Anda di halaman 1dari 16

PERAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA

Disusun oleh :

1. Arfa Barik Rahman


2. Bahtiar Dwiguna
3. Laras Nurhidayat
4. Nadira Rizki
5. Regina Fauziah
6. Siti Dwi Arisah
7. Winda Widiyanti
XI-3 FARMASI

SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA SUBANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Tugas Sejarah ini dengan baik dan tepat
waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan penjelasan Tentang Peran Bangsa Indonesia Dalam
Perdamaian Dunia. Semoga Makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah wawasan
kita menjadi lebih luas lagi.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun Makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan terima kasih.

Subang, 26 Agustus 2019

Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KAA (Konferensi Asia – Afrika)
2.2 Misi Garuda
2.3 Deklarasi Djuanda
2.4 GNB (Gerakan Non Blok)
2.5 ASEAN (Association of South East Asian Nations)
2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting)

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan internasional diidentifikasikan sebagai studi tentang interaksi antara beberapa
faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara- negara, organisasi
internasional, organisasi nonpemerintah, kesatuan substansional (kelompok-kelompok atau
badan-badan dalam suatu negara), seperti birokrasi dan pemerintah domestik, serta individu-
individu.

Dalam hubunngan internasional terdapat berbagai pola hubungan antar bangsa seperti : Pola
Penjajahan, Pola Hubungan Ketergantungan, Pola Hubungan Sama Derajat Antarbangsa.
Ketentuan atas karena perjanjian internasional akan mengakibatkan hokum yang juga sekaligus
akanmenjalani kepastian hukum pada perjanjian internasianal hal-hal yang menyangkut hak dan
kewajiban antar subjek-subjek hokum internasional.

Dari sebagian masyarakat dunia, bangsa Indonesia selalu melakukan hubungan dengan bangsa
lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan bangsa lain, kita menetapkan politik luar negeri yang
"bebas" dan "aktif". Politik luar negeri bebas aktif ini mulai dicanangkan sejak awal merdeka.
Sebagai salah satu perwujudan politik luar negeri yang bebas aktif, bangsa Indonesia pernah
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 dan juga membentuk
Gerakan Non Blok bersama beberapa negara Asia Afrika lainnya.

Pada umumnya, negara yang telah merdeka dan bedaulat penuh akan mengadakan hubungan
dengan negara lain. Setiap negara memiliki perbedaan masyarakat, struktur pemerintah,
kepentingan nasional dan perbedaan-perbedaan lainnya. Namun, perbedaan tersebut biasanya
menimbulkan suatu kebutuhan yang menyebabkan adanya hubungan internasional. Bahkan tidak
bisa dipungkiri bahwa suatu negara yang tidak dapat menjalin hubungan internasional dengan
negara lain akan sulit untuk mempertahankan kedaulatannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan internasional diperlukan karena suatu
negara memiliki ketergantungan dengan negara lain dalam hal memenuhi semua kebutuhan dan
menjaga kedaulatan negaranya.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu KAA (Konferensi Asia – Afrika) ?
 Apa itu Misi Garuda ?
 Apa itu Deklarasi Djuanda ?
 Apa itu GNB (Gerakan Non Blok) ?
 Apa itu ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) ?
 Apa itu OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ?
 Apa itu JIM (Jakarta imformal Meeting) ?
1.3 Tujuan Penulisan
 Kita Dapat Mengetahui KAA (Konferensi Asia – Afrika).
 Kita Dapat Mengetahui Misi Garuda.
 Kita Dapat Mengetahui Deklarasi Djuanda.
 Kita Dapat Mengetahui GNB (Gerakan Non Blok).
 Kita Dapat Mengetahui ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).
 Kita Dapat Mengetahui OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
 Kita Dapat Mengetahui JIM (Jakarta imformal Meeting).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KAA (Konferensi Asia – Afrika)


A. Latar Belakang
1. Rasa Senasib dan Sepenanggungan
Perasaan senasib dan sepenanggungan di sini berkaitan dengan persamaan bahwa hampir
seluruh negara Asia Afrika adalah bekas negara jajahan. Baik itu sebagai negara jajahan Bangsa-
Bangsa Eropa dan penjajahan Jepang saat Perang Dunia kedua. Perasaan yang sama, senasib dan
sepenggungan, membuat negara-negara Asia Afrika ingin bersatu mengatasi masalah bersama.

