Anda di halaman 1dari 10

Unisya Izhari Rinsta Savira

1706027332
Kelas Askum Paralel

Restrukturisasi Utang dan Kredit Sindikasi


1. Apa yang dimaksud dengan Restrukturisasi Utang
Restukturisasi sendiri jika dilihat dari sudut pandang gramatikal berasal dari dua
kata yang merupakan rangkaian satu sama lainnya, yaitu : Re, yang diartikan sebagai
kembali atau ulang, dan struktur yang berarti bentuk atau tata maupun pondasi.1 Jika
digabungkan, maka kedua kata tersebut akan memiliki makna atau arti menata kembali
bentuk atau pondasi yang telah ada menjadi bentuk atau pondasi yang baru. Menurut Iswi
hariyanti (2010:100) “Restrukturasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur
organisasi, manajemen, operasional sistem dan prosedur, keuangan, asset, hutang,
pemegang saham, legal dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Veithal Rivai dan Andria Permata (2006: 517)
“Restructuring ialah upaya penyelamatan dengan melakukan perubahan syarat-
syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit atau melakukan
konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equality perusahaan dan
equity bank yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling dan reconditioning”.
Restrukturisasi utang yang biasa dikenal dengan restrukturasi kredit ialah
merupakan upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur
yang berpotensi mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.2 Restrukturasi
terpaksa dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar dan menjaga agar
piutang dapat tetap ditagih dan selesai.3 Menurut Rachmat Fridaus (2009: 165)
mengemukakan bahwa:
“Restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan dalam kegiatan usahanya
perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya”
Restrukturisasi utang didefinisikan sebagai sebuah transaksi dimana kontrak utang
yang sudah ada digantikan oleh kontrak utang baru dengan pengurangan pada ketentuan
bunga atau pokok pembayaran, atau perpanjangan jatuh tempo, atau merubah utang
menjadi saham biasa, atau merubah sekuritas konversi menjadi saham biasa (Hotchkiss,
Josh, Mooradian, & Thorburn, 2008). Restrukturisasi utang dapat dilakukan melalui jalur
pengadilan maupun di luar pengadilan (Hotchkiss et al., 2008). Restrukturisasi utang
akan memberikan kelonggaran pada perusahaan untuk memenuhi kewajibannya,

1
Peter Salim dan Yani Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press,
1991), hal. 876
2
Otoritas Jasa Keuangan, Apa Yang Dimaksud Dengan Restrukturisasi Kredit,
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/321 diakses pada 03 Oktober 2020
3
Sigit P Nugroho, Restrukturasi Utang dengan Pola Konversi Piutang Menjadi Saham: Studi Kasus PT.
Sekar Laut Tbk Vs. PT. Bank BNI Tbk, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-1/20269717-T37177-Sigit%20P
%20Nugroho.pdf, diakses pada 03 Oktober 2020.
sehingga secara tidak langsung akan memberikan ruang bagi perusahaan untuk
mengalokasikan dananya pada operasional perusahaan terlebih dahulu. Hal tersebut
diharapkan akan berdampak secara tidak langsung pada kinerja keuangan perusahaan
berupa adanya perbedaan signifikan kinerja keuangan perusahaan pada periode sebelum
dan setelah restrukturisasi utang dilakukan.
Pula restrukturisasi utang atau Debts Restructing ialah merupakan bentuk
restrukturisasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalan rangka memperbaiki kondisi
keuangan dengan cara mengatur kembali utang-utangnya dengan mengajukan syarat-
syarat dan kondisi yang disepakati oleh kedua belah pihak. Restrukturisasi utang
dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada debitur yang memenuhi
ketentuan, agar debitur dapat melunasi utang-utangnya kepada para kreditur, dengan cara
memberikan tenggang waktu pelunasan pembayaran utangnya atau memberikan
syarat0syarat dan kondisi baru kepada debitur, dengan demikian kreditur dapat
memperoleh pelunasan atas tagihannya. Perusahaan yang melakukan restrukturisasi utang
tentunya perusahan tersebut dalam situasi ketidakmampuan dalam melunasi kewajiban
baik utang pokok maupun bung apinjamannya yang jatuh tempo atau dapat disebut
kesulitan keuangan (financial distress). Financial Distress adalah suatu proses jangka
Panjang dan mempunyai akibat terhadap struktur modal, kebijakan investasi dan kinerja
dari perusahaan walaupuns etelah mereka melakukan restrukturisasi (Kahl-2022).4
Metode restrukturisasi utang yang memberikan kemudahan bagi pihak perusahaan
untuk menyelesaikan kewajibannya secara tidak langsung akan memberikan ruang bagi
perusahaan untuk mengalokasikan dananya pada operasional perusahan terlebih dahulu.
