Anda di halaman 1dari 11

PAPER

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI PERUSAHAAN

Disusun Oleh
Nama : Billy Anggi Yuari Bakar
NIM : 2021330050068
Mata Kuliah : Hukum Perikatan

FAKULTAS HUKUM - KELAS KARYAWAN


UNIVERSITAS JAYABAYA
I. Pendahuluan

Dalam melakukan kegiatan jual beli dilakukan dengan membuat


perjanjian yang mengikat para pihak dalam hal ini, Perjanjian
melahirkan perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak, dengan demikian suatu
kesepakatan berupa perjanjian pada hakikatnya adalah mengikat,
bahkan sesuai dengan Pasal 1338 Ayat 1 KUHPerdata, kesepakatan
ini memiliki kekuatan mengikat sebagai undang-undang bagi para
pihak yang membuatnya.1
Jual beli diatur dalam KUHPerdata Pasal 1457 yang dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu (penjual) mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan,dan pihak yang lain (pembeli) untuk
membayar harta yang telah dijanjikan. Dalam membuat suatu
perjanjian ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjadi
persyaratan menjadi sahnya suatu perjanjian sebagaimana tertuang
di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, antara lain sebagai berikut:

1. Sepakat

2. Cakap

3. Suatu hal tertentu

4. Sebab yang halal

Perjanjian jual beli tidak selamanya sesuai dengan ketentuan


yang diatur oleh Undang-undang, ada debitur yang lalai dalam
memenuhi prestasinya, debitur yang lalai dalam memenuhi prestasinya
disebut dengan wanprestasi, Dalam melakukan perjanjian, sesuatu
yang dilakukan oleh debitur untuk memenuhi kewajibannya disebut
dengan prestasi. Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh
debitur dalam setiap perikatan. Prestasi adalah objek perikatan,
sehingga dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu
disertai jaminan harta kekayaan debitor.Wanprestasi adalah tidak

1 Huala Adolf,2006,Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional,Refika


Aditama,Bandung,hlm.15
memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan
debitur. Wanprestasi atau tidak dipenuhinnya janji dapat terjadi
baik karena disengaja maupun tidak disengaja2

Pengertian jual beli menurut KUHPerdata Pasal 1457 adalah suatu


perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu benda dan pihak lain membayar harga yang telah
dijanjikan. Permasalahan yang timbul dari perjanjian jual beli
perusahaan, bahwa Juliana melakukan perjanjian jual beli dengan
Rohan yaitu membeli perusahaan Rohan, pada saat melakukan
pembayaran, Juiana membayar dengan sistemcicil, yaitu pembayaran
pertama telah dibayar sebesar 1 miliar rupiah dan sisanya dalam
bentuk 3 cek, tetapi cek tersebut tidak bisa dicairkan, ketika
ditagih kembali tetapi Juliana tidak segera melakukan pembayaran,
sikap dari juliana ini termasuk dalam wanprestasi karena lalai
dalam melakukan prestasinya.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
wanprestasi adalah tidak dipenuhinya perjanjian yang dibuat oleh
kedua belah pihak dan salah satu pihak berbuat lalai tidak
melaksanakan kewajiban atau hak yang telah disepakati sebelumnya. 3

Perbuatan lalai tersebut akan menimbulkan masalah baru karena


ada pihak yang merasa dirugikan dan menuntut haknya, dalam hal ini
pihak penjual harus mendapatkan haknya karena ia telah melaksanakan
kewajibannya. Namun, dalam pelaksanaanya sering terjadi
pelanggaran atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
telah diperjanjikan sebelumnya.

II. Aspek Filosofis

Perjanjian jual beli disebut dengan perjanjian timbal balik,atau


disebut dengan perikatan. Perikatan merupakan salah satu hal yang

2Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,Rajawali Pers


,Jakarta, hlm. 74
3 Salim HS,2003,Hukum Kontrak: Teori Dan Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,

Jakarta, hlm.98
sangat penting dan dibutuhkan dalam hubungan-hubungan berbentuk
bisnis, baik untuk menimbulkan hubungan yang baik maupun dalam
penyelesaian hukum mengenai bisnis apabila terjadinya suatu
sengketa dikemudian hari. Pengertian perjanjian diatur pada Pasal
1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dari suatu perjanjian
lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak)
kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya, yang berhak atas
prestasi tersebut.4 Prestasi itu sendiri diatur dalam Pasal 1234
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan
tidak berbuat sesuatu”.

Sebagaimana dalam asas kebebasan berkontrak yang terdapat dalam


Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan asas kebebasan
berkontrak ini, para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian
diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau
perjanjian yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang
prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang
terlarang.5 Jika salah satu pihak tidak melakukan kewajibanya
dengan benar atau lalai dalam melakukan sesuatu dalam perjanjian
maka timbulah wanprestasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau
lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor.6 Tidak
terpenuhinya prestasi yang telah di perbuat membuat salah satu
pihak mengalami suatu kerugian, maka perlu untuk para pihak
menyelesaikan dan melakukan perstasinya dengan rasa tanggung jawab
dalam melakukan perjanjian.

Suatu perjanjian tentunya wajib memuat ketentuan-ketentuan agar


perjanjian tersebut sah berdasarkan hukum perjanjian yang berlaku.
Sebagai suatu perjanjian maka perjanjian pendahuluan pengikatan jual

4 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2014, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.92.
5 Ibid, hlm.46.
6 Salim HS, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,

Jakarta, hlm. 180.


beli rumah harus sesuai dengan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPerdata”) yang memuat syaratsyarat perjanjian, bahwa
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

1). Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


2). Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3). Suatu hal tertentu
4). Suatu sebab yang halal

Syarat perjanjian yang berlaku umum tetapi diatur diluar Pasal 1320
KUHPerdata :

1). Perjanjian harus dilakukan dengan iktikad baik, artinya kedua


belah pihak yang melakukan perjanjian harus melaksanakan isi
perjanjian itu dengan sukarela dan tanpa paksaan, serta dengan
iktikad yang benar-benar mau melaksanakan isi perjanjian yang
disepakati
2). Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang
berlaku, artinya isi dari perjanjian tidak dibenarkan bertentangan
dengan kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, tidak
boleh bertentangan dengan kondisi yang ada dalam masyarakat.
3). Perjanjian harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan, artinya
perjanjian yang telah disepakati harus mengikuti asas yang tidak
bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, tidak
boleh melanggar hak-hak masyarakat.
4). Perjanjian tidak boleh melanggar kepentingan umum, artinya kontrak
yang dibuat tersebut tidak dibenarkan bertentangan dengan
kepentingan yang ada dalam masyarakat, tidak boleh menimbulkan
kerugian dalam masyarakat.7

Hubungan perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu


menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di
sampingnya sumbersumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan
persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.
Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua

7 Munir Fuady, 2002, Pengantar Hukum Bisnis,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
hlm.16
orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan
perikatan yang lahir dari undang-undang diadakan oleh Undang-Undang
di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang
mengadakan suatu perjanjian, maka mereka bermaksud supaya antara
mereka berlaku suatu perikatan hukum8

Di dalam hukum perikatan, semua orang dapat melakukan perikatan


yang bersumber dari perjanjian, perjanjian ini dalam bentuk apapun
atau bagaimanapun baik itu yang diatur dalam undang-undang ataupun
tidak, inilah yang biasa disebut kebebasan berkontrak. Suatu
perjanjian tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan
didalamnya melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya
persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan atau undang-
undang. Syarat-syarat yang diperjanjikan menurut kebiasaan, harus
dianggap telah termasuk dalam suatu persetujuan, walaupun tidak
dengan tegas diatur dalam perjanjian tersebut.Adapun sumber
perikatan yang tercantum dalam buku III KUH Perdata atauBW dalam
pasal 1233 adalah Perjanjian (persetujuan) dan Undang-Undang.

III. Aspek Teoritis Hukum


Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi
buruk, wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah
disepakati dalam perikatan.9 Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243
KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: “penggantian biaya, rugi dan
bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuatnya,
hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya”
Dalam melakukan perjanjian, sesuatu yang dilakukan oleh debitur
untuk memenuhi kewajibannya disebut dengan prestasi. Prestasi

8 Subekti, 1990, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta, hlm.1


9 Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta,hlm. 45
adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap
perikatan. Prestasi adalah objek perikatan, sehingga dalam hukum
perdatakewajiban memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta
kekayaan debitor. Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata dinyatakan bahwa
harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yangakan ada, menjadi jaminan
pemenuhan utangnya terhadap kreditur. Namun, jaminan umum tersebut
dapat dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang
ditetapkan dalam perjanjian antarpihak10
Untuk menentukan apakah seorang debitor bersalah melakukan
wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitor
dikatakan sengajaatau lalai tidak memenuhi prestasi. Menurut Pasal
1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang
menyerahkan sesuatu,melakukan sesuatu, dan tidak melakukan
sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi apabila seseorang:
1). Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2). Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan
3). Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4). Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya

Terdapat beberapa pandangan menurut para ahli tentang


pengertian wanprestasi,diantaranya

a). Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH


Wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum
perjanjian, berartisuatu hal yang harus dilaksanakan sebagai
isi dari suatu perjanjian. Barangkalidaslam bahasa Indonesia
dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan
ketiadaan pelaksanaannya janji untuk wanprestasi”11
b). H. Mariam Darus Badrulzaman SH.

