Anda di halaman 1dari 4

A.

Pertanyaan

Pertanyaan I (Nuraini)

1. Bagaimana kedudukan penjaminan hipotik (atas kapal), khususnya berkenaan dengan prinsip-
prinsip dasarnya?
2. Dan Dasar hukum dari dipergunakannya kapal laut sebagai objek jaminan?

Pertanyaan II (imam cahyono)

1. Bagaimana mekanisme pendaftaran Hipotek?


2. Bagaimana mekanisme eksekusi jaminan hipotik?

Pertanyaan III (Phillip Arnold)

1. Apa pandangan tentang jaminan hipotek dalam prespektif hukum?


2. Sudut pandang hukum tentang jaminan hukum?

B. Jawaban:

Pertanyaan I (Nuraini)

1. Bagaimana kedudukan penjaminan hipotik (atas kapal)? khususnya berkenaan dengan


prinsip-prinsip dasarnya?
Jawaban :
Menurut Pasal 1178 ayat 2 KUHPer pemegang hipotik yang pertama mendapat wewenang
untuk menjual lelang benda jaminan di muka umum, apabila jumlah pokok jaminan beserta
bunganya tidak dibayar pada waktunya. Dengan hasil penjualan lelang itu dia mendapatkan
kembali jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya.

prinsip-prinsip dasarnya?
Prinsip hukum hipotik kapal laut mengikuti asas hipotik pada umumnya ada 6:
A.Bersifat accesoir
Hipotik merupakan perjanjian accesoir, pada Pasal 315 b Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (“KUHD”). Dan kapal ini bersamaan dengan ketentuan Pasal 1162 KUHPer, yang
menegaskan bahwa perjanjian hipotik merupakan lanjutan dari perjanjian hutang antara
pihak pemberi hipotik dengan pihak pemegang hipotik.

B. Spesialitas
Maksud asas spesialitas, benda objek hipotik harus “pasti dan tertentu”. Penunjukan benda
objek hipotik tidak boleh bersifat umum. Misalnya, tidak boleh hanya menyebut bahwa
hipotik meliputi semua harta kekayaan debitur. Tetapi harus menunjuk dan menyebut secara
pasti benda yang sudah ada dan tertentu. Tertentu dan pasti sifat jenis, ukuran, dan luasnya.

C. Bersifat kebendaan mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun benda itu berada (Pasal
1162 KUHPer jo 315 KUHD).
Maksudnya: hak kebendaan yang terkandung dalam hipotik, bersifat absolut. Itu sebabnya
hak kebendaan yang melekat pada hipotik memiliki karakter “droit de suite”. Hak kebendaan
hipotik tidak bersifat relatif dan personal, yang hanya berlaku terhadap orang tertentu saja.

D. Tidak dapat dibagi (Pasal 1163 KUHPer)

1
Sering dengan asas spesialitas di atas, suatu barang yang telah diletakkan di atasnya hipotik,
tidak dapat dibagi-bagi (onder baar) berdasar besar kecilnya jumlah hutang yang telah
dibayar. Pokoknya selama hutang belum dilunasi seluruhnya, selama itu hipotik tetap melekat
seutuhnya di atas benda objek hipotik.

E. Tidak dapat dibebankan oleh pemilik barang (1168 KUHPer jo Pasal 315 c KUHD).
Asas ini sepanjang mengenai kapal tidak begitu menimbulkan persoalan. Karena pada
dasarnya kapal hanya dapat didaftarkan oleh pemilik dalam bentuk kepemilikan yang
sebenarnya. Hak sewa kapal sudah jelas bukan merupakan hak yang bersifat memberi hak
kepada penyewa kepal untuk memindahtangankan kapal.

F. Jumlah hutang dapat diperhitungkan (Pasal 1176 KUHPer jo Pasal 315 c KUHD).
Asas penyebutan jumlah hutang yang pasti atau dapat diperhitungkan dalam akta hipotik,
diatur dalam Pasal 1176 KUHPer. Dimana pasal ini ditampung oleh Pasal 315 c KUHD, sehingga
asas ini berlaku bagi hipotik kapal.

2. Dasar hukum dari dipergunakannya kapal laut sebagai objek jaminan?


Jawaban:
Dasar hukum jaminan Hipotik diatur dalam berbagai peraturan perundangan antara lain
dalam KUH. Perdata, KUHD, Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, dan
khususnya dasar hukum Hipotik Kapal Laut hanya didasarkan pada KUHD dan Undang- Undang
No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa secara formil, ketentuan-ketentuan lama yakni
KUHD diberlakukan, tetapi secara materiil lebih banyak mengacu pada ketentua Undang-
Undang No. 17 Tahun 2008.

Pertanyaan II (imam cahyono)

1. Bagaimana mekanisme pendaftaran Hipotek?


Jawaban:
informasi bahwa untuk pendaftaran hipotek ini ke Syahbandar. Langkah-langkah dalam
pendaftaran hipotekkapal laut adalah sebagai berikut:
1. Debitur mengikatkan diri dengan Kreditur (bank/lembaga pembiayaan) dalam suatu
Perjanjian Kredit dengan menyatakan menyerahkan kapal sebagai hipoteksebagai
jaminan pelunasan hutangnya.
2. Perjanjian pemberian (pembebanan) hipotik. Kreditur bersama debitur atau bank sendiri
berdasarkan Surat Kuasa memasang Hipotek menghadap Pejabat Pendaftar Kapal dan
minta dibuatkan akta Hipotek Kapal. Adapun dokumen yang diperlukan:
• surat Permohonan dengan menyebutkan data kapal dan nilai penjaminan;
• Grosse Akta Pendaftaran Kapal;
• Surat Kuasa Penggantian Hipotek
3. Akta Hipotek didafatarkan dalam buku daftar. Saat selesainya pendafataran maka hak
Pemegang Hipotek lahir
4. Untuk pendaftaran hipotek juga melalui ke syahbandar.