Hal tersebut diharapkan akan berdampak secara tidak langsung pada kinerja keuangan
perusahaan. Dampak pada kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari ada atau
tidaknya perbedaan signifikan kinerja keuangan pada periode sebelum dan setelah
restrukturisasi utang dilakukan.5
Restrukturisasi kredit tujuannya adalah upaya yang dilakukan Bank untuk
memperbaiki kulitas portepel perkreditan disatu sisi dan mengupayakan pemulihan
kegiatan usaha debitur, sehingga diharapkan mampu memenuhi kewajibannya kembali.
Bank melakukan restrukturisasi kredit atas Debitur yang masih memiliki prospek usaha
dan kemampuan membayar. Kredit yang akan direstrukturisasi harus dianalisis
berdasarkan prospek usaha dan kemampuan bayar sesuai dengan proyeksi arus kas dan
dilakukan oleh konsultan atau tenaga ahli yang independen. Restrukturisasi kredit dapat
disebut upaya reaktif atau preventip. Sebagai upaya reaktip apabila dilakukan bagi kredit
yang telah mengalami kesulitan pembayaran pokok/bunga. Sedangkan upaya preventip
merupakan upaya yang dilakukan apabila kredit masih tergolong lancar namun
diperkirakan akan mengalami kesulitan pembayaran angsuran pokok/bunga.6
4
Yulazri, Analisis Pengaruh restrukturisasi Hutang Terhadap return Saham Pada Perusahaan Go Public
di Bursa Efek Jakarta yang Melakukan Restrukturisasi pada Tahun 2003, Jurnal Ekonomi Vol. 8 No. 2, November
2017.
5
Dhilla Ade Rudiana, Lintang Venusit, Dampak Resturkturisasi Utang Pada Kinerja Keuangan
Perusahaan, https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-akuntansi/article/viewFile/27004/24716 diakses
pada 05 Oktober 2020
6
Yulazri, Analisis Pengaruh restrukturisasi Hutang Terhadap return Saham Pada Perusahaan Go Public
di Bursa Efek Jakarta yang Melakukan Restrukturisasi pada Tahun 2003, Jurnal Ekonomi Vol. 8 No. 2, November
2017.
Restrukturasi utang/ kredit adalah termionologi keuangan yang banyak digunakan
dalam perbankan, yang artinya adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan
perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. 7
Kebijakan restukturisasi kredit yang dilakukan pihak bank antara lain melalui:
i. Penurunan suku bunga kredit;
ii. Perpanjangan jangka waktu kredit;
iii. Pengurungan tunggukan bunga kredit;
iv. Pengurangan tunggakan pokok kredit;
v. Penambahan fasilitas kredit; dan atau
vi. Konversi kredit penyertaan modal sementara.8
Kebijakan tersebut ditindak lanjuti ke dalam 7 skim restrukturisasi sebagai
berikut:
1. Reschedulling, Reconditioning, dan Restructuring;
2. Interest Ballon Payment (PBP);
3. Penyertaan Sementara Bank (PSB);
4. Pengelola Assets;
5. Penjualan Assets;
6. Dikson Penyelesaian Pinjaman.
7. Kepailitan.9
Adapun kita harus mengetahui pengertian kredit sendiri dalam perundang-
undangan di Indonesia yaitu berdasarkan pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ialah:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.10
Sedangkan ketentuan Pasal 7 c Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, menerangkan
bahwa:
“Bank umum dapat melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kreditat atau kegagalan pembiayaan berdasarkan

7
Sigit P Nugroho, Restrukturasi Utang dengan Pola Konversi Piutang Menjadi Saham: Studi Kasus PT.
