Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi Leasing

Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-
menyewa. Karena dasarnya artinya memang sewa- menyewa. Jadi leasing
adalah derevatif dari sewa-menyewa. Kemudian dalam dunia bisnis
berkembanglah sewa-menyewa yang disebut leasing itu kadang-kadang
disebut saja sebagai lease, dan telah berubah menjadi salah satu jenis
pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia leasing sering di istilahkan dengan
“sewa guna usaha.”
Leasing (Sewa Guna Usaha/SGU) menurut KMK No.
1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala.
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan
Menteri Perindustrian No. Kep-1221MK/2/1974, No. 321MISKI 2/1974 dan
No. 30/Kpb/l/74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang “Perijinan Usaha Leasing”
menyatakan:
“Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan
untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah
disepakati bersama.”

2. Landasan Hukum mengenai Leasing


a. Surat Keputusan Bersama No. 122/MK/IV/2/1974 tanggal 7 februari
1974 tentang perijinan usaha leasing.
b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.649/MK/IV/5/1974
tanggal 6 mei 1974 tantang perijinan usaha leasing.
c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/6/1974
tanggal 6 mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan
besarnya bea materai terhadap usaha leasing.
d. Surat edaran Dit.Jen.Moneter No.Peng.307/DJM/III.1/7/1974 tanggal 8
juli 1974 tentang ;
1) Tata cara perizinan
2) Pembatasan usaha
3) Pembukuan
4) Tingkat suku bunga
5) Perpajakan
6) Pengawasan dan pembinaan
e. Surat Dit.Jen.Pajak No. D. 15.4/II/8/34-3/1976 tanggal 23 desember
1976 tentang ketentuan PPS dan PBDR.

1
3. Manfaat Leasing
 Lessee dapat memiliki modal kerja (working capital) yang memadai
Ini adalah Manfaat utama dari metode leasing karena tidak harus
menggunakan dana yang besar untuk penyediaan barang modal.
 Memudahkan pembiayaan proyek skala besar
Karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk membeli
mesin, dll sehingga mempercepat pengembangan perusahaan
 Menghemat arus kas
Karena dana untuk modal bangunan atau peralatan merupakan sumber
pengeluaran arus kas yang paling besar bagi perusahaan, dengan
menggunakan leasing, kas bisa digunakan untuk hal – hal lain
 Tidak merugikan saat terjadi inflasi
Saat inflasi terjadi , nilai riil yang harus dibayar akan turun
sehingga jauh lebih menguntungkan daripada harus membeli.

4. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Leasing


Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat)
pihak yang berkepentingan, yaitu : lessor, lessee, supplier,
dan bank atau kreditor.

 Lessor
Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan
jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang
modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan
barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan
dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari
penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan
pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
 Lessee
Lesse adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal
dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran
angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak
opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk
membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di
samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko
bagi lessee terhadap kerusakan.

2
 Supplier
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial
lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui
pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya,
dalam operating lease, supplier menjual barangnya langsung
kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

 Bank.
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau
kreditor tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun
pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor,
terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana
pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal
ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk
memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai
objek leasing kepada lessee atau lessor.

 Asuransi
Sebagai Lembaga penjamin apabila terjadi gagal bayar.

5. Keunggulan Menggunakan Leasing

 Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai dengan 100% (full pay out), hal ini
akan membantu cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru
berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang sedang berkembang.

 Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing
lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan
perbankan. Pembayaran sewa guna usaha (payment lease) secara berkala
akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dapat disesuaikan
dengan pendapatan yang dihasilkan aktiva yang akan dilease.

 Sumber Pembiayaan Alternatif


Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa
menggangu jalur kredit yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak
terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan
apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.

3
 Off balance sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa
mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu
dipenuhi secara terperinci.

 Arus dana
Pesyaratan pembayaran dimuka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana.

 Proteksi inflasi
Leasing merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam
beberapa keadaan sering dikatakan kurang relevan.

 Perlindungan akibat kemajuan teknologi


Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian
akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau
sistem disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.

 Sumber pelunasan kewajiban


Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi
melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran sewa
hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh
adanya aktiva yang di leasekan.

 Kapitalisasi biaya
Adanya biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan dan lain sebagainya dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan
dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

 Resiko keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, leasing yang berjangka
waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap resiko
keusangan sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan resiko pada
tahap dini yang mungkin terjadi.

 Kemudahan penyusutan anggaran


Adanya pembayaran sewa guna usaha secara berkala yang jumlahnya
relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran
tahunan lessee.

4
5. Kerugian Menggunakan Leasing

 Biaya Bunga yang Tinggi.


Karena perusahaan leasing juga memperoleh biaya dari bank,
maka pada prinsipnya keberadaan lessor hanyalah sebagai perantara saja
dalam menyalurkan dana kepada lessee. Untuk itu tentunya lessor akan
mendapat keuntungan margin tertentu. Konsekuensinya, perhitungan
bunga ataupun kompensasi terhadap bunga dalam transaksi leasing akan
relatif tinggi.

 Biaya Marginal yang Tinggi.


