XII MIPA 2
A.ASEAN
ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations merupakan organisasi regional di kawasan Asia
Tenggara. ASEAN berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok Thailand.
.Memelihara perdamaian dan stabilitas dengan menjunjung tinggi hukum dan hubungan antara negara-
negara di Asia Tenggara
.Meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,
teknologi dan administrasi
.Saling memberikan bantuan dalam bidang fasilitas latihan dan penelitian pada bidang pendidikan,
kejuruan, teknik dan administrasi
.Bekerja sama lebih efektif untuk mencapai daya guna lebih besar dalam bidang pertanian, industri, dan
perkembangan perdagangan termasuk studi dalam hal perdagangan komoditas internasional, perbaikan
pengangkutan dan fasilitas komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat
.Memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat dengan berbagai organisasi internasional dan
regional lain yang mempunyai tujuan sama serta mencari kesempatan untuk menggerakkan kerja sama
dengan mereka
ASEAN didirikan karena adanya keinginan kuat dari para pendiri. Untuk menciptakan kawasan Asia
Tenggara yang damai, aman, stabil, sejahtera. Hal tersebut dipicu oleh situasi pada era 60-an yang
rawan konflik yakni perebutan pengaruh ideologi negara-negara besar juga konflik antarnegara.
Indonesia merupakan salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok, bersama dengan empat wakil lainnya dari Negara Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.
Prinsip Kerja Sama ASEAN
Setiap anggota ASEAN dalam melakukan kerja sama memiliki prinsip-prinsip yang harus dipegang.
Berikut ini prinsip-prinsip kerja sama ASEAN:
Setiap anggota ASEAN tidak boleh ikut campur urusan dalam negeri dari anggota ASEAN lainnya.
Setiap kerja sama ASEAN harus diwujudkan secara berguna, efektif, efisien, dan rasional.
Saling menghormati kedaulatan, kesetaraan, kemerdekaan, dan integritas dari setiap negara anggota.
Apabila ada permasalahan antar anggota, harus diselesaikan tanpa menggunakan senjata yang bisa
menimbulkan konflik dan peperangan.
B.KAA(KONVERENSI ASIA-AFRIKA)
Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945 seharusnya membawa perdamaian dunia, namun
kenyataannya, di Asia Afrika, masih terdapat konflik dan masalah baru. Wilayah ini menjadi panggung
bagi permusuhan terbuka, terutama di Korea, Indo Cina, Palestina, dan Afrika Selatan. Situasi ini dipicu
oleh munculnya dua blok kekuatan yang bertentangan, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet.
Masalah-masalah lain yang melibatkan penjajahan dan ketegangan politik global juga turut meramaikan
panggung internasional. Meskipun banyak negara di Asia Afrika telah merdeka, beberapa masih
menghadapi sisa-sisa penjajahan, seperti Indonesia dengan Irian Barat, India dan Pakistan dengan
Kashmir, serta konflik di Timur Tengah terkait Palestina.
Selain itu, kekhawatiran meningkat terkait pembuatan senjata nuklir yang dapat mengancam keamanan
global. Di dalam negeri, beberapa negara Asia Afrika juga mengalami konflik antar kelompok masyarakat
yang dipicu oleh masa penjajahan dan gejolak politik akibat perang dingin antara Blok Barat dan Blok
Timur.
Meskipun Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) telah ada sebagai badan internasional yang ditujukan
untuk menangani masalah-masalah dunia, kenyataannya, PBB belum sepenuhnya berhasil
menyelesaikan persoalan-persoalan kompleks di Asia Afrika. Situasi ini membuat bangsa-bangsa di
kawasan tersebut merasa perlunya langkah konkret dan kolaboratif untuk mengatasi tantangan yang
dihadapi.
Hal inilah yang menjadi latar belakang munculnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
Kesadaran akan persamaan nasib, sejarah, dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa-bangsa di Asia
Afrika menjadi pemicu untuk bersatu dan mencari solusi bersama
Sebelum terwujudnya Konferensi Asia Afrika, terlebih dahulu diadakan Konferensi Colombo pada bulan
April-Mei 1954 dan Konferensi Bogor pada bulan Desember 1954. Konferensi Colombo dihadiri oleh
wakil lima negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Birma, dan Sri Lanka. Konferensi Bogor merupakan
kelanjutan dari Konferensi Colombo.