2. Persamaan Masalah Negara Berkembang


Karena kebanyakan negara Asia Afrika adalah negara baru merdeka, maka semua termasuk
negara berkembang. Negara yang belum maju di segala bidang. Negara yang masih harus
bebebah diri untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Persamaan ini juga melatarbelakangi
pertemuan KAA. Membuat semua negara ingin bekerja sama di segala bidang.

3. Kedekatan Keturunan, Agama, dan Latar Belakang Sejarah


Latar belakang selanjutnya adalah kedekatan hubungan keturunan. Ini dilihat dari ciri-ciri
orang Asia yang hampir mirip sesamanya. Begitu pula degan orang Afrika. Aga yang dianut
orang Asia afrika kebanyakan juga hampir sama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.
Sementara latar belakang sejarah, hampir bisa dipastikan mirip sesuai latar belakang pertama.

4. Letak Geografis
Sesuai dengan sebuatan negara Asia Afrika, otomatis negara-negara peserta KAA mempunyai
letak geografis yang berdekatan dan hampir mirip. Kondisi alam yang hampir mirip satu sama
lain akan mudah diatasi jika bekerja sama.

B. Tujuan
Beberapa tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika antara lain adalah sebagai berikut.
1) Meninjau masalah-masalah hubungan sosial ekonomi dan kebudayaan dari negara-negara Asia
dan Afrika
2) Menjalin kerukunan antar umat beragama di wilayah Asia dan Afrika
3) Memberikan sumbangan untuk memajukan perdamaian dan kerja sama dunia
4) Mencanangkan gerakan politik untuk melawan kapitalisme asing
5) Melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imprialis
lainnya

C. Peranan
1) Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II
yang berlangsung pada tanggal 28 sampai 29 Desember 1954 di Bogor. Konferensi ini
sebaagai pendahuluan dari Konferensi Asia-Afrika.
2) Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang
berlangsung pada tanggal 18 sampai 24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung.
Dalam Konferensi tersebut beberapa tokoh Indonesia menduduki peranan penting, antara lain:
 Ketua Konferensi: Mr. Ali Sastroamidjoyo
 Sekretaris Jenderal Konferensi : Ruslan Abdulgani
 Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin
 Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roseno.

2.2 Misi Garuda


A. Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan lembaga tertinggi yang mewadahi negara-
negara di dunia. PBB juga menjadi lembaga yang aktif dalam mengupayakan perdamaian dunia
dan aktif menyelesaikan konflik antar negara. Indonesia pernah mendapat bantuan dari PBB
pada masa revolusi. Pada saat itu, PBB membantu menyelesaikan konflik antara Indonesia-
Belanda. PBB juga membantu Indonesia dalam masalah Irian Barat.

Dengan dasar politik tersebut, Indonesia menunjukkan tekad untuk mengupayakan


perdamaian dunia. Melalui pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika hingga pembentukan Gerakan
Non-Blok, upaya tersebut semakin terlihat. Tindakan pemerintah Indonesia mendapat sambutan
positif Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sejak tahun 1950-an, pemerintah Indonesia mulai diberi
kepercayaan untuk turut serta dalam pasukan perdamaian Dewan Keamanan PBB. Pasukan
tersebut terdiri atas pasukan dari berbagai negara. Indonesia mengirim suatu pasukan yang
kemudian dinamakan Kontingen Garuda atau Konga.

B. Tujuan
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah
peran dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh
Indonesia adalah dalam rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan
internasional. Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda
(KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun 2015 Indonesia telah mengirimkan kontingen
Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke dua puluh enam (XXVI).

Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB memiliki
alasan yang kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi ikut melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial
dan kedua sesuai dengan politik Luar Ngeri Indonesia bebas aktif, diantaranya :
1) Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
2) Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3) Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia (Pembukaan UUD 1945)
4) Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
C. Peranan
Dalam hal ini Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke
luar negeri. Sampai tahun 2014 Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai
dengan kontingen Garuda yang ke duapuluh tiga (XXIII). Pengiriman Misi Garuda yang pertama
kali dilakukan pada bulan Januari 1957. Pengiriman Misi Garuda dilatarbelakangi adanya konflik
di Timur Tengah terkait masalah nasionalisasi Terusan Suez yang dilakukan oleh Presiden Mesir
Ghamal Abdul Nasser pada 26 Juli 1956. Sebagai akibatnya, pertikaian menjadi meluas dan
melibatkan negara-negara di luar kawasan tersebut yang berkepentingan dalam masalah Suez.

Pada bulan Oktober 1956, Inggris, Perancis dan Israel melancarkan serangan gabungan
terhadap Mesir. Situasi ini mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB turun
tangan dan mendesak pihak-pihak yang bersengketa untuk berunding. Dalam Sidang Umum
PBB Menteri Luar Kanada Lester B.Perason mengusulkan agar dibentuk suatu pasukan PBB
untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui Sidang dan pada tanggal 5
November 1956 Sekjen PBB membentuk sebuah komando PBB dengan nama United Nations
Emergency Forces (UNEF). Pada tanggal 8 November Indonesia menyatakan kesediannya untuk
turut serta menyumbangkan pasukan dalam UNEF.

Sebagai pelaksanaanya, pada 28 Desember 1956, dibentuk sebuah pasukan yang berkuatan
satu detasemen (550 orang) yang terdiri dari kesatuan-kesatuan Teritorium IV/Diponegoro dan
Teritorium V/Brawijaya. Kontingen Indonesia untuk UNEF yang diberinama Pasukan Garuda ini
diberangkatkan ke Timur Tengah pada bulan Januari 1957.Untuk kedua kalinya Indonesia
mengirimkan kontingen untuk diperbantukan kepada United Nations Operations for the Congo
(UNOC) sebanyak satu batalyon. Pengiriman pasukan ini terkait munculnya konflik di Kongo
(Zaire sekarang). Konflik ini muncul berhubungan dengan kemerdekaan Zaire pada bulan Juni
1960 dari Belgia yang justru memicu pecahnya perang saudara.

Untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih banyak, maka PBB membentuk Pasukan
Perdamaian untuk Kongo, UNOC. Pasukan kali ini di sebut “Garuda II” yang terdiri atas
Batalyon 330/Siliwangi, Detasemen Polisi Militer, dan Peleton KKO Angkatan Laut. Pasukan
Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10 September 1960 dan menyelesaikan tugasnya pada
bulan Mei 1961. Tugas pasukan Garuda II di Kongo kemudian digantikan oleh pasukan Garuda
III yang bertugas dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.

Peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia terus berlanjut, ketika meletus perang
saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Indonesia kembali diberikan kepercayaan
oleh PBB untuk mengirim pasukannya sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB. Untuk
menjaga stabilitas politik di kawasan Indocina yang terus bergolak akibat perang saudara
tersebut, PBB membentuk International Commission of Control and Supervission (ICCS)
sebagai hasil dari persetujuan internasional di Paris pada tahun 1973. Komisi ini terdiri atas
empat negara, yaitu Hongaria, Indonesia, Kanada dan Polandia. Tugas ICCS adalah mengawasi
pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai.
Pasukan perdamaian Indonesia yang dikirim ke Vietnam disebut sebagai Pasukan Garuda IV
yang berkekuatan 290 pasukan, bertugas di Vietnam dari bulan Januari 1973, untuk kemudian
diganti dengan Pasukan Garuda V, dan kemudian pasukan Garuda VII. Pada tahun 1975 Pasukan
Garuda VII ditarik dari Vietnam karena seluruh Vietnam jatuh ketangan Vietcong (Vietnam
Utara yang komunis).Pada tahun 1973, ketika pecah perang Arab-Israel ke 4, UNEF diaktifkan
lagi dengan kurang lebih 7000 anggota yang terdiri atas kesatuan-kesatuan Australia, Finlandia,
Swedia, Irlandia, Peru, Panama, Senegal, Ghana dan Indonesia.Kontingen Indonesia semula
berfungsi sebagai pasukan pengamanan dalam perundingan antara Mesir dan Israel. Tugas
pasukan Garuda VI berakhir 23 September 1974 untuk digantikan dengan Pasukan Garuda VIII
yang bertugas hingga tanggal 17 Februari 1975.
Sejak tahun 1975 hingga kini dapat dicatat peran Indonesia dalam memelihara perdamaian
dunia semakin berperan aktif, ditandai dengan didirikannya Indonesian Peace Security Centre
(IPSC/Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia) pada tahun 2012, yang didalamnya terdapat
unit yang mengelola kesiapan pasukan yang akan dikirim untuk menjaga perdamaian dunia.

