Disusun oleh :
ANNISA ADJI INDAH SARI
19.C1.0114
III. KESEPAKATAN
1. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bersepakat untuk
mengakhiri perkara tersebut dengan memberi beban kewajiban
pada PIHAK KEDUA untuk membayar uang ganti rugi sebesar
Rp 950.000.000,- (sembilan ratus lima puluh juta rupiah);
2. PIHAK KEDUA akan melakukan pengobatan dan perawatan
kepada pasien dan semua biaya untuk itu akan ditanggung oleh
PIHAK KEDUA sampai akhirnya pasien (Ny. Rusminah)
memperoleh kembali kesadarannya atau meninggal dunia.
IV. ANALISA HUKUM TERHADAP SUATU KASUS TRANSAKSI
HUKUM
- RS MATARAM yang berlokasi di Jl. Majapahit No. 47 Semarang,
didirikan oleh perseroan terbatas bernama PT PUTRA
MATARAM, berkantor di Jl. Siliwangi No. 127 Semarang;
- Pada tanggal 10 Agustus 2019, oleh PURWOATMOJO, S.H.,
MH.Adv., pengacara, berkantor di Jl. Kepodang No. 21
Semarang, selaku kuasa hukum keluarga pasien penderita coma
bernama NY. RUSMINAH, S.Pd., guru, usia 41 tahun, bertempat
tinggal di Desa Bangunrejo RT.005 RW.007, Kecamatan
Patebon, Kabupaten Kendal, telah dilayangkan sommatie
(somasi) kepada Direksi RS MATARAM;
- Coma yang diderita NY. RUSMINAH tersebut merupakan ikutan
dari penanganan kasus operasi histerektomi (pengangkatan
rahim) yang dilakukan oleh dr. TURMUDI, Sp.OG(K), Msi.Med,
salah seorang dokter mitra R.S. MATARAM, bertempat tinggal di
Jln. Bima Raya No. 7 Semarang.
- Dengan somasi (peringatan) tersebut R.S. MATARAM telah
dinyatakan lalai, hingga membawa akibat Ny. RUSMINAH
menderita coma; dan karena itu R.S. MATARAM diwajibkan
memberi “ganti rugi” sebesar Rp.2.000.000.000,00 (dua milliar
rupiah) kepada keluarga pasien.
- Seluruh anggota Direksi R.S. MATARAM dan seluruh anggota
Komite Medis, secara umum dapat menyetujui tentang rencana
pemberian “ganti rugi” kepada keluarga pasien, tetapi tidak
sebesar yang dituntut oleh keluarga pasien itu.
- Setelah melalui proses mediasi dengan perantaraan Drs.
UNTORO, S.H, MH.Kes, mediator bersertifikat, bertempat
tinggal di Jln. Pawiyatan Luhur IV No. 1 Semarang, dapat
dicapai kesepakatan untuk mengakhiri kasus tersebut melalui
perdamaian di luar pengadilan dengan memberi beban
kewajiban pada R.S. MATARAM untuk membayar “ganti rugi”
sejumlah Rp.950.000.000,00 (sembilanratus limapuluh juta
rupiah), serta melakukan pengobatan dan perawatan—yang
semua beaya untuk itu wajib ditanggung sepenuhnya oleh R.S.
MATARAM—kepada Ny. RUSMINAH, sampai dengan
kemungkinan ia memperoleh kembali kesadarannya atau
meninggal dunia.
- Pihak Rumah Sakit Mataram dinyatakan telah lalai dalam
melakukan operasi histerektomi (pengangkatan rahim). Operasi
tersebut dilakukan oleh Dr. Turmadi, Sp.OG(K), Msi.Med yang
merupakan seorang dokter mitra dari Rumah Sakit Mataram.
Ditinjau dari Pasal 201 Undang-Undang Kesehatan jo Pasal 68
Undang-Undang Rumah Sakit, hal ini mengatur selain tindak
pidana dan denda bagi pengurusnya, korporasi dapat
dikenakan denda berupa tiga kali pidana denda untuk orang.
Tidak berhenti pada hal tersebut, sanksi dengan pidana
tambahan berupa sanksi administatif bagi Korporasi. Hal itu
dapat berupa pencabutan ijin usaha/badan hukum oleh pejabat
yang berwenang, dan dalam melakukan pencabutan tersebut
biasanya dilakukan oleh PTUN.
- Dalam kasus ini, Purwoatmojo, S.H, MH. Selaku advokat dan
kuasa hukum dari Ny. Rusminah selaku pasien melayangkan
somasi kepada Direksi Rumah Sakit Mataram yang didirikan
oleh Perseroan Terbatas (PT. Putra Mataram) karena dianggap
lalai dan menyebabkan seorang pasien menderita koma.