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada tanggal 18-25 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung.
Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara, termasuk 5 negara sponsor yaitu Indonesia, Filipina, Thailand,
India, dan Pakistan.
Negara-negara peserta lainnya antara lain Saudi Arabia, Turki, Birma, Republik Rakyat Cina, Vietnam
Utara, Mesir, Vietnam Selatan, Sri Lanka, Ethiopia, Yaman, Afganistan, Ghana, Kamboja, Iran, Laos, Irak,
Libanon, Jepang, Liberia, Yordania, Libya, Sudan, Nepal, dan Syiria.
Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Meninjau masalah-masalah hubungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dalam hubungannya dengan
negara-negara peserta.
OKI atau Organisation of Islamic Cooperation yang dulunya dikenal sebagai Organisasi Konferensi Islam
merupakan organisasi kedua terbesar setelah PBB. Tercatat, OKI lahir pada 12 Rajab 1389 Hijriah atau 25
September 1969 M.sejak Maret 2003, anggota OKI telah terdiri atas 57 negara Islam atau memiliki
penduduk mayoritas Islam
Latar belakang berdirinya OKI, yaitu pada 21 Agustus 1969 terjadi peristiwa pembakaran Masjid Al-Aqsa
oleh pengikut fanatik Yahudi yang telah mendapatkan dukungan dari Israel. Karena peristiwa tersebut,
pemimpin dunia Islam melakukan pertemuan yang menghasilkan terbentuknya Organisasi Konferensi
Islam (OKI). Namun, tepatnya pada 28 Juni 2011, nama tersebut diganti menjadi Organisasi Kerja Sama
Islam. Melansir situs resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, pertemuan para pemimpin
dunia Islam tersebut dilakukan di Rabat, Maroko dan menyepakati Deklarasi RabatDeklarasi ini
menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan Piagam PBB dan hak asasi manusia. Mengutip
buku “Pasti Bisa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII” terbitan Penerbit Duta, hasil keputusan
perkumpulan tersebut berisikan :
d. Mendirikan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab Saudi pada Maret 1970
Setelah mengetahui latar belakang berdirinya OKI, selanjutnya kita ulas bersama tujuan dari organisasi
ini, di antaranya :
1. Meningkatkan solidaritas Islam di antara negara-negara anggota
6. Memperkokoh perjuangan umat Islam untuk menjaga kehormatan, kemerdekaan dan hak-hak
nasinalnya
7. Menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk memajukan kerja sama dan saling pengertian di
antara negara-negara anggota
D.PASUKAN GARUDA
Latar Belakang Misi Garuda untuk Perdamaian DuniaMisi Garuda merupakan salah satu gerakan
sekaligus bentuk komitmen Indonesia yang terlibat dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia, yang
digelar oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dikutip dari situs Pusmendik Kemdikbud, pembentukan Pasukan Garuda sendiri dilatarbelakangi oleh
munculnya konflik di Timur Tengah pada 26 Juli 1956. Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel meluncurkan
serangan gabungan kepada Mesir.Karena Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan
NKRI, Indonesia pun mengambil momentum tersebut ssebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada
negara-negara liga Arab.
Mesir yang saat itu mengalami konflik militer dalam skala besar pun langsung dibantu oleh Indonesia,
melalui diplomasi PBB. Indonesia mendukung organisasi dunia tersebut untuk mengirim pasukan
perdamaian demi membantu meredakan krisis Mesir.
Akhrinya, Kontigen Garuda I yang berisikan Tentara Nasional Indonesia dan Polri pun langsung dikirim ke
Mesir pada 8 Januari 1967. Hal inilah yang menjadi tonggak awal Indonesia dalam menjaga perdamaian
dunia bersama PBB.
Kontingen Garuda VI, dikirim ke Timur Tengah pada 1973 Kontingen Garuda VII, dikirim ke Vietnam pada
1974
Kontingen Garuda VIII, dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah pasca-Perang Yom
Kippur antara Mesir dan Israel
Kontingen Garuda IX, dikirim ke Iran dan Irak pada 1988 Kontingen Garuda X, dikirim ke Namibia pada
1989
Gerakan Non-Blok atau GNB adalah organisasi internasional yang terdiri lebih dari 100 negara-negara
yang menganggap dirinya tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun. Dalam hal ini, Indonesia
merupakan salah satu negara yang menginisiasi berdirinya GNB bersama beberapa negara-negara lain.
