Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KONFERENSI ASIA AFRIKA”

Kelompok 1
Kelas XII-IPS-2

Disusun Oleh:
Riyandi N
Gigim
Firmansyah
Nurhadli
Sinta Nuraeni

MADRASAH ALIYAH AL-ASHDARIYAH


PAKENJENG
GARUT
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakng

Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaiandan keamanan. Ternyata di
beberapa pelosok dunia, terutama dibelahan bumi AsiaAfrika,masih ada masalah dan muncul
masalah baru yang mengakibatkan masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung,bahkan padatingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina,
AfrikaSelatan, Afrika Utara.Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua
blok kekuatan yang bertentangan secara ideology maupun kepentingan,yaitu Blok Barat dan
Blok Timur.Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni
Soviet. Tiap-tiap Blok berusaha menarik negara-negara Asiadan afrika agar menjadi pendukung
mereka. Hal ini mengakibatnkan tetaphidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan
yang terselubung diantaradua Blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal
dengannama Perang Dingin.Timbulnya pergolakan didunia disebabkan pula masih adanya
penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945,
pada umumnya dunia Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Baratdalam aneka
bentuk. Tetapi sejak tahun 1945, banyak di daerah Asia Afrikamenjadi negara merdeka dan
banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaannegara dan bangsa mereka seperti Aljazair,
Tunisia, dan Maroko di wilayahAfrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika.
Beberapa negaraAsia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah-
masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistanterpaksa
mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukanIsrael yang di Bantu
oleh amerika Serikat.Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia
Afrika,sedang dilanda kekhawatiran akibat makin dikembangkannya senjata nuklir yang bisa
memusnahkan umat manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa Asia Afrikayang telah merdeka
pun masih terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagaiakibat masa penjajahan (politik
divide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.Walaupun pada masa itu telah ada
badan internasional yaitu PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah-
masalah dunia, namunnyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.
Sedangakankenyataannya, akibtan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagian besar
diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangilahirnya
gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konferensi Asia Afrika?
2. Latar belakang pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
3. Negara-Negara yang mendukung Konferensi Asia Afrika
4. Kelanjutan semangat Bandung setelah terbentuknya Konferesi Asia Afrika
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Konferensi Asia Afrika
2. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Konferensi Asia Afrika
3. Untuk mengetahui Negara-Negara yang endukung Konferensi Asia Afrika
4. Untuk mengetahui kelanjutan semangat bandung setelah terbentuknya KAA
5. Untuk memenuhi tugas mata perkuliahan HI DI ASIA TENGGARA
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konferensi Asia Afrika

Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga
disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika,
yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia,
Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh
Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April
1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama
ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika
Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu
mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai
ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang
keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka
mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka
untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan
pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika
Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk
mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung,
yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia".
Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip
Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

B. Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsaIndonesia tidak memihak
pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsaIndonesia berhak bersahabat dengan negara
mana pun asal tanpa ada unsur ikatantertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia
mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa
Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia.

Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II
berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikatmemelopori berdirinya Blok Barat atau Blok
kapitalis (liberal), sedangkan UniSoviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis
(komunis).Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaiandunia,
pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan KonferensiAsia Afrika. Usaha ini
mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika.Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu
menimbulkan rasa setia kawan.

Setelah Perang Dunia II berahir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai
kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan,Burma (Myanmar), Sri
Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan
Asia dan Afrika belum dapat mencapaikemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang
telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan
sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang
belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika.Sebagai cetusan
rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaiandunia, pelaksanaan Konferensi
Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada
khususnya maupun dunia pada umumnya.Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika
dikemukakan pertamakali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamidjojo yang kemudian
mendapatdukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar)
dalamKonferensi Colombo.

1. Konferensi pendahuluan sebelum Konferensi Asia Afrika

Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakankonferensi pendahuluan


sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut,antara lain sebagai berikut:

a. Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)


Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kotanegara Sri Lanka
pada tanggal 28 April - 2 Mei 1954. Konferensi dihadiri olehlima orang perdana menteri dari
Negara diantaranya Perdana Menteri Pakistan: Muhammad Ali Jinnah, Perdana Menteri
SriLanka: Sir John Kotelawala, Perdana Menteri Burma (Myanmar): U Nu, Perdana Menteri
Indonesia: Ali Sastroamijoyo, Perdana Menteri India: Jawaharlal Nehru.

Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi


Konferensi di Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secaraaklamasi memutuskan akan
mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai
penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian
dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor.
Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.

b. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)

Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22-29 Desember
1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri Negara-Negara peserta Konferensi
Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal diantaranya Konferensi Asia Afrika akan
diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955, Penetapan tujuan KAA dan
menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika, Hal-hal
yang akandibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika, Pemberian dukungan terhadap tuntutan
Indonesia mengenai Irian Barat.

c. Pelaksanaan Dan Hasil Dari Konferensi Asia Afrika

Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24
April 1955. Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas
negara pengundang dan negara yang diundang. Negara pengundang meliputi: Indonesia, India,
Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar). Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6
negara Afrika dan 18 negarameliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang,
VietnamUtara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria(Suriah),
Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia,Liberia, Libia, dan Pantai
Emas/Gold Coast). Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika
adalahRhodesia/Federasi Afrika Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi AfrikaTengah
masih dilanda pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris.Semua persidangan
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.

Latar belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut:

1. Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan AsiaAfrika


2. Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan
penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand
3. Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elitenasional/terpelajar
dan intelektual
4. Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur
5. Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya
6. Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu samalain.

Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:

1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidangsosial, ekonomi,
dan kebudayaan
2. Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme
3. Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut sertamengusahakan
perdamaian dunia dan kerja sama internasional
4. Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya
5. Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti
kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.

Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama Negara-
negara di Asia dan Afrika, terutama kerjasama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah
kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerjasama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia
dan Afrikadilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi
berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas perdagangan dan
pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebutditegaskan juga pentingnya masalah
perhubungan antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi.
Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk
memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum
dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi
warna kulit di beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan
diskriminasiwarna kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa
kolonialisme dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan kemerdekaan harus
dibantu sampai berhasil.

Demi perdamaian dunia, konferensimendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar
percobaan senjatanuklir dihentikan dan masalah perdamaian juga merupakan masalah yang
sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya
menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi
menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi anggota PBB.

Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangku kepentingan negara-


negara Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil
beberapa keputusan penting, antara lain:

1. Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan
2. Menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko
3. Mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atasAden
4. Menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk
5. Aktif mengusahakan perdamaian dunia.

Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk
menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:

1. Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuatdalam Piagam PBB;
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3. Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun
bangsa kecil;
4. Tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalandalam negeri negara
lain;
5. Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secarasendirian
maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi
kepentingan khusus salah satu negara besar, tidak melakukan tekanan terhadap negara
lain;
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaankekerasan terhadap
integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatunegara;
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuaidengan Piagam PBB;
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10. menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.

Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.

d. Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau
secara kolektif.
6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

C. Negara-Negara yang mendukung Konferensi Asia Afrika


1. Afghanistan
2. Indonesia
3. Pakistan
4. Birma
5. Iran
6. Filipina
7. Kamboja
8. Irak
9. Arab Saudi
10. Ceylon
11. Jepang
12. Sudan
13. Republik Rakyat Tiongkok
14. Yordania
15. Suriah
16. Laos
17. Thailand
18. Mesir
19. Libanon
20. Turki
21. Ethiopia
22. Liberia
23. Vietnam (Utara)
24. Vietnam (Selatan)
25. Pantai Emas
26. Libya
27. India
28. Nepal
29. Yaman

D. ASIA AFRIKA BERGEMA DARI BANDUNG

Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung
untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi
sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos penuh
sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai negara.
Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat
tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional
masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang
berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira.
Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi
masuk ke dalam Gedung Merdeka.

Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan
Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai
dan pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah
Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.

Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia Raya”,
Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a New Asia
And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam
kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari
kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama, sistem politik,
bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman
pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha mempertahankan
dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan :

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin
Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka
bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin.
Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan
kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan
perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir
kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!”
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan
adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk
mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya.

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya
sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua
konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris
jenderal konferensi.

Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu
di antara para pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai
yaitu pada 17 April 1955. Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian
dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa
kesepakatan itu berisi antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi ditempuh dengan
sesederhana mungkin dan dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan
mufakat (sistem konsensus).

Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta
konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite
Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan
pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

 Ketua Konferensi : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


 Ketua Komite Politik : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
 Ketua Komite Ekonomi : Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia
 Ketua Komite Kebudayaan : Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan Indonesia
 Sekretaris Jenderal
 Konferensi : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar
Negeri Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan
pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul
ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan
kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan
pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada
pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum
terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris
jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi.
Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan
pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato
penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.

Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :

1. Kerja sama ekonomi;


2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerjasama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila
Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan
perdamaian dan kerjasama dunia.

E. Analisis Kelanjutan Semangat Bandung dan Dunia Multipolar

Di akhir pemerintahan Bush, posisi hegemonik AS sedikit mengalami penurunan karena


beberapa faktor, diantaranya krisis ekonomi dunia, kegagalan penaklukan Irak dan Afghanistan,
dan merosotnya produktifitas ekonomi AS. Sebaliknya, di beberapa belahan dunia sedang
muncul kutub-kutub baru (multi-kutub), seperti kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India, dan
China), kemudian Amerika Latin.

Meski begitu, AS masih menampakkan kekuasaan hegemoniknya, khususnya kekuasaan


unipolar AS dalam bidang kemiliteran dan unipolarisme dollar sebagai nilai mata uang cadangan
dunia. Melalui pembangunan kekuatan militer, pangkalan militer AS terbangun di 700 hingga
800 basis militer di 63 negara di dunia, serta menempatkan 325 ribu pasukannya di berbagai
negara . Bank sentral AS, The Fed, mengontrol seluruh bank sentral negara-negara lain di
seluruh dunia.

Salah satu kekuatan baru dunia saat ini, China, terlepas dari berbagai tuduhan buruk terhadapnya,
negara ini terlihat lebih sukses dibanding negara manapun di dunia dalam melewati krisis dan
resesi ekonomi global. Dengan kepemilikan negara terhadap sektor ekonomi, baik industri
maupun perbankan, China berhasil menggunakan investasi besar-besaran untuk sektor produktif,
khususnya program stimulus yang diarahkan ke pedesaan.

Namun demikian, seperti yang ditandai oleh Samir Amin, bahwa bisa saja pertumbuhan ekonomi
China dan sejumlah negara selatan, terutama akibat relokasi produksi barang dari barat ke timur,
khususnya produksi barang, terutama ke China, India, Asia timur, dsb. sengaja dilakukan AS
untuk tetap mempertahankan kontrolnya terhadap institusi finansial dan menyelamatkan
kapitalisme global dari krisis over-produksi.

Dalam konteks ini, deklarasi Bandung bukan hanya menjadi pelajaran histories bagi bangsa-
bangsa selatan atau dunia ketiga, tetapi menjadi acuan paling penting bagi mereka ketika hendak
memunculkan kutub baru saat ini. Apa yang paling penting sebetulnya adalah melanjutkan
semangat deklarasi Bandung 1955, yaitu perjuangan konsisten menghapus ketidakadilan
ekonomi, sosial, dan politik antara utara dan selatan. Jika ini dijadikan patokan, maka baru
Chaves dan ALBA-nya yang konsisten mengarah ke tujuan-tujuan mulia itu.