Bisa saja biaya yang sebenarnya marginal menjadi tinggi jika
biaya tersebut tidak ditekan secara hati-hati oleh lessor. Eksistensi lessor
sebagai perantara antara penyedia dana dengan pihak lessee, menyebabkan
mata rantai distribusi dana menjadi lebih panjang, sehingga
mengakibatkan costnya menjadi lebih tinggi. Mengingat perantra tersebut
juga memerlukan fee tertentu sebagai kompensasi atas jasa-jasanya.

 Kurangnya Perlindungan Hukum.


Karena leasing termasuk bisnis yang loosely regulated, tidak
seperti sektor perbankan, maka perlindungan para pihak hanya sebatas
itikad baik dari masing-masing pihak tersebut yang semuanya dapat
dituangkan dalam bentuk perjanjian leasing. Dalam hal ini, akan berlaku
prinsip pasar, antara permintaan dan penawaran dari lessee dengan lessor.
Konsekuensi logisnya, biasanya dalam hal seperti itu, pihak yang
kedudukan lemah akan tergilas, dan kurang terlindungi.

 Proses Eksekusi Leasing Macet yang Sulit.


Tidak ada suatu prosedur yang khusus terhadap eksekusi leasing
yang macet pembayaran cicilannya. Karena itu, jika ada sengketa,
haruslah dilakukan dengan cara seperti biasa lewat pengadilan dengan
prosedur biasa. Hal ini tentunya akan menghabiskan banyak waktu dan
biaya, sedangkan hasilnya tidak predictable.

 Hak kepemilikan barang hanya akan berpindah apabila kewajiban lease


telah diselesaikan dan hak opsi digunakan.

 Seandainya terjadi pembatalan suatu perjanjian sewa guna usaha, maka


kemungkinan biaya yang ditimbulkan cukup besar.

 Barang modal yang diperoleh oleh lease tidak dapat dijadikan


jaminan untuk memperoleh kredit.

5
 Resiko yang melekat pada peralatan atau barang modal itu
sendiri. Kemungkinan adanya kenakalan penyewa guna usaha untuk
melakukan jual atau sewa kepada pihak sewa guna usaha yang lain.

 Fluktuasi bunga. Adanya fluktuasi bunga menimbulkan resiko bunga bagi


perusahaan sewa guna usaha, karena antara investasi dalam barang yang
disewa guna usaha dengan sumber dana pembelanjaan tidak sesuai.
6. Jenis -Jenis Leasing
 Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor)
adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna
usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas
nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal
tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang
modal yang menjadi objek transaksi leasing.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang
tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan kepada
lessee. Sebagai imbalan atas jasa penggunaan barang tersebut lesse akan
membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa uang
rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
Jumlah uang rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga
barang yang dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan
pihak lessor. finance lease masih bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Direct finance lease


Transaksi ini terjadi jika lessor belum pernah memiliki barang
yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa
lessor membeli suatu barang atas permintaan lesse dan akan
dipergunakan oleh lessee.
2. Sale and lease back
Dalam transaksi ini lessor menjual barang yang telah
dimilikinya kepada lessee. Atas barang yang sama ini kemudian
dilakukan suatu konrak leasing antara lessee dengan lessor. Dengan
memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini memiliki tujuan
yang berbeda dibandingkan direct finance lease. Di sini lesse
memerlukan cash yang bisa dipergunakan untuk tambahan modal
kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan
sistem sale and lease back memungkinkan lessor memberikan dana
untuk keperluan apa saja kepada kliennya dan tentu saja dana yang
dibutuhkana sesuai dengan nilai objek barang lease.

6
 Operating lease (sewa menyewa biasa)
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli
barang modal dan selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna
usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa
guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut
dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna usaha
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang
disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha
lainnya.
Perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya
bertanggung jawab atas Biaya – biaya pelaksanaan sewa guna usaha
seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang
bersangkutan. Jenis- Jenis Leasing :

• Wet Lease
Semua biaya-biaya ditanggung oleh lessor termasuk biaya
perawatan.
• Dry Lease
Biaya-biaya ditanggung oleh Lesse.

 Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)


Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan
juga berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah
transaksi termasuk bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau
pabrikan.

 Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan
lessee juga melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai
bagian terbesar transaksi.

 Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang
dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara
lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara.
Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

7. Penggolongan Perusahaan Leasing


a. Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang
berdiri sendiri, tidak terkait dengan suatu produsen barang modal sehingga
dalam pembiayaan barang modal yang dilakukan oleh independent leasing
company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang
modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).

7
b. Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang
mempunyai hubungan langsung dengan produsen barang modal, dimana
pendirian perusahaan sewa guna usaha untuk meningkatkan penjualan
barang modal yang diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.
c. Lease broker atau packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang
membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing tetapi lease broker
ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing
untuk atas namanya.

8
Daftar Pustaka
http://ismimiitsme.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-keunggulan-dan-
kelemahan.html
http://bagus-ahmad.blogspot.co.id/2013/12/makalah-leasing.html#!/tcmbck
blkaddicted.blogspot.co.id
mukhammadluthfinugroho.wordpress.com
Chocomous: Pengertian, Keunggulan dan Kelemahan Leasing (Sewa Guna)

Anda mungkin juga menyukai