Disusun Oleh :
Annisa Amelia
Ella Saradina
Dini Aminarti
Melly Puspita Sari
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH Swt. Yang telah
melimpahkan kepada umatnya, atas ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw, yang mengantarkan kita dari jaman jahiliah menuju zaman ilmiah seperti
sekarang ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang
bersifat membangun dan mendidik demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pada umumnya dan penulis khususnya, Amin…
penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula
situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia Afrika,
masih ada masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina,
Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang
bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok
Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap
blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka.
Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang
terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut
dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi
kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada
umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka
bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka
dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka
seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan
di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih
banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian
Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina.
Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki
secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang
dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa
memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang
telah merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa
penjajahan (politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan
ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat
yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa
di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika.
("Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin
pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi
sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa
persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan
memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat
manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian.
Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir
kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!")
Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian, mempesona, dan
mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul Perdana Menteri India yang
didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan
terimakasih kepada Presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri pidatonya, dan
selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan. Perdana Menteri Indonesia,
sebagai pimpinan sidang sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua
Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh
pimpinan delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta
karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi Perdana Menteri
Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama
Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.
Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang selanjutnya
dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para
pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai (16
dan 17 April 1955). Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang
bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang
perlu. Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi
ditempuh dengan sesederhana mungkin.
Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan mufakat
(sistem konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan
delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang
konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi
peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan
Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang
dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Politik Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia