Anda di halaman 1dari 3

LEGAL OPINION

No. Surat 001/CBE-A2/2021

Yth.
Richard Anugerah
Jalan Muara Wisesa No. 28 Jakarta Utara

Kasus

Richard Anugerah seorang pekerja di sebuah pabrik bernama PT Inti Makmur. Richard sudah
bekerja selama 20 tahun tanpa record yang buruk pada perusahaan. PT Inti Makmur terkena
dampak dari pandemi covid-19 yang melanda Indonesia, sehingga mengalami kerugian terus
menerus. Banyak karyawan yang mendapat surat pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa
kejelasan dan perusahaan tidak dapat dihubungi untuk konfirmasi. Pabrik pun tutup begitu saja
tanpa ada pemberitahuan lebih lanjut.

Duduk Perkara

PT. Inti Makmur mem-PHK karyawan-karyawannya (termasuk Richard) secara sepihak tanpa
memberikan kejelasan (surat PHK tidak diberikan secara langsung, namun diletakan di atas
meja masing-masing karyawan)dan menyebabkan keadaan menjadi ricuh dikarenakan
perusaahan tidak dapat dihubungi. Richard dan para pekerja lain mempertanyakan dan
menuntut hak-hak mereka yang belum dipenuhi oleh PT. Inti Makmur.

Dalam Undang-Undang ketenagakerjaan, perusahaan tidak boleh melakukan pemutusan


hubungan secara sepihak bila pekerja/buruh mematuhi kewajiban yang ditetapkan perjanjian
kerja, perjanjian perburuhan dan peraturan perusahaan.

Dasar Hukum

Terkait dengan duduk perkara di atas, kami mencatat sejumlah peraturan di dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pendapat Hukum

Tindakan yang dilakukan oleh PT. Inti Makmur melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Perlindungan hukum bagi pekerja perusahaan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)
secara sepihak adalah, bahwa PHK terhadap pekerja yang bersangkutan dinyatakan batal demi
hukum karena berdasarkan pasal 151 ayat (3) UU Ketenagakerjaan, apabila pengusaha hendak
melakukan PHK terhadap pekerjanya, harus terlebih dahulu memperoleh penetapan dari
Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. PT. Inti Makmur tidak melaksanakan
sesuai apa yang terdapat dalam pasal tersebut.
Pasal 148 ayat (1) Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh
dan/atau serikat pekerja/serikat buruh, serta instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan setempat sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum penutupan
perusahaan (lock out) dilaksanakan. Hal ini dilanggar oleh PT. Inti Makmur, pabrik ditutup
secara tiba-tiba tanpa adanya pemberitahuan secara tertulis ataupun secara lisan kepada para
pekerja.

Masa pandemi covid-19 menyebabkan banyak perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan
kewajibannya, walaupun pekerja/buruh tidak melanggar perjanjian kerja, tapi karena alasan
Overmacht atau keadaan memaksa terjadinya Covid-19 tidak dapat diprediksi akan terjadi pada
saat membuat perjanjian.

Dengan adanya pemutusan hubungan kerja(PHK) sepihak yang dilakukan oleh perusahaan,
maka terjadilah wanprestasi dari perjanjian kerja yang disebabkan perusahaan tidak mampu
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja.
Dengan terjadinya wanprestasi dari perjanjian kerja karena Covid-19 menimbulkan kewajiban
bagi perusahaan terhadap pekerja. Kewajiban dari majikan merupakan hutang yang harus
dibayar oleh majikan kepada pekerja yang menepatkan posisi perusahaan sebagai debitur atau
sebagai pihak yang harus melaksanakan prestasi, sedangkan posisi pekerja adalah sebagai
kreditur sebagai pihak yang berhak atas prestasi.

Hak pekerja yang di PHK menurut Undang-Undang Ketenagakeraan Pasal 156 ayat (1) Dalam hal
terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.

Namun apabila perusahaan tidak mampu memberikan uang pesangon yang diatur dalam
peraturan perundangan –undangan untuk menempuh cara penyelesaian secara mediasi atau
perdamaian yang saling menguntungkan dengan mengadakan pertemuan dengan pihak
pekerja/buruh. Dalam penyelesaian secara mediasi/perdamaian pihak pekerja/ buruh dapat
diwakili oleh serikat pekerja/ serikat buruh.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemutusan hubungan


kerja oleh pihak pengusaha diatur pada Pasal 158, Pasal 163-165. Pemutusan hubungan kerja
oleh majikan dapat dilakukan dengan beberapa alasan sebagai berikut: (1) pekerja/buruh telah
melakukan kesalahan berat, (2) terjadinya perubahan status, penggabungan, peleburuan dan
perubahan kepemilikan perusahaan dan pekerja atau buruh tidak bersedia melanjutkan
pekerjaan, (3) perusahaan tutup karena perusahaan mengalami kerugian terus menerus selama
2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), perusahaan melakukan efisiensi,
perusahaan pailit, pekerja/ buruh memasuki usia pensiun. Pekerja/ buruh yang dilakukan
pemutusan hubungan kerja berhak untuk mendapatkan uang pesangon.
Kesimpulan

Kami menyimpulkan bahwa dalam hal ini PT. Inti Makmur, pemutusan hubungan kerja
dibolehkan dengan alasan wabah Covid-19 perusahaan tidak lagi mampu melaksanakan
kewajibannya terhadap pekerja/buruh, namun PT. Inti Makmur tetap memberikan apa yang
merupakan hak-hak dari pekerja, yaitu uang pesangon dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima dan kejelasan dari pihak perusahaan sebagai perusahaan yang mem-PHK
pekerjanya.

Anda mungkin juga menyukai