China sendiri, seperti penilaian Jeny Clegg, tidak hanya menjadi negara berpenduduk paling
padat di dunia, dengan 1,3 miliar orang, tetapi juga sebuah negara berkembang paling
berkomitmen untuk sosialisme. Argumentasi Clegg ini dipungut dari pendapat bahwa perjuangan
di tingkat global bukan hanya soal pertempuran sosialisme melawan kapitalisme, tetapi yang
terpenting adalah anti-imperialisme melawan imperialisme—dimana China dimasukkan di dalam
blok anti-imperialis oleh Clegg.

Kita bisa saja berpendapat berbeda dengan Clegg, namun kita tidak bisa menapikan, bahwa
China memiliki arti penting dalam kerjasama global saat ini dalam merangkul negeri-negeri
selatan: Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Investasi dan fasilitas China kini terbangun di negeri-
negeri tersebut, termasuk Kuba dan Venezuela ikut menikmatinya.

Sementara Rusia, dalam beberapa tahun terakhir, telah melakukan perang terselubung dengan
AS dalam mengusai sumber daya hidro-karbon, khususnya gas alam, sumber energi penting
untuk abad 21 ini. Dan beberapa bulan lalu, Chavez telah mengundang kapal perang Rusia
berlabuh di kawasan Karibia.

Sementara Afrika, dalam pertemuan iklim di Copenhagen bulan lalu, telah memperlihatkan
perlawanan keras terhadap proposal irasional negeri-negeri imperialis. Negeri-negeri Afrika
membangun Pan-African Climate Justice Alliance, dan membangun barisan yang sama dengan
negeri-negeri progressif dari ALBA- Venezuela, Bolivia, dan Cuba.

Kita harus menyadari bahwa penggabungan antara China, India, Asia tenggara, dan Afrika saja
sudah mencakup lebih dari separuh penduduk dunia. Artinya, kalau negeri-negeri ini konsisten
melanjutkan “semangat Bandung”, maka lebih dari separuh penduduk dunia akan berada di luar
kontrol Unipolar AS.

Dan, menurut saya, semangat utama dari deklarasi Bandung, salah satunya, adalah semangat
berdikari. Konsep berdikari menganut prinsip kemandirian dalam pengelolaan ekonomi dan
kerjasama ekonomi antara bangsa berdasarkan solidaritas dan kesetaraan. Prinsip ini jelas
berlawanan dengan dotrin kekaisaran dunia-neoliberalisme. Dan, kalau negara-negara Asia,
Afrika, dan Amerika Latin serentak mengikuti prinsip ini, maka segala bentuk imperialisme di
dunia ini, mengutip Bung Karno, “akan rontok satu per satu”.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang
juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia
dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan.
 Setelah Perang Dunia II berahir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil
mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan,Burma
(Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara
yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapaikemerdekaan.
 Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakankonferensi
pendahuluan sebagai persiapan yaitu: Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I),
Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II).
 Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18-24 April 1955. Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang
terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
 Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
 Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidangsosial,
ekonomi, dan kebudayaan
 Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme
 Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut sertamengusahakan
perdamaian dunia dan kerja sama internasional
 Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya
 Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama
seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
 Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan
nama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration:
 Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB, Menghormati
kedaulatan wilayah setiap bangsa.
 Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun
kecil.
 Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
 Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian
atau secara kolektif.
 Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
 Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
 Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
 Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
 Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
 Analisis Saya semangat utama dari deklarasi Bandung, salah satunya, adalah semangat
berdikari. Konsep berdikari menganut prinsip kemandirian dalam pengelolaan ekonomi
dan kerjasama ekonomi antara bangsa berdasarkan solidaritas dan kesetaraan. Prinsip ini
jelas berlawanan dengan dotrin kekaisaran dunia-neoliberalisme. Dan, kalau negara-
negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin serentak mengikuti prinsip ini, maka segala
bentuk imperialisme di dunia ini, mengutip Bung Karno, “akan rontok satu per satu”.

Anda mungkin juga menyukai