Anda di halaman 1dari 2

Nama: Bella Budiyarti

Semester V/S1
NIM : 218097

Kasus Bank BNI


Internal System PT Bank Negara Indonesia Tbk menyampaikan pada tanggal 20
Desember 2010 telah berhasil mendeteksi adanya transaksi mencurigakan senilai Rp4,5
miliar.Dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/3) manajemen BNI menjelaskan transaksi
tersebut setelah diverifikasi oleh petugas Emiten, ternyata diketahui palsu. Keberhasilan BNI
dalam mendeteksi dan mencegah terlaksananya transaksi mencurigakan ini, merupakan hasil
dari kejelian staf yang melihat irregularities pada transaksi tersebut.
BNI telah mencegah terjadinya transaksi, sehingga tidak timbul kehilangan dana.
Kerugian yang timbul adalah nihil. Selanjutnya BNI melaporkan kepada yang berwajib
dengan membuat laporan kepada kepolisian pada tanggal 23 Februari 2011. BNI menyambut
baik keberhasilan Polri dalam mengungkap tersangka pelaku dibalik upaya tindak pidana,
yang dilakukan pada tanggal 20 Desember 2010 yang lalu.
BNI juga membenarkan bahwa salah satu dari tersangka adalah wakil kepala cabang
BNI, yaitu Cabang Margonda. Mengenai sejauh mana keterlibatan staff yang bersangkutan,
saat ini sedang dalam pengembangan penyelidikan pihak yang berwajib. Staf tersebut saat ini
tidak menjalankan tugas perbankan, menunggu hasil penyidikan yang berwajib.
Sebelumnya diberitakan, dalam menjalankan aksinya, sindikat upaya pembobolan
rekening Sentra Kredit Menengah (SKM) BNI cabang Gambir sebesar Rp4,5 miliar
menggunakan modus operandi yang cukup canggih dan lihai. Menurut Kasat Fiskal Moneter
Devisa, AKBP Arismunandar saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/3), upaya
pembobolan dana kredit Bank BNI ini dilakukan dengan cara pemalsuan surat telex perintah
pemberian dana kredit kepada sebuah unit usaha menengah.
AF yang merupakan otak pelaku, bekerja sama dengan JKD yang merupakan orang
dalam Bank BNI, yang kemudian memberitahu dan mengajarkan bagaimana cara membobol
bank tersebut, dengan memalsukan telex perintah pencairan dana. “AF kemudian membuat
perusahaan fiktif bernama PT Bogor Jaya Elektrindo, dan membuka rekening di BNI, cabang
Gambir dengan setoran Rp50 juta pada 19 Desember tahun lalu, untuk mengajukan kredit di
SKM Bank BNI,” ucap Arismunandar.
Selanjutnya AF dan komplotannya membuat telex palsu pemberian kredit senilai Rp4,5
M ke perusahaan fiktif, dengan nomor test key telex yang bisa lolos, karena dibocorkan oleh
JKD. “Karena nomer test key itu dibocorkan oleh orang dalam, maka telex palsu tersebut
lolos diproses, karena dianggap merupakan telex resmi dari kantor pusat BNI,” jelas Aris.
Dari hasil penyelidikan terhadap AF, diketahui rencana tersebut telah disiapkan selama 4
bulan sebelum mereka melakukan aksinya. “JK dan AF merupakan teman lama, JK yang
mengajarkan AF cara membobol, dan AF kemudian yang mengendalikan sindikat ini.
Motifnya para pelaku ingin mendapatkan dan Rp4,5 M hanya dengan Rp50 juta. Kalau dapat
Rp4,5 M itu dibagi dua, setengah untuk JKD dan sisanya dibagi ke kelompok AF,” tutup
Arismunandar. Atas tindakannya para pelaku dikenakan Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan
dokumen, Pasal 49 ayat 1 UU No. 10 tahun 1998 tentang tindak pidana perbankan, dengan
ancaman hukuman 15 tahun penjara.

Anda mungkin juga menyukai