Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ANALISIS

HIPOTEK ATAS KAPAL

Muhammad Haykal 1706024381


Naufal Abhi Novisro 1706025062
Putu Maharaja Segara Putra 1706071762
Raditya Pradana 1706071743
Unisya Izhari Rinsta Savira 1706027332
PENDAHULUAN

• Sengketa antara PT . Trichem International Shipping dengan PT. Tugu Pratama


Indonesia General Insurance
• Mengenai wanprestasi Perjanjian Carter Kapal
PUTUSAN HAKIM

• Bahwa berdasarkan putusan, terbukti bahwa tergugat telah wanprestasi kepada PT.
Pertamina yang disubrogasikan kepada Penggugat, oleh karena itu tergugat
diputuskan untuk membayar ganti rugi kepada Penggugat sebesar USD 2.932.583.40
dengan bunga 12% Setiap tahun sejak perkara a quo didaftarkan di Pengadilan
Negeri sampai Tergugat I selesai membayarnya.
LANDASAN TEORI
HIPOTIK

• Hipotik merupakan salah satu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak yang
dijadikan sebagai jaminan pelunasan hutang. (KUHPerdata pasal 1162)
• Pengertian tersebut untuk saat ini dianggap sudah tidak relevan lagi mengingat
hipotik sendiri telah mengalami perubahaan-perubahan, khususnya perubahan dari
unsur objeknya.
SIFAT HIPOTIK Ciri Hipotik

• Absolut • Accessoir
haknya dapat dipertahankan terhadap tuntuntan Hipotik merupakan perjanjian tambahan yang
siapapun keberadaannya tergantung dari perjanjian
pokoknya
• droit de suite
• Ondeelbaar
Haknya tersebut mengikuti bendanya di tangan
siapun benda tersebut berada hipotik tidak dapat dibagi-bagi karena terletak
di atas seluruh benda yang menjadi objeknya
• Droit de preference
• mengandung hak untuk pelunasan hutang saja.
seseorang yang memiliki hak tersebut,
mempunyai hak untuk didahulukan untuk
pelunasan hutangnya diantara orang yang
berpiutan lainnya.
ASAS HIPOTIK

• Asas publisitas
berarti bahwa pengikatan hipotik harus didaftarkan dalam register umum agar
masyarakat khususnya pihak ketiga dapat mengetahuinya.
• Asas spesialitas
berarti pengikatan hipotik hanya dapat dilakukan atas benda-benda yang ditunjuk
secara khusus.
AKIBAT KEBERLAKUKAN UU HAK
TANGGUNGAN
• Seperti yang sudah disinggung diawal, bahwa pengertian hipotik yang ada di dalam KUHPerdata
sudah tidak lagi relevan. Hal ini dikarenakan, pada hipotik sendiri khususnya mengenai objeknya,
telah terjadi perubahan karena terdapatnya Undang-undang yang baru yang mana mengurangi
objek hipotik yang diatur dalam KUHperdata pasal 1164.
• Salah satu Undang-undang yang paling berpengaruh adalah Undang-Undang No.4 tahun 1996
tentang Hak Tanggungan. Dengan berlakunya Undang-Undang ini menimbulkan akibat bahwa
hipotik atas tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah sudah tidak berlaku lagi.
• Namun dengan berlakunya Undang-Undang No.15 tahun 1992 tentang penerbangan dan UU No.21
tahun 1992 Tentang Kapal Laut yang pada intinya berisi bahwa mengenai pesawat udara dan kapal
laut dapat dibebankan dengan menggunakan hipotik sehingga dengan berlakuknya UU tersebut
membuat objek hipotik sendiri menjadi jelas.
HIPOTIK ATAS KAPAL LAUT

• Berlakunya UU pelayaran No. 21 tahun 1992 yang sekarang diganti dengan UU pelayaran yang baru
No.17 tahun 2008, membuat objek hipotik sendiri menjadi lebih jelas. Dalam pasal 1 angka (12) UU
No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyebutkan bahwa “Hipotek Kapal adalah hak agunan
kebendaan atas kapal yang terdaftar untuk menjamin pelunasan utang tertentu yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain.”
• Namun dalam pasal 510 KUHPerdata sendiri mengatur bahwa kapal sendiri pada sifatnya
merupakan benda bergerak. Akan tetapi menurut pasal 314 ayat (1) KUH Dagang mengemukakan
bahwa “Kapal-kapal Indonesia, yang berukuran paling sedikit duapuluh meter kubik isi kotor, dapat
dibukukan di dalam suatu register kapal meurut ketentuan-ketentuan yang akan ditetapkan dalam
suatu undang-undang tersendiri.”
• Kapal-kapal yang sudah di daftarkan inilah yang kemudian yang dapat dilakukan pembebanan
hipotik yang sebagiamana diatur dalam pasal 60 ayat (1) UU No.17 tahun 2008.
PEMBEBANAN HIPOTIK KAPAL

• Pembenanan hipotek atas kapal dilakukan dengan pembuatan akta hipotek oleh
Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal di tempat kapal didaftarkan
dan dicatat dalam Daftar Induk Pendaftaran Kapal.
• Setiap akta hipotek sendiri akan diterbitkan 1 (satu) Grosse Akta Hipotek yang
diberikan kepada penerima hipotek. Grosse Akta Hipotek tersebut mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap sehingga si penerima hipotik tersebut dapat
langsung mengeksekusi objek yang dijaminkan tersebut tanpa harus melalui proses
pengadilan.
• Kapal laut yang sudah dibebani oleh hipotik dapat dibebankan hipotik kembali
Namun sebelum hutang tersebut akan dibayar oleh debitur sebagai pemilik kapal kepada
kreditur sebagai penerima hipotik haruslah terlebih dahulu melunasi hal-hal sebagai
berikut:
• Pembayaran upah nakhoda dan ABK
• Pembayaran uang duka atas kematian.
• Pembayaran biaya salvage atas kapal.
• Biaya pelabuhan dan alur pelayaran lainnya serta pemanduan.
• Membayar kerugian yang ditimbulkan oleh kerugian fisik atau kerusakan akibat
pengoperasian kapal
TAHAPAN PEMBEBANAN

1. Dilakukannya perjanjian Kredit (utang piutang) dengan menyatakan


membebankan kapal dengan hipotik sebagai jaminan pelunasan hutang. dapat
dilakukan dengan bentuk akta notaris ataupun dibawah tangan.
2. Dilakukannya perjanjian pemberian hipotik. Kreditur bersama debitur atau bank
sendiri berdasarkan Surat Kuasa Memasang Hipotik menghadap Pejabat Pendaftar
Kapal dan minta dibuatkan akta Hipotik Kapal.
3. Pendaftaran Akta Hipotik dalam buku daftar hipotik (pasal 315 KUH Dagang).
Setelah pendaftaran selesai barulah hipotik lahir.
HAPUSNYA HIPOTIK

• Karena perutangan yang pokok sudah lenyap


• karena si berpiutang melepaskan hipotik itu
• karena penetapan oleh hakim.
ANALISIS PUTUSAN :
MAHKAMAH AGUNG RI NO. 2930 K/PDT./2015

Dalam putusan ini para pihak yang berperkara antara lain PT. TRICHEM INTERNATIONAL SHIPPING
(dahulu tergugat) badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang memiliki kapal melawan PT.
TUGU PRATAMA INDONESIA General Insurance (dahulu penggugat) yang merupakan badan
hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang Usaha Asuransi Kerugian. Pokok
perkara dari putusan ini bermula dari putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:
388/Pdt.G/2010/PN.JKT.PST.
PERMASALAHAN
• Kapal MT. RATU ANGGRAINI eks NICKEL MARU Nomor 8 milik PT. TRICHEM INTERNATIONAL
SHIPPING yang digunakan untuk mengangkut barang milik PT. PERTAMINA (Persero).