2. Bagaimana mekanisme eksekusi jaminan hipotik?


Jawaban:
Dengan mengajukan permintaan/permohonan eksekusi ke pengadilan. Sebab, sertifikat
hipotek kapal memiliki titel eksekutorial (irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa, red). Bila debitur cedera janji, maka pemegang hipotek dapat langsung

2
meminta fiat eksekusi kepada Ketua PN setempat melalui empat tahapan. Pertama, atas
permohonan ini pengadilan mengeluarkan aanmaning (surat peringatan). Kedua, penetapan
sita eksekusi. Ketiga, penetapan lelang.

Pertanyaan III (Philips Arnold)

1. Apa pandangan tentang jaminan hipotek dalam prespektif hukum?


Jawaban:
hipotek ini bagian dari jaminan yang di mana merupakan suatu hak kebendaan atas barang
tak bergerak yang dijadikan jaminan dalam pelunasan suatu perikatan. Yang di mana hipotek
itu merupakan perjanjian tambahan yang berarti hak hipotek merupakan hak yang tidak
berdiri sendiri, akan tetapi ada dan hapusnya hipotek bergantung pada perjanjian pokoknya.

Menurut Pasal 1178 ayat 2 KUHPer pemegang hipotik yang pertama mendapat wewenang
untuk menjual lelang benda jaminan di muka umum, apabila jumlah pokok jaminan beserta
bunganya tidak dibayar pada waktunya. Dengan hasil penjualan lelang itu dia mendapatkan
kembali jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya.

Prinsip hukum hipotik kapal laut mengikuti asas hipotik pada umumnya ada 6:
A.Bersifat accesoir
Hipotik merupakan perjanjian accesoir, pada Pasal 315 b Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (“KUHD”). Dan kapal ini bersamaan dengan ketentuan Pasal 1162 KUHPer, yang
menegaskan bahwa perjanjian hipotik merupakan lanjutan dari perjanjian hutang antara
pihak pemberi hipotik dengan pihak pemegang hipotik.

B. Spesialitas
Maksud asas spesialitas, benda objek hipotik harus “pasti dan tertentu”. Penunjukan benda
objek hipotik tidak boleh bersifat umum. Misalnya, tidak boleh hanya menyebut bahwa
hipotik meliputi semua harta kekayaan debitur. Tetapi harus menunjuk dan menyebut secara
pasti benda yang sudah ada dan tertentu. Tertentu dan pasti sifat jenis, ukuran, dan luasnya.

C. Bersifat kebendaan mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun benda itu berada (Pasal
1162 KUHPer jo 315 KUHD).
Maksudnya: hak kebendaan yang terkandung dalam hipotik, bersifat absolut. Itu sebabnya
hak kebendaan yang melekat pada hipotik memiliki karakter “droit de suite”. Hak kebendaan
hipotik tidak bersifat relatif dan personal, yang hanya berlaku terhadap orang tertentu saja.

D. Tidak dapat dibagi (Pasal 1163 KUHPer)


Sering dengan asas spesialitas di atas, suatu barang yang telah diletakkan di atasnya hipotik,
tidak dapat dibagi-bagi (onder baar) berdasar besar kecilnya jumlah hutang yang telah
dibayar. Pokoknya selama hutang belum dilunasi seluruhnya, selama itu hipotik tetap melekat
seutuhnya di atas benda objek hipotik.

E. Tidak dapat dibebankan oleh pemilik barang (1168 KUHPer jo Pasal 315 c KUHD).
Asas ini sepanjang mengenai kapal tidak begitu menimbulkan persoalan. Karena pada
dasarnya kapal hanya dapat didaftarkan oleh pemilik dalam bentuk kepemilikan yang
sebenarnya. Hak sewa kapal sudah jelas bukan merupakan hak yang bersifat memberi hak
kepada penyewa kepal untuk memindahtangankan kapal.

3
F. Jumlah hutang dapat diperhitungkan (Pasal 1176 KUHPer jo Pasal 315 c KUHD).
Asas penyebutan jumlah hutang yang pasti atau dapat diperhitungkan dalam akta hipotik,
diatur dalam Pasal 1176 KUHPer. Dimana pasal ini ditampung oleh Pasal 315 c KUHD, sehingga
asas ini berlaku bagi hipotik kapal.

2. Sudut pandang hukum tentang jaminan hukum?


Jawaban:
Di Indonesia ini jenis jaminan kebendaan ada empat yaitu gadai, hipotek, hak tanggungan dan
fidusia. Dan hipotek ini bagian dari jaminan yang di mana merupakan suatu hak kebendaan
atas barang tak bergerak yang dijadikan jaminan dalam pelunasan suatu perikatan sesuai
dengan ketentuan pada Pasal 1162 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang
di mana hipotek itu merupakan perjanjian tambahan yang berarti hak hipotek merupakan hak
yang tidak berdiri sendiri, akan tetapi ada dan hapusnya hipotek bergantung pada perjanjian
pokoknya.

Dari sisi legalitas, adanya undang-undang yang mengatur hipotek kapal tentunya akan
memberikan kepastian hukum bagi para pihak. Contohnya, bagi pelaku industri perkapapalan
dan bank sebagai lembaga pembiayaan, adanya suatu undang-undang yang mengatur hipotek
atas kapal juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pembiayaan perbankan.

Anda mungkin juga menyukai