Sekar Laut Tbk Vs. PT. Bank BNI Tbk, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-1/20269717-T37177-Sigit%20P
%20Nugroho.pdf, diakses pada 03 Oktober 2020.
8
Otoritas Jasa Keuangan, Apa Yang Dimaksud Dengan Restrukturisasi Kredit,
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/321 diakses pada 03 Oktober 2020
9
Yulazri, Analisis Pengaruh restrukturisasi Hutang Terhadap return Saham Pada Perusahaan Go Public
di Bursa Efek Jakarta yang Melakukan Restrukturisasi pada Tahun 2003, Jurnal Ekonomi Vol. 8 No. 2, November
2017.
10
Indonesia, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, pasal 1
prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.11
Berdasarkan Surat Edaran bank Indonesia No. 26/4/1993 tanggal 29 mei 1993
yaitu tentang pengaturan penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui
Lembaga hukum. Ada beberapa pola yang lazim dalam persetujuan restrukturisasi
utangyang dilakukan oleh kreditur dan debiturnya. Adapun pola penyelesaian utang
tersebut antara lain:
1. Penjadwalan Kembali (rescheduling)
Penjadwalan kembali merupakan perubahan jangka waktunya. Dengan
penjadwalan kembali pelunasan kredit, bank memberikan kelonggaran kepada
debitur untuk membayar utangnya yang telah jatuh tempo, dengan jalan
menunda tanggal jatuh tempo tersebut. Apabila pelunasan kredit dilakukan
dengn cara mengangsur, dapat juga bank menyusun jadwal baru angsuran
kredit untuk meringankan kewaiban debitur dalam melaksanakannya. Jumlah
pembayaran kembali tiap angsuran dapat diselesaikan dengan perkembangan
likuiditas keduangan (cah ending balance) debitur tiap akhir tahapan masa
proyeksi arus kas.
Dengan demikian diharapkan debitur mampu melunasi kredit yang
tertunggak tanpa haru smengorbankan kelancraan operasi bisnis perusahaan
mereka. Upaya penyelamatan dengan jalan penjadwalan kembali pelunasan
kredit terutama dilakukan apabila debitur tidak dapat melunasi pembayaran
kredit atau angsuran kreidt yang telah jatuh tempo, namun dari hasil evaluasi
bank mengetahui bahwa proyek kondisi keuangan debutur di masa depan
tidak mengkhawatirkan, dengan perkataan lain, likuiditas keuangan yang
dihadapi debitur sifatnya hanya sementara 12
2. Persyaratan Kembali (reconditioning)
Persyaratan kembali merupakan perubahan sebagian atau seluruh syarat
peranjian kredit, yang tidak terbatas pada perubahan sebagian atau seluruh
syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka
waktu, dan/ atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut
penambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian
kredit menjadi equity perusahaan.13 Berbagai cara mengubah persyaratan
adalah sebagai berikut:14
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok;
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal ini
dimaksudkan hanya untuk bunga yang dapat ditunda pembyaarannya
sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa;
c. Penurunan suku bunga. Hal ini dilakukan untuk lebih meringankan beban
nasabah. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran
11
`Ibid
12
Sigit P Nugroho, Restrukturasi Utang dengan Pola Konversi Piutang Menjadi Saham: Studi Kasus PT.
Sekar Laut Tbk Vs. PT. Bank BNI Tbk, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-1/20269717-T37177-Sigit%20P
%20Nugroho.pdf, diakses pada 03 Oktober 2020.
13
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, edisi revisi cet. 5, Jakarta Kencana, 2008
14
Dr. Johanes Ibrahim, S.H., M.H., Cross Default & Cross Collateral, Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit
Macet, cet. 1 April 2004, OT Refika Aditama, bandung, hlm. 109
yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu
meringankan nasabah;
d. Pembebasan bunga;
e. Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan
pertimbangan nasabah sudah mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan
tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membyaar pokok
pinjamannya sampai lunas.
3. Penataan kembali (restructuring)
Penataan kembali ialah yang persyaratan kredit yang meliputi:
a. Penambahan dana bank dan/ atau;
b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga mejadi pokok kredit
baru; dan/ atau
c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam
perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan/ atau
persyaratan kembali.
Tujuan utama dari penataan kembali persyaratan kredit ialah untuk
memperkuat posisi tawar menawar bank dengan debitur dengan cara
mengubah syarat pengadaan jaminan kredit. Dalam rangka penataan kembali
persyaratan kredit itu, isi perjanjian kredit ditinjau kembali dan bila perlu
ditambah atau dikurangi. Upaya penyelematan kredit ini biasanya dilakukan
seiring dengan upaya penjadwalan kembali pelunasan kredit.
Dalam hal kredit yang macte tersebut tidak mungkin diselamatkan
menjadi lancer kembali melalui upaya-upaya penyelamatan kredit, maka bank
akan melakukan tindakan-tindakan penyelesaian atau penagihan terhadap
kredit macet tersebut. Penyelesaian atau penagihan kreidt tersebyt dapat
dilakukan dengan cara menagih langsung kepada debitur atau penjamin utang
atau dapat pula dengan cara mengeksekusi agunan yang dijadikan jaminan. 15
Sedangkan Munir Faudy menyatakan bahwa biasnaya program-program
restrukturisasi utang terdiri dari:
i. Moratorium, yakni merupakan penundaan pembayaran yang sudah
jatuh tempo;
ii. Haircut, merupakan pemotongan/ pengurangan pokok pinjaman
dan bunga;
iii. Pengurangan tingkat suku bunga;
iv. Perpanjangan jangka waktu pelunasan;
v. Konversi utang kepada saham;
vi. Debt Forgiveness (Pembebasan Utang);
vii. Bailout, yaitu pengambilalihan utang-utang, misalnya
pengambilalihan utang-utang swasta oleh pemerintah;
viii. Write Off, yakni penghapusanbukuan utang-utang.16

15
Sigit P Nugroho, Restrukturasi Utang dengan Pola Konversi Piutang Menjadi Saham: Studi Kasus PT.
Sekar Laut Tbk Vs. PT. Bank BNI Tbk, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-1/20269717-T37177-Sigit%20P
%20Nugroho.pdf, diakses pada 03 Oktober 2020.
16
Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 150
2. Apa yang dimaksud dengan Kredit Sindikasi
Fungsi utama bank sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang
Perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Kredit sindikasi
merupakan salah satu sumber pendapatan dan keuntungan terbesar bagi bank. Disamping
itu, merupakan sumber risiko terbesar pula sehingga perlu dijaga stabilitasnya agar bank
tetap dalam keadaan sehat dan profit. Oleh karena itu, tidak berlebihan dikatakan bahwa
stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit.
Kredit yang diberikan oleh bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola
kredit. Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko. Untuk mengurangi risiko
kerugian dalam pemberian kredit, maka diperlukan jaminan pemberian kredit dalam arti
keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan. Adanya jaminan ini penting harus diperhatikan oleh bank,
maka dalam pasal 8 UU Perbankan ditentukan bahwa dalam memberikan kredit, bank
umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit dengan jaminan
pokok ternyata hanya diberikan kepada pare pengusaha besar, dengan asumsu bahwa
kredibilitas pengusaha besar tidak diragukan, karena pengalaman usaha yang lebih tinggi
dari pada pengusaha kecil atau mungkin ada jaminan tambahan tetapi cukup dengan
jaminan perorangan berupa jaminan penanggungan (borgtoct).17
Tujuan kredit sendiri adalah untuk mengembangkan pembangunan dengan
berdasarkan prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat diperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya maka pada umumnya tujuan kredit secara ekonomis
adalah untuk mendapatkan keuntungan.18Dalam perbankan ada berbagai macam bentuk
usaha bank diantaranya adalah pemberian kredit. Kredit merupakan usaha utama
perbankan (FInansial Depening) yang dalam pelaksanaanya tergantung dari tingkat
kemajuan perbankan. Semakin maju suatu bank, maka semakin besar pula manifestasi
bank tersebut. Kredit berasal dari kata “credere” artinya kepercayaan. Dalam pasal 1
angka 12 UU Perbankan pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan. Kreidt dapat berlaku untuk jangka waktu tertentu. Kredit
dapat pula diberikan dengan ebrbagai syarat keamanan. Ada kredit yang diberikan
dengan tanggungan barang-barang berharga untuk menjamin pembayaran kembali hutang
tersebut oleh kreditur.19

17
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada
Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisonak. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 30
18
Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia, 1990. Hlm. 12-13
19
Soetatwo Hadiwigeno dan Faried Wijaya, Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank Perkembangan Teori
dan Kebijaksanaan Bagian pertama, Jakarta: Tp.,tt. Hlm. 5.