2.3 Deklarasi Djuanda


A. Latar Belakang
1) Setiap pulau di Indonesia kala itu hanya memiliki luas laut sepanjang 3 Mil dihitung dari garis
pantai.
2) Luas laut yang sempit ini menjadikan setiap pulau di Indonesia terpisah oleh kawasan laut bebas.
3) Setiap pulau di Indonesia yang terpisah oleh kawasan laut bebas,menjadikan kawasan ini bebas
dilewati oleh pihak-pihak asing. Integrasi Nasional menjadi terancam dikarenakan pihak-pihak
asing bebas melakukan aktivitas pelayaran di antara pulau-pulau Indonesia.
4) Terbatasnya kebijakan Pemerintah Indonesia yang ingin direalisasikan terkendala dengan
sempitnya wilayah Indonesia.

B. Tujuan
1) Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2) Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan.
3) Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan
NKRI.
4) Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM Juanda pada tanggal
13 Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Deklarasi djuanda,
yang isinya :
a) Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik garis-garis pangkal
lurus yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.
b) Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis pangkal lurus termasuk
dasar laut dan tanah dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala kekayaan
didalamnya
c) Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.
d) Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago watwrs) dijamin tidak
merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.
C. Peranan
1) Menetapkan batas terluar ZEE Indonesia dalam suatu peta yang disertai koordinat dan titik-
titiknya : Menetapkan dalam persetujuan-persetujuan dengan negara tetangga tentang batas-
batas dan ZEE Indonesia yang mungkin tumpang tindih dengan ZEE negara tetangga.
2) Konsepsi yang berbeda dan masing-masing merupakan konsep yang sui generis.
3) Mengumumkan dan mendepositkan copy dan peta-peta atau daftar koordinat-koordinat tersebut
pada Sekjen PBB (Pasal 75).

2.4 GNB (Gerakan Non Blok)


A. Latar Belakang
1) Munculnya dua blok, yaitu Blok Barat di bawah Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah Uni
Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
2) Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga
berupaya meredakan ketegangan dunia.
3) Ditandatanganinya “Dokumen Brioni” tahun 1956 oleh Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia),
PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), bertujuan
mempersatukan negara-negara non blok.
4) Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-
besaran, sehingga mengkhawatirkan AS.
5) Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu:
a) Presiden Soekarno (Indonesia)
b) PM Jawaharlal Nehru (India)
c) Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
d) Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
e) Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)

B. Tujuan
1) Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh perjuangan melawan imperialisme,
kolonialisme, neokolonialisme, rasialisme, apartheid, zionisme.
2) Merupakan wadah perjuangan sosial politik negara-negara yang sedang berkembang.
3) Mengurangi ketegangan antara Blok Barat yang di pimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur
yang di pimpin oleh Uni Soviet.
4) Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dengan kekerasan senjata.

C. Peranan
1) Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno menjadi salah satu pemrakarsa
berdirinya Organisasi tersebut bersama dengan 4 kepala negara sahabat lainnya, yaitu Presiden
Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana menterii India Pandit Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir
Gamal Abdul Nasser, dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah.
2) GNB lahir sebagai suatu solusi atas beberapa kekisruhan yang terjadi di dunia internasional di
sera tahun 1950-an, dimana pada waktu itu telah terjadi perang dingin antara Amerika Serikat
dan uni Sovyet yang membawa dampak besar bagi beberapa negara, seperti Jerman, Vietnam,
serta semenanjung Korea.
3) Salah satu alasan terjadinya perang dingin diantara 2 negara adikuasa tersebut adalah untuk
memperebutkan negara-negara yang berada di kawasan Asia Timur serta Asia Tenggara seperti
Indonesia, Malaysia, thailand, serta negara-negara yang banyak menghasilkan energi dunia
seperti Qatar, Uni Emirat Arab, serta Kuwait.
4) Awal kelahiran Gerakan Non Blok adalah ketika terjadi Konferensi Asia afrika (KAA) di
Bandung pada tahun 1955 dimana kurang lebih 29 kepala negara di kawasan Asia dan Afrika
berkumpul guna melakukan identifikasi serta pendalaman berbagai masalah yang menimpa
dunia kala itu, serta mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi
kedua blok yang sedang bertikai tersebut.

2.5 ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)


A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya ASEAN karena adanya beberapa faktor. Adapun faktor faktor yang
melatarbelakangi beridirnya ASEAN adalah sebagai berikut:
1) Persamaan geografis.
2) Persamaan nasib yang pernah dijadikan negara jajahan dan kolinasasi.
3) Persamaan budaya.
4) Persamaan kepentingan di berbagai bidang.

B. Tujuan
1) Mempercepat kemajuan dan pertumbuhan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan
Asia Tenggara.
2) Meningkatkan kerjasama antar negara se-Asia tenggara dengan cara saling membantu demi
mencapai kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan
administrasi.
3) Meningkatkan stabilitas nasional agar tercipta perdamaian.
4) Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pelatihan, pendidikan serta penelitian di Asia
Tenggara.
5) Memelihara kerjasama ditengah tengah organisasi regional maupun organisasi internasional yang
ada.

C. Peranan
Sebagai salah satu pendiri ASEAN
1) Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya ASEAN. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana deklarasi
tersebut ditanda tangani oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN, Yaitu :
 Adam Malik dari Indonesia
 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand

2. Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN


Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun 2004),
Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya kepemimpinannya Indonesia mampu
menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

3. Sebagai Tuan Rumah KTT Asean


Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia
antara lain adalah :
 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali. Dalam KTT
tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat ASEAN yang berpusat di Jakarta
dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia yang bernama H.R.
Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali. Dalam KTT
tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community) yang
mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember 2011 di Bali.
Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan bebas senjata nuklir di Asia
tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ)

4. Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara


Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia Tenggara,
yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh negara anggota ASEAN
lainnya.
 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara Kamboja dan
Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara tersebut
menyepakati adanya perjanjian damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL) dengan pemerintah
Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut sepakat untuk melakukan perjanjian
damai yang dilakukan pada pertemuan di Indonesia.

2.6 OKI (Organisasi Kerjasama Islam)


A. Latar Belakang
Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI (Organisasi Konferensi
Islam):
1) Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2) Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang Arab-Israel pada
tahun 1967.
3) Isreal menduduki Yarussalem.
B. Tujuan
Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam) adalah sebagai
berikut:
1) Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2) Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3) Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4) Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5) Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.

C. Peranan
1) Indonsia memberikan andil penyelesaian sengketa antara pakistan dan bangladesh.
2) Indonesia turut menyelesaikan masalah muslim Moro di Filipina.
3) Indonesia membantu perjuangan rakyat Palestina.
4) Mendukung perjuangan OKI melenyapkan Rasial, Diskriminasi, dan Kolonialisme di dunia.
5) Sebagai pemrakarsa dibentuknya ''Tata informasi Baru Dunia Islam''.

2.7 JIM (Jakarta imformal Meeting)


A. Latar Belakang
Invasi (serbuan) yang terjadi kepada Kamboja yang dilakukan pada tahun 1978 segera
menarik perhatian dunia. Negara-negara Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat mengutuk
invasi Vietnam tersebut, sedangkan negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet
mendukung sikap Vietnam itu.

B. Tujuan
Untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang di kamboja dengan cara
mempertemukan mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya dibentuklah jakarta informal
meeting(JIM).artinya pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988.
Jakarta Informal Meeting (JIM) adalah upaya ASEAN yang bertujuan untuk menyelesaikan
konflik antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini berlangsung pada tanggal 4-6 Februari 2011,
yang menewaskan 8 orang dan mencederai beberapa orang.

Pertemuan ini digelar pada tanggal 22 Februari 2011 di Jakarta yang digelar Informal Foreign
Minister’s Meeting (Pertemuan Infromal Para Menteri Luar Negeri Negara Anggota ASEAN)
dengan agenda tunggal yaitu penyelesaian konflik antara Kamboja dan Thailand.

Dua masalah yang dianggap penting dalam penyelesaian masalah Kamboja yang ditemukan
pada pertemuan ini adalah sebagai berikut:
1) Penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja akan dilaksanakan dalam kaitannya dengan
penyelesaian politik menyeluruh. Vietnam mulai memberikan janji dan bersedia menarik
pasukannya dari Kamboja.
2) Munculnya upaya untuk mencegah kembalinya rezim Pol Pot, yang semasa berkuasa di
Kamboja telah melakukan pembantaian keji terhadap jutaan rakyat.

C. Peranan
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata mendapat
apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB menyetujui upaya
pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan membentuk United Nation Transitional
Authority in Cambodia (UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan Resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 745.

Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan mengirimkan pasukan


Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja. Bahkan
jumlah pasukan Kontingen Garuda Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil militer
ataupun polisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan dan kerjasama antar bangsa muncul karena tidak meratanya pembagian kekayaan
alam dan perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi saling ketergantungan antara
bangsa dan negara yang berbeda.Karena hubungan dan kerjasama ini terjadi terus menerus,
sangatlah penting untuk memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan
khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar bangsa di dunia. Politik
luar negeri adalah strategi yang digunakan suatu negara dalam hubungannya dengan negara-
negara lain. Maka politik luar negeri berhubungan erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh
suatu negara. Hal ini terkait dengan politik luar negeri yang diterapkan Indonesia. Kebijakan
politik luar negeri Indonesia bebas aktif tentunya merupakan strategi politik yang diterapkan
Indonesia dalam politik global. Agar prinsip bebas aktif ini dapat dioperasionalisasikan dalam
politik luar negeri Indonesia maka setiap periode pemerintahan hendaklah menetapkan landasan
operasional politik luar negeri Indonesia yang senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan
nasional.

Perumusan politik luar negeri suatu negara tak terlepas dari kepentingan nasional negara yang
bersangkutan. Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional suatu negara terancam, maka politik
luar negeri akan dikeluarkan sebagai salah satu upaya dalam mengamankan kepentingan ansional
negara yang bersangkutan. Sengketa internasional adalah suatu perselisihan antara subjek-subjek
hukum internasional mengenai fakta, hukum atau politik dimana tuntutan atau pernyataan satu
pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari oleh pihak lainnya.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini belum lengkap dan masih jauh dari pengharapan,
Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan literatur yang penulis miliki pada saat ini.
Penulis sangat mengharapkan kritikan terutama dari pembaca dan teman-teman. Adanya
kritikan yang membangun yang bisa melengkapi makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/konferensi-asia-afrika/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-kaa
https://pendidikanmu.com/2018/11/konferensi-asia-afrika-dan-peran-indonesia-terlengkap.html
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2016/02/sejarah-deklarasi-djuanda.html
https://www.zonareferensi.com/deklarasi-djuanda/
https://guruppkn.com/peran-indonesia-dalam-gerakan-non-blok
http://zettablogs.blogspot.com/2016/03/pengertian-latar-belakang-dan-tujuan-oki-organisasi-
konferensi-islam.html
https://gurusiaga.com/qa/apa-tujuan-jim-jakarta-informal-meeting/

Anda mungkin juga menyukai