Kapal tersebut secara hukum terikat dalam TIME CHARTER PARTY/Perjanjian Sewa
Berdasarkan Waktu atau disebut PERTATIME III, namun juga sebagai jaminan yang berlaku sejak tanggal
14 April 2009 sampai dengan 14 April 2010, oleh PT. TRICHEM INTERNATIONAL SHIPPING dengan
sengaja telah dibebankan dengan Hipotik Pertama pada PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) yaitu
dengan Akta Hipotik Nomor 30/2009 tanggal 10 Juni 2009, tanpa pemberitahuan secara tertulis kepada PT.
PERTAMINA (Persero) padahal sebagaimana disebutkan di dalam TIME CHARTER PARTY/perjanjian
sewa berdasarkan waktu atau disebut PERTATIME lll pasal 11 bahwa Kapal yang terikat secara hukum di
dalam Perjanjian Carter tidak akan/tidak boleh diletakkan/dibebankan dengan hak-hak keperdataan
lainnya.
• Pasal 11 "Jaminan-jaminan Pemilik" pada TIME CHARTER PARTY/ perjanjian sewa
berdasarkan waktu atau disebut PERTATIME III berbunyi sebagai berikut:
“Pemilik menyatakan dan menjamin bahwa tidak ada orang maupun perusahaan lain yang
mempunyai sesuatu hak, hak kepemilikan atau kepentingan atas kapal atau hak gadai,
hipotik atau beban atas kapal, kecuali dinyatakan secara khusus oleh Pemilik dalam
bentuk tertulis kepada Penyewa sebelum pelaksanaan Perjanjian sewa pada waktu Kapal
ditawarkan kepada penyewa, harus dianggap sebagai suatu jaminan oleh Pemilik
kepada penyewa, bahwa Kapal tidak dibebankan dan jika kemudian tidak ada
pemberitahuan secara tertulis yang diterima oleh Penyewa, maka hal tersebut dianggap
sebagai jaminan dan Pemilik bahwa Kapal tidak dibebankan. Selanjutnya Pemilik
menjamin, bahwa sebelum ditandatanganinya Perjanjian sewa ini, dan selama masa
berlakunya Perjanjian Sewa ini, tidak akan meletakkan hipotik, hak gadai atau beban
tambahan pada kapal tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penyewa,
persetujuan mana tidak akan ditahan atau ditunda tanpa alasan yang masuk akal, kecuali
hak gadai untuk kepentingan awak Kapal atau rekanan-rekanan pemasok kapal yang
rutin.”
• Dalam tuntutannya penggugat menuntut agar akta Hipotik Nomor 30/2009
tanggal 10 Juni 2009 sepanjang mengenai pembebanan Hipotik atas Kapal
Ratu Anggraini milik PT. TRICHEM INTERNATIONAL SHIPPING kepada PT.
BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) adalah tidak sah dan cacat hukum.
• Dalam kasus ini, perjanjian jaminan hipotik batal secara tidak sah dikarenakan
adanya perjanjian pertanggungan/ Asuransi yang sudah disebutkan dalam pasal 11
bahwa perjanjian awal tidak boleh diletakkan/dibebankan dengan hak-hak
keperdataan lainnya.
• Dalam pasal 4 Perjanjian PERTATIME III menerangkan bahwa “setiap dan semua
perbedaan dan perselisihan apapun sifatnya yang timbul dan perjanjian sewa iniharus
diajukan kepada arbitrasi di Singapura (untuk kapal berbendera asing), atau BANI
(untuk kapal berbebndera Indonesia). Dalam kasus ini, kapal berbendara Indonesia
makan harus diselesaikan lewat BANI bukan diselesaikan di Pengadilan Negeri
AMAR PUTUSAN
• Majelis hakim menolak tuntutan PT. TUGU PRATAMA INDONESIA
General Insurance untuk menyatakan tidak sah pembebanan hipotik
berdasarkan akta Nomor 30/2009 tanggal 10 Juni 2009 tersebut. Kemudian
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini diperkuat oleh Pengadilan Tinggi
Jakarta pada putusannya Nomor 72/Pdt/2013/PT.DKI. dan juga diperkuat oleh
Mahkamah Agung pada putusannya Nomor 2930 K/Pdt./2015 ditingkat kasasi.

Anda mungkin juga menyukai