Kredit sindikasi merupakan solusi bagi pembangunan dan proyek-proyek berskala
besar yang membutuhkan dana besar. Besarnya jumlah kredit dan mengingat bisnis
perbankan, khsuusnya perkreditan, mempunyai tingkat risiko (degree of risk) yang cukup
tinggi membuat perbankan menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian (prudential banking
principle) serta memperhatikan asas-asas prekreditan yang sehat dalam menyalurkan
kredit.20
Kredit sindikasi atau “Syndicated Loan” ialah suatu pinjaman yang diberikan oleh
beberapa kreditur sindikasi, yang biassanya terdiri dari bank-bank dan/ atau Lembaga-
lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur, yang biasanya berebntuk badan
hukum untuk membiayai satu atau beberapa proyek (pembangunan Gedung atau pabrik)
milik debitur. Pinjaman tersebut diberikan secara sindikasi mengingat jumlah yang
dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin
dibiayai oleh kreditur tunggal.21
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian kredit sindikasi yakni, pihak
debitur, arranger (bank yang bertugas mempertemukan debitur dengan peserta sindikasi
pula dilakukan penawaran pembiayaan bersama suatu objek kredit kepada satu atau lebih
bank/ lembaga keuangan berdasarkan mandate dari calon debitur. Tugas sebagai arranger
meliputi antara lain:
a. Menyusun skema pembiayaan dan terms & conditions yang akan ditawarkan
bersama dengan calon debitur;
b. Mengundang calon-calon kreditur potensial untuk berpartisipasi dalam
pembiayaan kepada calon debitur;
c. Memfasilitasi forum negosiasi antara calon debitur dan calon rkeditur;
d. Mempersiapkan dokumen-dokumen legal bersama notaris dan legal
counselor;
e. Menyelenggarakan legal meeting;
f. Menyelenggarakan signing ceremony dan publikasi fasilitas kredit sindikasi. 22
Lalu selain pihak arranger ada agent bank yang terdiri atas facility agent (agen
dalam pengurusan administrasi) yakni mewakili para kreditur untuk menyelenggarakan
penatausahaan kredit sindikasi selama jangka waktu kredit sindikasi dalam hal
penatausahaan kredit sindikasi23, security agent (agen jaminan) yakni pula mewakili para
kreditur untuk menyelenggarakan pengikatan, penyimpanan dan pengadministrasian
agunan kredit sindikasi selama jangka waktu kredit sindikasi. Kecuali ditentukan lain
dalam perjanjian kredit sindikasi, secara umum tugas-tugas security agent ialah:
a. Melaksanakan oengikatan agunan kredit atas nama para kreditur;

20
Mohamad Kharis Umardani, Kredit Sindikasi dalam Perspektif Hukum dan Peraturan perbankan (Studi
Pada PT Bank DKI), https://media.neliti.com/media/publications/53650-ID-kredit-sindikasi-dalam-perspektif-
hukum.pdf diakses pada 05 Oktober 2020.
21
Adrian Sutedi, 2012, Tinjauan Yuridis Letter of Credit dan Kredit Sindikasi, Alfabeta, Bandung, h.166.
22
Bank DKI, Kredit Sindikasi, https://bankdki.co.id/id/product-services/commercial-corporate/kredit-
sindikasi diakses pada 05 Oktober 2020.
23
Ibid.
b. Menyimpan asli/ Salinan resmi, dokumen-dokumen kepemilikan agunan dan
pengikatnya;
c. Mengasuransikan secara terus menerus agunan yang dapat diasuransikan
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang disetujui oleh para
kreditur dalam hal debitur lalai mengasuransikan agunan kredit;
d. Menunjuk perusahaan penilai untuk melakukan penilaian terhadap agunan
kredit dan memberikan hasil penilaian tersebut kepada kreditur.24
Pihak selanjutnya adalah bank participant yakni ikut serta menjadi kreditur dalam sindikasi
dengan jumlah tertentu, dengan tugas-tugas meliputi:
a. Mengadministrasikan dan membukukan setiap nota-nota atau transaksi yang diterima dari
agent;
b. Mengadimistrasikan setiap laporan/ informasi yang diterima baik dari agent maupun dari
debitur;
c. Memantau perkembangan usaha debitur sebagai pengawasan dan pengamanan atas dana
yang telah dikeluarkan bank dalam pembiayaan sindikasi;
d. Menagih kewajiban debitur melalui facility agent.25
Selain yang telah dijelaskan diatas adapun pihak-pihak lainnya yaitu escrow agent (agen
pengelola rekening penampungan) serta melibatkan pula notaris dalam pengesahan perjanjian
kredit yang dibuat.26
Kredit sindikasi memiliki dasar hukum terkait yang masuk ke dalam ranah
Hukum Perikatan yang diatur dalam Buku Ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
KUHPer), tetapi definisi mengenai perikatan tidak diatur di dalamnya. Hukum perikatan
merupakan bagian dari hukum harta kekayaan (vermogensrecht) yang mempunyai sistem
terbuka. Sistem terbuka adalah orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada
perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun isinya yang mereka kehendaki, baik
yang diatur dalam undang-undang maupun tidak diatur dalam undang-undang.27
Adapun unsur-unsur penting dari suatu kredit sindikasi yaitu:
a. Kredit sindikasi melibatkan dua atau lebih bank atau Lembaga keuangan;
b. Kredit sindikasi didasarkan pada terms and conditions yang sama bagi semua
anggota sindikasi (similar terms and conditions);
c. Menggunakan satu dokumentasi kredit yang sama (using coomon
documentation);
d. Diadministrasikan oleh agen yang sama (administered by a common agent)
bagi semua bank peserta sindikasi.28

24
Ibid.
25
Ibid.
26
A.A. Mirah Endraswari, I ketut Sudantra, Kredit Sindikasi Sebagai Alternatif Pembiayaan Kredit dalam
Skala Besar, https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/4697/3566 diakses pada 05 Oktober 2020.
27
Mohamad Kharis Umardani, Kredit Sindikasi dalam Perspektif Hukum dan Peraturan perbankan (Studi
Pada PT Bank DKI), https://media.neliti.com/media/publications/53650-ID-kredit-sindikasi-dalam-perspektif-
hukum.pdf diakses pada 05 Oktober 2020.
Adapun proses pemberian kredit sindikasi memiliki 3 (tiga) tahap yang harus
dilalui mulai dari munculnya arranger sampai suatu perjanjian kredit sindikasi
ditandatangani dan akhirnya kredit sindikasi dapat digunakan oleh debitur. Ketiga tahap
tersebut adalah pre-mandate phase, post-mandate phase, dan post-signing phase.29 Pula
adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam pemberian kreidt sindikasi yaitu sebagai
berikut:
a. Prinsip kepercayaan, merupakan kepercayaan kreditur bagi debitur, sekaligus
kepercayaan bahwa debitur akan mengembalikan hutangnya;
b. Prinsip kehati-hatian, merupakan salah satu bentuk konkrit dari prinsip
kepercayaan dalam suatu pemberian kredit;
c. Prinsip 5C meliputi watak (character), modal (capital), kemampuan
(capacity), kondisi ekonomi (condition of economic), dan jaminan
(collateral);
d. Prinsip 7P meliputi personality, party, purpose, prospect, payment,
profitability, dan protection.
