Oleh:
1. Edo Raditya Cahya Permana (03/XI MIPA 4)
2. Ida Bagus Gede Brahmantra Yoga (18/XI MIPA 4)
3. Ni Kadek Dina Pratiwi (21/XI MIPA 4)
4. Ni Kadek Satya Dewi (24/XI MIPA 4)
5. Ni Made Ayu Cahya Ananta Putri (25/XI MIPA 4)
6. Ni Made Gita Dwi Pramestayani (27/XI MIPA 4)
7. Ni Putu Erika Amelia Sari (29/XI MIPA 4)
8. Rai Dwi Ulandari (37/XI MIPA 4)
KAA merupakan singkat dari Konferensi Asia Afrika. KAA adalah sebuah konferensi
tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika. Indonesia menjadi tuan
rumah Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955, yang diadakan di Gedung Merdeka,
Bandung, Jawa Barat. Itulah mengapa, konferensi ini juga dikenal sebagai Konferensi
Bandung.
A. SEJARAH KONFERENSI ASIA AFRIKA (KAA)
Konferensi Asia – Afrika yang didahului dengan persidangan Bogor pada tanggal
28 – 29 Desember 1954. Sidang ini digelar di Bogor yang didahului sebagai konferensi
Asia – Afrika dan konferensi Kolombo. Sebelum persidangan Bogor, pada 23 Agustus
1953, Ali Sastroamijoyo selaku perdana menteri dari Indonesia mengemukakan
pentingnya kerja sama antara beberapa negara di Asia dan Afrika bagi perdamaian
dunia. Konferensi Asia Afrika adalah cerminan dari keprihatinan mereka tentang
kolonialisme barat antara Amerika dan Cina. Selain itu, ada perang dingin dan konflik
Rusia yang dapat mempengaruhi beberapa keputusan penting di negara Asia itu.
Konferensi Asia Afrika juga membahas kebebasan Aljazair dari Prancis, Irian
barat dari Belanda, dan rekonsiliasi antara Cina dan Amerika. Konferensi ini dibangun
untuk membuat daerah Asia lebih kuat dari sebelumnya. Pada Desember 1954,
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengukuhkan Irian Barat yang sudah ditempatkan di
majelis untuk Indonesia pada tahun 1955 berikutnya. Pada saat yang sama, deklarasi
tentang Konferensi Asia Afrika juga keluar sebagai sejarah singkat Bandung Indonesia.