Gerakan Non-Blok lahir pasca Perang Dunia ke-2. Saat itu, berbagai ekosistem dan sektor-sektor penting
hancur dan antar negara terpecah menjadi dua blok besar.
Kedua blok ini dipimpin oleh negara pemenang Perang Dunia ke-2 yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Mereka berambisi melebarkan pengaruhnya ke negara-negara lain di dunia.
Blok tersebut dikenal dengan Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan paham liberalisme-
demokrasi dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan ideologi sosialisme-komunisme.
Ada 8 negara yang ikut dalam Blok Barat, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia,
Luxemburg, Norwegia, dan Kanada. Sedangkan Blok Timur terdiri Uni Soviet, Cekoslovakia, Rumania, dan
Jerman Timur.Atas dasar ini, ada beberapa negara yang tidak ingin berpihak kepada Blok Barat dan Blok
Timur. Bersikukuh untuk tetap netral, negara-negara ini mendirikan Gerakan Non-Blok (GNB) yang
memiliki sikap geopolitik yang putih, netral, dan tidak memihak kepada kedua blok tersebut.
Gerakan Non-Blok akhirnya resmi ditetapkan pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd,
Yugoslavia pada 1-6 September 1961.
Menurut situs resmi Kementerian Luar Negeri, tujuan utama GNB awalnya sebagai upaya dukungan bagi
hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional negara-
negara anggota.
Selain itu terdapat juga tujuan GNB yang lain, yaitu:
5.Perlucutan senjata
6.Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai
Ada lima negara pendiri Gerakan Non-Blok yang diwakili oleh para pemimpin negara, yaitu:
Negara yang menjadi inisiator ini juga menerapkan prinsip fundamental dalam organisasi Gerakan Non-
Blok, yaitu:
Menjaga perdamaian
Kamboja dan Vietnam adalah negara tetangga yang telah lama berselisih. Puncak konflik keduanya
terjadi saat Vietnam menginvasi Kamboja dan menggulingkan pemerintahannya.
Dilansir dari The Diplomat, pada 7 Januari 1979 tentara Vietnam menyerang Phnom Penh dan
menggulingkan pemerintahan Khmer merah.
Tujuan JIM
Perang Kamboja dan Vietnam merupakan perang besar yang diperkirakan menelah dua juta jiwa.Konflik
ini memicu Indonesia untuk turun tangan melakukan shuttle dioplomacy yaitu Indonesia sebagai
perantara akan menemui kedua belah pihak yang berselisih untuk mengusahakan perdamaian.
Shuttle diplomacy ini membuahkan hasil di mana Vietnam dan Kamboja bersedia duduk berhadapan
dalam suatu perundingan yang dinamakan Jakarta informal meeting (JIM). JIM bertujuan untuk
mengakhiri konflik bersenjata atau perang anatara Vietnam dan Kamboja.
Penyelenggaraan
Jakarta informal meeting dilakukan sebanyak dua kali, JIM I pada Juli 1987 dan JIM II pada febuari 1889
di Jakarta.
JIM I mempertemukan kedua negara yang berselisih untuk pertama kali dan membuahkan hasil
gencatan senjata yaitu Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan diturunkannya PBB ke
perbatasan Kamboja. JIM II kemudian dilakukan untuk menindaklanjuti hasil dari JIM I.
Perundingan yang panjang ini berakhir damai dengan tercapainya perjanjian Paris (Paris Peace
Agreement) pada 23 Oktober 1991 yang ditandatangani oleh 19 negara.
Dilansir dari Asia Sentinel, perjanjian Paris berakhir dengan Vietnam yang menarik diri sepenuhnya
tanpa syarat dari Kamboja.
Semua tawanan perang dilepaskan, seluruh pasukan militer ditarik dari Kamboja. Pengaturan
kedaulatan, territorial, penyelesaian politik konflik, serta rekonstruksi dikembalikan ke Kamboja.
Hal ini mengakhiri perang saudara antar Vietnam dan Kamboja yang telah berlangsung lama. Sehingga
tanggal 23 dijadikan hari libur nasional di Kamboja.
Dilansir dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Indonesia turut serta dalam transisi
pemerintahan Kamboja dengan mengirimkan 3.957 personil militer ke Kamboja.