Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat ALLAH Swt. Yang


telah melimpahkan kepada umatnya, atas ridhonya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw, yang
mengantarkan kita dari jaman jahiliah menuju jaman ilmiah seperti
sekarang ini.

Tujuan penulisan makalah ini tidak lepas dari kerjasama dengan


beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu

          Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan


kritiknya yang bersifat membangun dan mendidik demi kesempurnaan
karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan pada umumnya dan penulis khususnya, Amin…

Gringsing, 25 Desember 2020


Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….……..………… 1

DAFTAR ISI ……………….............……………………………….……..………… 2

PENDAHULUAN...................................................................................3

A.     Latar Belakang........................................................................3

B.     Metode penulisan....................................................................3

C.     Tujuan Penulisan.....................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................4

A.     Konferensi Asia Afrika.............................................................4

B.     Lahirnya Ide Konferensi..........................................................4

C.     Usaha-usaha Persiapan Konferensi........................................5

D.    Tujuan Konferensi....................................................................6

E.     Peserta dan waktu Konferensi................................................7

F.    Struktur Organisasi Panitia Pelaksana......................................7

PENUTUP........................................................................................111

KESIMPULAN................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..………… 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti


berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan
tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia,
terutama di belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul
masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung,
bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina,
Palestina, Afrika Selatan, AfrikaUtara.

Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua


blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan,
yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat
dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Tiap-tiap blok berusaha menarik
negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini
mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana
permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan
pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan
"perang dingin".

B.     Metode penulisan

Metode penulisan dalam makalah ini, menggunakan metode pencarian


informasi dari berbagai media seperti buku dan internet.

C.     Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang


Tujuan Utama Dari Konferensi Asia Afrika

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.     Konferensi Asia Afrika

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau


KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah
sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang
kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan
oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka
(dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar
Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24
April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasamaekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan
melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet,
atau negara imperialis lainnya.Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih
dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya.
Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan
dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia
pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan
antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat; keinginan mereka
untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara
Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap
kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan
kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk
mempromosikan hak mereka dalam pertentangan
dengan Belanda mengenai Irian Barat.

B.     Lahirnya Ide Konferensi

4
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang
disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan
parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam
golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar,
karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut
tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia
yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah
sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional
arrangements). Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang
mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di
lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama (commonground)
untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk
mempererat kerja samadi antara Negara-negara afrika. Pada awal tahun
1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang
para Perdana Menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan
maksud mengadakan suatu pertemuan infor¬mal di negaranya.
Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah
negara yang diundang. Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi
Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei
1954. Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi
kepentingan bersama.

C.     Usaha-usaha Persiapan Konferensi

Di atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo menugaskan


Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi
Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia
melakukan pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18 negara Asia
Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-
negara tersebut terhadap ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam

5
pendekatan tersebut dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah
untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika
pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan
mempromosikan Indonesia sebagai tempat konferensi. Ternyata pada
umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik ide tersebut
dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal
waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.

Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru


dari India, melalui suratnya, mengingatkan Perdana Menteri Indonesia
tentang perkembangan situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat,
sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih
disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan.
Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25
September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan
konferensi semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama
pada akhir kunjungan Perdana Menteri Indonesia
"The prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of
representatives of Asian and African countries and were agreed that a
conference of this kind was desirable and world be helpful in promoting
the cause of peace and a common approach to these problems. It should
be held at an early date". ("Para Perdana Menteri telah membicarakan
usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili negara-
negara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat
diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus
pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya
konferensi ini diadakan selekas mungkin").

Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U Nu


pada tanggal 28 September 1954.

Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas


kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai

6
dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan
konferensi itu.

Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri


peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan
Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29
Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara.
Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika.

Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa


Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan
kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara
sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh
Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.

D.    Tujuan Konferensi

Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok Konferensi


Asia Afrika, yaitu

1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama


antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta
memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti
maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan
persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik.
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di
lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili.
3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan
khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang
mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah
rasialisme dan kolonialisme.
4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya
di dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka
berikan guna memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.

E.     Peserta dan waktu Konferensi

7
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara,
yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat
Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak,
Jepang, Yordania, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi
Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai), Turki, Republik Demokrasi
Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam Selatan, dan Yaman. Waktu
konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.

F.    Struktur Organisasi Panitia Pelaksana

Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, Indonesia


membentuk sekretariat konferensi yang diwakili oleh negara-negara
penyelenggara.

Guna mewujudkan keputusan-keputusan Konferensi Bogor, segera


dibentuk Sekretariat Bersama (Joint Secretariat) oleh lima negara
penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian
Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga menjadi ketua badan itu, dan 4
(empat) negara lainnya diwakili oleh Kepala¬kepala Perwakilan mereka
masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M. Saravanamuttu
dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri Khaliquzzaman dari
Pakistan. Di dalam Sekretariat Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang
staf yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua) orang
dari Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat)
orang dari Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4
(empat) komite terdiri atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial,
Komite Kebudayaan. Selain itu, ada pula panitia yang menangani
bidang¬bidang : keuangan, perlengkapan, dan pers.

Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955


membentuk Panitia Interdepartemental (Interdepartemental Committee)
yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal SekretariatBersama dengan
anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen
guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di Bandung, tempat
diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local Committee)
pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,

8
Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan
melayani soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport,
kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan
lain-lain.

Pelaksanaan Konferensi

Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak
kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi
Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika
dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos, penuh sesak
oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari
berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang terdiri dari
tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga
keamanan dan ketertiban.

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara


berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung
Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi
Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-
masing yang beraneka corak dan wama. Mereka disambut hangat oleh
rakyat yang berderet disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan
dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel
Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama Langkah
Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua
delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.

Tak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden


Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, tiba di depan
Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik
"merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pucuk
pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima Perdana Menteri
negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia :
"Indonesia Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno mengucapkan pidato
pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA AND NEW AFRICA BE BORN"
(Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul 10.20 WIB. 

9
Pidato Presiden RI Ir. Soekarno berhasil menarik perhatian,
mempesona, dan mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul
Perdana Menteri India yang didukung oleh semua peserta konferensi
untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada Presiden atas
pidato pembukaannya.

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri


pidatonya, dan selanjutnya bersama rombongan meninggalkan ruangan.
Perdana Menteri Indonesia, sebagai pimpinan sidang sementara,
membuka sidang kembali. Atas usul Ketua Delegasi Mesir (Perdana
Menteri Gamal Abdel Nasser) yang kemudian disetujui oleh pimpinan
delegasi-delegasi : Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta
karena tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi
Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu,
Ketua Sekretariat Bersama Konferensi, Roeslan Abdulgani dipilih sebagai
Sekretaris Jenderal Konferensi.

Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara sidang


selanjutnya dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih
dahulu di antara para pimpinan delegasi negara sponsor dan negara
peserta sebelum konferensi dimulai (16 dan 17 April 1955). Pertemuan
tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan
prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu.
Beberapa kesepakatan itu antara lain bahwa prosedur dan acara
konferensi ditempuh dengan sesederhana mungkin.

Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah


dan mufakat (sistem konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak
diadakan pidato sambutan delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan
dipilih sebagai ketua konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang
terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi.
Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite
Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh
sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi    : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia

10
Ketua Komite Politik    Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi    : Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia

Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa


Konferensi Asia Afrika telah meninjau soal-soal mengenai kepentingan
bersama negara-negara Asia dan Afrika dan telah merundingkan cara-
cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat bekerja sama dengan
lebih erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang paling
mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa
Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar
dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh
prinsip itu ialah :

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas


yang termuat dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-
bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan
    semua bangsa-bangsa besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal soal dalam
negeri negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri
secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. a. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negara-
negara besar.
    b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan
politik sesuatu negara.

11
8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan
jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau
penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan
pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

12
BAB III

PENUTUP

Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi


Asia Afrika menganjurkan supaya kelima negara penyelenggara
mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari
konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara peserta lainnya.
Tetapi usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu
mengalami hambatan yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir
terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah (Aljazair) terjadi
pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu tidak jadi.

Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang


persatuan dan kerja sama di antara negara-negara Asia dan Afrika, baik
dalam menghadapi masalah internasional maupun masalah regional.
Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali
diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam
Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa
Asia Afrika.

Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah


kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada
masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka,
sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di benua Asia dan
Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan
Afrika.

KESIMPULAN

Dari uraian makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama


konferense tersebut ialah untuk membicarakan kepentingan bersama
bangsa-bangsa Asia afrika pada saat itu, mendorong terciptanya

13
perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat
konferensi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bandung.eu/2011/11/sejarah-konferensi-asia-
afrika.html#ixzz2LnngbSK7

Panduan Museum Konperensi Asia Afrika, Departemen Luar Negeri RI


Direktorat Jenderal Informasi, Diplomasi Publik, Dan Perjanjian
Internasional Museum Konperensi Asia Afrika, 2004

14

Anda mungkin juga menyukai