e. Prinsip 3R meliputu return, repayment, dan risk bearing ability;
f. Prinsip-prinsip lainnya meliputi prinsip matching, kesamaan valuta,
perbandingan antara pinjaman dengan modal, perbandingan antara pinjaman
dan harta, Good Corporate Governance (CGC), dan batas minimum
Pemberian Kredit (BMPK).30
Dalam setiap permohonan kredit, bank pada umum mensyaratkan adanya jaminan
untuk menanggulangi risiko tidak kembaliny akredit yang diberikan. Dalam hal kredit
sindikasi, jaminan kredit yang digunakan tergantung dari proyek yang idbiayai. Nama
pada umumnya jaminan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan jaminan kredit biasa.
Cara pengikatannya pun hampir sama dengan kredit biasa, hanya ada beberapa
pengikatan yang perlu ditambahkan.31
Pada umumnya dikenal dua macam penjaminan yakni jaminan perorangan dan
jaminan kebendaan. Jaminan perorangan (pribadi) merupakan jaminan yang diberikan
oleh pihak ketiga (guarantee) terhadap orang lain (kreditur) yang menyatakan bahwa
pihak ketiga menjamin pembayaran kembali suatu pinjaman sekiranya yang berhutang
(debitur) tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya terhadap kreditur.
Sedangkan jaminan kebendaan sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 1131
KUH Perdata yang menyebutkan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yangbergerak
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Selanjtnya dalam
28
Sumriyah, Analisis Resiko Dalam kredit Sindikasi Pada Bank Konvensional, Jurnal Yustitia Vol. 19 No.
1 mei 2018
29
Mohamad Kharis Umardani, Kredit Sindikasi dalam Perspektif Hukum dan Peraturan perbankan (Studi
Pada PT Bank DKI), https://media.neliti.com/media/publications/53650-ID-kredit-sindikasi-dalam-perspektif-
hukum.pdf diakses pada 05 Oktober 2020.
30
Sumriyah, Analisis Resiko Dalam kredit Sindikasi Pada Bank Konvensional, Jurnal Yustitia Vol. 19 No.
1 mei 2018
31
M. Bahsan, 2002, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, CV. Rejeki Agung, Jakarta, hlm. 102
pasal 1132 KUH Perdata disebutkan juga bahwa kebendaan seorang debitur, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak dapat dijual secara paksa (lelang eksekusi) dan
perolehan penjualannnya dibagikan kepada kreditur guna melunasi utangnya menurut
besar kecilnya piutang masing-masing kreditur. Untuk pengikatan jaminan kebendaan
tersebut dapat dilakukan sebagaimana telah ditentukan oleh undang-undangyakni melalui
gadai, hipotek, fidusia, maupun hak tanggungan yang selanjutnya dikelola oleh security
agent.32
Pula selain prinsip-prinsip tersebut diatas untuk meminimalkan risiko kreddit
sindikasi ialah dengan asuransi kredit sindikasi. Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjoan antara 2 (dua) pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengingatkan
diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.33
Perusahaan asuransi akan mengadakan perjanjian asuransi yang nanti pada suatu
saat ia melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian, berarti perusahaan/
Lembaga bersedia mengambil alih dan menerima risiko pihak lain dengan siapa ia
mengadakan perjanjian asuransi. Dalam hal ini perusahaan berfungsi sebagai Lembaga
penerima dan pengambil risiko pihak lain. Penerimaan dan pengambilalihan risiko oleh
perusahaan asuransi terhadap nasabahnya tersebut diikuti dengan pembayaran sejumlah
uang yang disebut premi.34

32
A.A. Mirah Endraswari, I ketut Sudantra, Kredit Sindikasi Sebagai Alternatif Pembiayaan Kredit dalam
Skala Besar, https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/4697/3566 diakses pada 05 Oktober 2020.
33
Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Perasuransian, Pasal 1 angka 1
34
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008.
Hlm. 79

Anda mungkin juga menyukai