Anda di halaman 1dari 5

Unisya Izhari Rinsta Savira

1706027332
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel

Pengertian dari Perjanjian Kredit, Leasing, dan Pembiayaan


oleh Unisya Izhari Rinsta Savira
1706027331
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel

1. Perjanjian Kredit
Perjanjian kredit atau credit/ loan agreement merupakan salah satu perjanjian
yang dilakukan antara bank dengan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah nasabahnya.
Perjanjian kredit sebenarnya dapat dipersamakan dengan perjanjian utang-piutang.
Perbedaannya adalah di istilah bahwa perjanjian kredit umumnya dipakai oleh bank
sebagai kreditur, sedangakn perjanjian utang-piutang umumnya dipakai oleh masyrakat
dan tidak terkait dengan bank.

Menurut pasal 1 angka 11 UU Perbankan, kredit diartikan sebagai penyediaan


uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Hal ini dapat diartikan bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam-
meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang
mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.

2. Leasing
Leasing atau sewa guna usaha menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahunn 2009
tentang Lembaga Pembiayaan merupakan kegiatan pembiataan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease)
maupunsewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran.

Adapun perbedaan leasing dengan perjanjian kredit ialah objek dari perjanjian
kredit telah balik nama dan menjadi milik debitur, sementara objek leasing masih
mengatas namakan leasor/ pemberi leasing. Dimana dalam hal in selama memang
Unisya Izhari Rinsta Savira
1706027332
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel
penerima leasing wanprestasi sehingga menimbulkan sanksi berupa pemutusan perjanjian
leasing alias berkonsekuensi pada penarikan objek leasing, maka pemberi leasing dapat
menarik objek leasing sewaktu-waktu dari tangan penerima leasing. Hal tersebut tidak
dapat dikatakansebagai perbuatan melawan hukum dan bukan pula tindak pidana, karena
memang atas suatu objek dalam perjanjian leasing masing mengatas namakan pemberi
leasing.1

Menurut Drs. Muhammad Djumhana menerangkan bahwa leasing dalam praktik


hukum mempunyai pengertian sebagai kegaitan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran-pembayaran secara sukarela yang disertai dengan hak pilih
(optie) bagi perusahaan tersebut, untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan
atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati.2

Dari segi pandangan hukum. Kegiatan Leasing memiliki empat ciri, yaitu:

1. Perjnajian antara pihak lessor dan pihak lessee;


2. Berdasarkan perjanjian leasing, lessor mengalihkan hak pengguna barang
kepada pihak lessee;
3. Lessee membayar kepada lessor uang sewa penggunaan barang atau asset;
4. Lessee mengembalikan barang atau asset tersebut kepada lessor pada akhir
periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur
ekonomi barang tersebut.3

Dalam transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang


berkepentingan, yaitu:

1. Lessor ialah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepad apihak lessee dalam bentuk barang modal;

1
Hery Shietra, “Perbedaan Leasing dan Kredit Kendaraan/ Mesin Fidusia” https://www.hukum-
hukum.com/2014/08/perbedaan-leasing-dan-kredit-terkait.html diakses pada 15 Oktober 2020
2
Muhamma Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996), hlm.
214.
3
Sigit Triandaru, Tototk Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba Empat, 2006),
hlm. 189-190.
Unisya Izhari Rinsta Savira
1706027332
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel
2. Lessee yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam
bentuk barang modal dari lessor;
3. Pemasok ialah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunnai oleh
lessor;
4. Bank atau Kreditur. Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank
atau kreditur tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut tetapi bank
memegang pernanan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.4

Dilihat dari jenis transaksi leasing, Teknik pembiayaan leasing secara garis besar
dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:

1. Finance Lease
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah
pihak yang menyediakan barang modal. Lesse biasanya memilih barang
modal yang dibutuhkan lalu terjadi transaksi sewa guna usaha. Selama masa
sewa guna usaha, lessee melakukan pembayaran secara berkala dengan jumlah
seluruhnya ditambah pembayaran nilai sisa atau nilai residu (residual value).
Dalam prakteknya a, finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk
transaksi yaitu Direct Finance Lease, Sale and Lease back, Leveraged Lease,
Syndicated Lease, Vendor Program;
2. Opertaing Lease
Dalam teknik operating lease, pihak pemilik objek leasing atau lessor
membeli barang modal dan disewagunausahakan kepada lessee. Pembayaran
periodic yang dilakukan oleh lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan
oleh lessor untuk mendapatkan barang modal tersebut dan bunganya. Lessor
mengharapkan keuntungan dari penjualan barang modal yang
disewagunausahakan. Lessor juga dapat memperoleh sumber penghasilan dari
perjanjian sewa guna usaha lain. Karena harapan keuntungan operating lease
ini tergantung pada penjualan barang yang sudah selesai disewagunausahakan.

4
Ibid, hlm. 190
Unisya Izhari Rinsta Savira
1706027332
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel
Serta operating lease ini bersifat cancelable (bisa membatalkan masa sewa
guna usaha sebelum jangka waktu yang disepakati.5

3. Pembiayaan (Project Financing)


Menurut Kasmir (2008:96) menerangkan bahwa pembiayaan adalah penyediaan yang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan oersetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pula
menurut Rivai dan Arifin (2010:681) pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak jepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lian, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan pembiayaan adalah


penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas
pembiayaan adalah:

1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan


yang diberikan (berupa uang, barang, dan jasa) akan benar-benar diterima
kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan
oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan
tentang nasabak baik secara intern maupun ekstern;
2. Kesepakatan, hal ini merupakan kesepakatan antara si pemberi kredit dengan
si penerima kredit. Kesepkatan ini dituangakn dalam suatu perjanjian di mana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing;
3. Jangka waktu, setiap pembiayaan atau kredit yang diberikan memiliki jangka
waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup jangka waktu pengembalian kredit
yang telah disepakati;

5
Ibid, hlm. 194-195
Unisya Izhari Rinsta Savira
1706027332
Kelas Aspek-Aspek Hukum dalam Transaksi Keuangan Paralel
4. Resiko, resiko menjadi tanggung jawab bank, baik resiko yang disengaja oleh
nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi
bencana atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan
lainnya;
5. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa
tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga
dan biaya administrasi 45 kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan
bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan
bagi hasil.6

Menurut Ari wahyudi dalam kuliah aspek-aspek hukum dalam transaksi keuangan
pada tanggal 15 Oktober 2020 menerangkan bahwa ketiga hal tersebut sama-sama
merupakan hutang. Leasing juga merupakan semi-hutang dengan kata lain dapat diartikan
sebagai sewa. Dalam leasing sebelum penggunaan istilah sewa guna usaha dulunya sewa
beli. Leasing. Sebagai contoh ada rental ps yang menyewakan cdnya, jika menggunakan
leasing dia tidak sepenuhnya sewa menyewa tetatpi ada aspek dimana terkiat dengan
bisnisnya, karena dia punya kepentingan untuk memutar uang. Sewa beli disamakan
dengan higher purchase di amerika dikarenakan di akhirnya mereka diharuskan untuk
membeli objek jaminan tersebut. Terkiat dengan bunga, leasing memiliki bunga lebih
besar daripada bunga bank dikarenakan mneggunakan dana dari bank.

6
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 87

Anda mungkin juga menyukai