Rumah Sakit Mataram dituntut memberikan ganti rugi senilai
Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) kepada keluarga Ny.
Rusminah, kemudian pihak rumah sakit melakukan negosiasi
dengan tujuan jumlah uang ganti rugi yang akan diberikan tidak
sebesar yang diajukan pihak keluarga pasien.
- Dengan adanya kasus tersebut, pihak Rumah Sakit Mataram
merasa lebih efisien apabila kasus tersebut diselesaikan
dengan mekanisme mediasi. Hal ini tidak bertentangan dengan
aturan hukum dan dapat dinyatakan sah apabila suatu
permasalahan hukum diselesaikan dengan jalur hukum lain
atau litigasi, misalnya dalam masalah perdata diselesaikan
dengan ganti rugi. Dalam Pasal 46 Undang-Undang Rumah
Sakit menegaskan bahwa rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaiannya dari pihak Rumah Sakit. Solusi ini merupakan hal
yang dapat dilakukan apabila terjadi suatu kelalaian. Mediasi
yang dilakukan oleh Drs. Untoro, S.H, MH.Kes, pun berakhir
dengan keputusan bahwa Rumah Sakit Mataram membayar
biaya ganti rugi kepada keluarga pasien senilai
Rp.950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah),
serta menanggung seluruh biaya pengobatan dan perawatan
yang timbul.
Para Pihak :
1) Nama : Dr. dr. Lukmana, Sp.PD (K)
Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 1 Januari 1970
Alamat : Jalan Guntur III Nomor 12, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3379280101700001.
-Menurut keterangannya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
PT. Putra Mataram berdasarkan Keputusan Direksi PT. Putra Mataram
tanggal 10 Oktober 2012 Nomor : 078/Dir/PM/X/12 dalam jabatannya
selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mataram berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT. Putra Mataram Nomor : 043/Dir/PM/VIII/19 tentang
Pengangkatan Anggota Direksi Rumah Sakit Mataram Untuk Masa Bakti
Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2024 tertanggal 25 Agustus 2019
-Selanjutnya disebut sebagai “Pihak Pertama/Tergugat”
2) Nama : Purwoatmojo, S.H, MH.Adv
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 25 Maret 1977
Alamat : Jalan Kepodang Nomor 21, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3321420912890001.
-Menurut keterangannya selaku Kuasa Hukum Ny. Rusminah, S.Pd yang
bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat dibawah
tangan bermeterai cukup, 10-8-2019 (sepuluh Agustus dua ribu sembilan
belas) untuk dan atas nama serta sah mewakili Ny. Rusminah, S.Pd.
-Selanjutnya disebut sebagai “Pihak Kedua/Penggugat”
I. Dasar Hukum :
a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa;
b. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.01.02/Menkes/10.3/2018
Tentang Perpanjangan Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Mataram
pada tanggal 10 Agustus 2018;
d. Keputusan Direksi PT. Putra Mataram tanggal 10 Oktober 2012 Nomor
: 078/Dir/PM/X/12;
e. Pasal 12 Anggaran Dasar PT. Putra Mataram dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT);
Pada hari ini Sabtu tanggal 17-8-2019 (tujuh belas Agustus dua ribu sembilan
belas), yang bertanda tangan dibawah ini:
1) Nama : Purwoatmojo, S.H, MH.Adv
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 25 Maret 1977
Alamat : Jalan Kepodang Nomor 21, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3321420912890001.
-Menurut keterangannya selaku Kuasa Hukum Ny. Rusminah, S.Pd yang
bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat dibawah
tangan bermeterai cukup, 10-8-2019 (sepuluh Agustus dua ribu sembilan
belas) untuk dan atas nama serta sah mewakili Ny. Rusminah, S.Pd.
-Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat dan setuju
untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian Perdamaian dengan syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
PASAL 1
Pasal 3
1. Apabila sampai pada tanggal 24 Oktober 2019 tidak dilakukan sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka Akta Perdamaian
ini dianggap tidak berlaku dan Penggugat dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan.
Pasal 4
1. PIHAK KEDUA dengan ini mengikatkan diri untuk tidak saling mengajukan
tuntutan hukum apapun satu sama lain selama akta perdamaian ini berlaku
dan para pihak tidak melakukan wanprestasi.
Pasal 5
1. Dengan adanya akta perdamaian ini pihak-pihak telah mengakhiri semua
perselisihan dan perkara atas keadaan Ny. Rusminah.
Demikian Akta Perdamaian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak untuk
penyelesaian secara damai atas perkara malpraktik Ny. Rusminah.