10 Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung,hlm. 239
11 Wirjono Prodjodikoro, 1981, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung,

hlm. 17
Mariam Darus Badrulzaman SH mengatakan bahwa apabila debitur
“karenakesalahannya” tidak melaksanakan apa yang
diperjanjikan, maka debitur itu wanprestasi atau cidera janji.
Kata karena salahnya sangat penting, oleh karenadabitur tidak
melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan
karenasalahnya12

Unsur dari wanprestasi yaitu :

1). Adanya perjanjian yang sah


2). Adanya kesalahan
3). Adanya kerugian
4). Adanya sanksi (ganti rugi,pembatalan perjanjian, peralihan
risiko, dan membayar biaya perkara

Menurut Sri Soedewi Masyehoen Sofwan, debitur dinyatakan


wanprestasi apabila memenuhi 3 (tiga) unsur, yaitu:

1). Perbuatan yang dilakukan debitur tersebut dalam disesalkan.


2). Akibatnya dapat diduga lebih dahulu baik dalam arti yang
objektif yaitu orang yang normal dapat menduga bahwa keadaan itu
akan timbul. Maupun dalam arti yang subjektif, yaitu sebagai
orang yang ahli dapat menduga keadaan demikian akan timbul.
3). Dapat diminta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya,
artinya bukan orang gila atau lemah ingatan

Praktek hukum perikatan di dalam masyarakat, untuk menentukan sejak


kapan seorang debitur wanprestasi terkadang tidak selalu mudah, karena
kapan debitur harus memenuhi prestasi tidak tidak selalu ditentukan
dalam perjanjian. Dalam perjanjian jual beli, sesuatu barang, mislnya,
tidak ditetapkan kapan penjual harusmenyerahkan barang yang dijualnya
kepada pembeli, dan kapan pembeli harusmembayar harga barang yang
dibelinya kepada penjual13

13 Riduan Syahrani, 2013, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,
Bandung,hlm.218
Kesengajaan maupun lalai, kedua hal tersebut menimbulkan akibat
yang berbeda, akibat akibat adanya kesengajaan, debitur harus lebih
banyak mengganti kerugian dari pada akibat adanya kelalaian. Surat
peringatan yang menyatakan debitur telah melakukan wanprestasi disebut
dengan somasi. Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari
kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur
menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu
seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu

IV. Analisis Hukum Pribadi


Posisi kasus :
Sdri Juliana Maharani berkeinginan membeli perusahan PT. Mitra
Bukit Sentul milik Rakan Mahardika. Keduanya kemudian menyepakati
harga perusahaan tersebut sebesar 7,5 miliar rupiah. Lalu, kedua belah
pihak itu mendatangi notaris kemudian membuat akta jual beli
perusahaan. Di dalam akta tersebut, ada pernyataan kesepakatan jual
beli, harga yang disepakati serta cara pembayarannya.
Pada kasus tersebut sdri Juliana melakukan pembayaran dua kali
bentuk pembayaran, yaitu pembayaran pertama dibayar sebanyak 1 miliar
Rupiah, lalu sisanya 6,6 miliar yang dibayar dalam bentuk tiga lembar
cek, masing-masing cek tersebut senilai 1,5 miliar, 2,5 miliar, dan
2,5 miliar rupiah, akan tetapi cek yang diberikan Sdri Juliana tidak
daoat di cairkan, ketika Rakan Mahardika menagih sisa pembayaran
tersebut tetapi pembayaran tidak segera dilakukan oleh Sdri
Juliana,dalam posisi kasus ini bahwa Juliana melakukan wanprestasi
karena juliana tidak memenuhi prestasinya yakini memberikan cek yang
tidak bisa dicarikan dan ketika tagih ulang Juliana tidak segera
melakukan pembayarannya, apabila telah melakukan perjanjian maka
perjanjian tersebut bersifat mengikat kedua belah pihak, rakan telah
melakukan somasi terhadap Sdri Juliana berupa penagihan ulang tetapi
Sdri Juliana tidak segera melakukan prestasinya.
Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah
seseorang yang menyerahkan sesuatu,melakukan sesuatu, dan tidak
melakukan sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi apabila seseorang:
1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
Bahwa Juliana tidak segera melakukan pembayaran
2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan
Pada saat melakukan perjanjian kedua belah pihak telah sepakat
dengan harga yang telah ditentukan, tetapi Juliana selaku pembeli
tidak segera melakukan sisa pembayaran tersebut
V. Kesimpulan
Hubungan perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu
menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di
sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan
persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.
Perikatan yang lahir dari perjanjian,apabila salah satu pihak lalai
dalam melakukan prestasinya maka ini dinamakan wanprestasi,
wanprestasi lalainya melakukan prestasi sala satu pihak pihak yang
telah sepakat dalam perjanjian.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,


Bandung.

Ahmadi Miru, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,Rajawali Pers


,Jakarta.

Huala Adolf,2006,Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional,Refika


Aditama,Bandung.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2014, Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Munir Fuady, 2002, Pengantar Hukum Bisnis,PT. Citra Aditya Bakti,Bandung

Riduan Syahrani, 2013, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,
Bandung.

Salim HS,2003,Hukum Kontrak: Teori Dan Penyusunan Kontrak, Sinar


Grafika, Jakarta.

Salim HS, 2011, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta.

Subekti, 1990, Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta.

Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta.

Wirjono Prodjodikoro, 1981, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai