomi, social, budaya, tektik, ilmu pengetahuna dan administrasi.
4. Menyediakan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan penelitian.
5. Kerja sama yang lebih besar dalam bidang peranian, industry, perdagangan, pengakuan,
komunikasi serta usaha peningkatan standar kehidupan rakyat.
6. Memajukan studi-studi masalah Asia Tenggara.
7. Memelihara dan meningkatkan kerja sama yang bermanfaat dengan organisasi-organisasi
regional dan internasional yagg ada.
Dari tujuh pasal Deklarasi Bangkok itu jelas, bahwa ASEAN merupakan organisasi kerja sama Negara-
negara Asia Tenggara yang bersifat non politik dan non militer. Keterlibatan Indonesia dalam ASIEN
bukan merupakansuatu penyimpangan dari krbijakan politik bebas aktif, karena ASEAN bukanlah suatu
faktameiliter seperti SEATO misalnya. Kerja sama dalam bidang ekonomi juga merupakan pilihan
bersama para anggota ASEAN. Hal itu didasari karena Negara-negara ASEAN pada saat itu adalah
Negara-negara yang menginginkan pertumbuhan ekonomi.

5. Organisasi Konferensi Islam

Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalah ornganisasi internasional yang anggotanya terdiri atas
Negara-negara Islam seluruh dunia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 22 september 1969 saat
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara Isla di Rabt Maroko atas prakarsa Raja Faisal dari Arab
Saudi dan Raja Haan II dari Maroko.
OKI didirikan berdasarkan pada keyakinan atas agama Islam, penghormatan pada piagam PBB dan
Hak Asasi Manusia (KTM) III OKI bulan February 1972, telah diatopsi piagam organisasi yang berisi tujuan
OKI yaitu; meningkatkan solidaritas Islam serta mengkordinasikan kerja sama politik, ekonomi, dan
social budaya antarnegara-negara anggota, mendukung upaya perdamaian dan keamanan Internasional,
serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan membantu perjuangan pembentukan Negara palestina
yang merdeka dan berdaulat, dan bekerjasama untuk menntang diskriminasi rasial dan segala bentuk
penjajahan, menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian di antara Negara anggota
dan Negara-negara lain.
Pada decade 1990-an, partisipasi aktif Indonesia di OKI mulai terlihat, yaitu ditandai dengan
kehadiran Presiden Soeharto pada KTT OKI ke-16 di Senegal pada Desember 1991. Hal ini dapat dilihat
sebagai titik awal perubahan kebijakan luar negeri Indonesia untuk berpartisipasi lebih aktif di OKI.

6. Deklarasi Djuanda

Pada tanggal 13 desember 1957 pemerinta RI mengeluarkan sebuah klaim atau pernyataan yang
menjadi salah satu dasar kedaulatan wilaya yang baru setelah proklamasi kemerdekaan RI Tahun 1945
dan konferensi Meja Bundar tahun 1949. Karena pernyataan tersebut dilakukan pada masa perdana
menteri Djuanda Kartawidja maka lebih dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda adalah
satu perjuangan bangasa Indonesia untuk memperjuangkan balas wilaya, laut, sehingga wilaya
Indonesia merupakan suatu kesatuan yang itu dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek politik, social
budaya, dan pertahanan keamanan. Melihat kondisi geografis Indonesia yang unik, banyaknya wilaya
laut disbanding darat, menyadarkan pemerinta Indonesia bahwa prsoalan wilaya laut merupakan fsktor
paling penting bsgi kedaulatan Negara.

7. Jakarta Informasi Meeting (JIM) I dan II

Pada tahun 1970 dikamboja, terjadi kudeta yang pada saat itu dipimpin oleh pangeran Norodom
Sihanouk. Ketika itu, pangeran Norodom Sihanouk sedang berada diluar negeri, keponakannya yang
bernama pangeran Sisowath sedang berada di luar negeri, keponakannya yang bernama Sisowath
kemudia memili untuk mengasingkan diri di Beijing dan memutuskan untuk beralisasi dengan Khmer
Merah, yang bertujuan untuk menentang pemerintahan Lon Nol dan akhirnya dapat merebut kembali
tahtanya.
Pada tahun 1978, terjadi bentrokan di perbatasan antara rezim Khmer, Merah dengan Vietnam.
Dalam kurung waktu itu juga terjadi pembantaian orang-orang keturunan Vietnam di Kamboja, sehingga
Vietnam menyerbu Kamboja dengan tujuan untuk menghentikan genosida besar-besaran tersebut.
Dalam kerangka penyelessaian konflik Kamboja, berbagai upaya telah dilaksanakan untuk
mencapai sebuah perdamaian. Salah satu Negara yang memainkan peran signifikan dalam penyelesaian
konflik Kamboja, adalah Indonesia. Hal tersebut bermula dari awal tahun 1980-an dimana konflik intenal
tengah mengalami eskalasi yang memprihantikan, Indonesia semakin meningkatkan perhatiannya
terhadap masalah yang terjadi di kamboja, Hal ini tentunya sejalan dengan politik luar negeri Indonesia
yang turut aktif dalam mengahadapi permasalahan-permasalahan dunia seperti juga yang termuat
dalam Mukadimah UUD 1945 Yaitu turut mewujudkan perdamaian dunia.

Anda mungkin juga menyukai