Anda di halaman 1dari 14

TUGAS METODE & TEKNIK PEMBUATAN AKTA KONTRAK

KASUS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK

Disusun oleh :
ANNISA ADJI INDAH SARI
19.C1.0114

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
I. RINGKASAN KASUS
Rumah Sakit Mataram yang didirikan oleh PT. Putra Mataram
mendapatkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.02/Menkes/10.3/2018 tanggal 10 Agustus 2018 yang
berisikan bahwa RS Mataram memperoleh kembali perpanjangan
izin Operasional Tetap. Lalu, pada tanggal 10 Agustus 2019, kuasa
hukum dari keluarga Ny. Rusminah, yaitu Purwoatmojo, S.H., M.H.,
Adv, telah melayangkan somasi kepada Direksi RS Mataram dengan
alasan bahwa Ny. Rusminah telah mengalami koma akibat
penanganan operasi histerektomi (pengangkatan rahim) yang
dilaksanakan oleh dr.Turmadi, Sp.OG(K),., Msi.Med. Dengan
adanya somasi tersebut, Rumah Sakit Mataram dianggap telah lalai
dalam menangani pasien sampai pasien menderita koma. Karena
itulah Rumah Sakit Mataram diwajibkan membayar ganti rugi
sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) kepada keluarga
pasien. Namun, dari pihak RS Mataram tidak ingin membayar
sebesar apa yang dituntut keluarga pasien.

II. KEINGINAN PARA PIHAK


1. PIHAK PERTAMA
Pihak Pertama meminta Rumah Sakit Mataram memberikan
uang ganti rugi sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah);
2. PIHAK KEDUA
Pihak Kedua menyetujui tentang rencana pemberian uang ganti
rugi kepada keluarga pasien, tetapi tidak sebesar yang dituntut
oleh keluarga pasien tersebut.

III. KESEPAKATAN
1. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bersepakat untuk
mengakhiri perkara tersebut dengan memberi beban kewajiban
pada PIHAK KEDUA untuk membayar uang ganti rugi sebesar
Rp 950.000.000,- (sembilan ratus lima puluh juta rupiah);
2. PIHAK KEDUA akan melakukan pengobatan dan perawatan
kepada pasien dan semua biaya untuk itu akan ditanggung oleh
PIHAK KEDUA sampai akhirnya pasien (Ny. Rusminah)
memperoleh kembali kesadarannya atau meninggal dunia.
IV. ANALISA HUKUM TERHADAP SUATU KASUS TRANSAKSI
HUKUM
- RS MATARAM yang berlokasi di Jl. Majapahit No. 47 Semarang,
didirikan oleh perseroan terbatas bernama PT PUTRA
MATARAM, berkantor di Jl. Siliwangi No. 127 Semarang;
- Pada tanggal 10 Agustus 2019, oleh PURWOATMOJO, S.H.,
MH.Adv., pengacara, berkantor di Jl. Kepodang No. 21
Semarang, selaku kuasa hukum keluarga pasien penderita coma
bernama NY. RUSMINAH, S.Pd., guru, usia 41 tahun, bertempat
tinggal di Desa Bangunrejo RT.005 RW.007, Kecamatan
Patebon, Kabupaten Kendal, telah dilayangkan sommatie
(somasi) kepada Direksi RS MATARAM;
- Coma yang diderita NY. RUSMINAH tersebut merupakan ikutan
dari penanganan kasus operasi histerektomi (pengangkatan
rahim) yang dilakukan oleh dr. TURMUDI, Sp.OG(K), Msi.Med,
salah seorang dokter mitra R.S. MATARAM, bertempat tinggal di
Jln. Bima Raya No. 7 Semarang.
- Dengan somasi (peringatan) tersebut R.S. MATARAM telah
dinyatakan lalai, hingga membawa akibat Ny. RUSMINAH
menderita coma; dan karena itu R.S. MATARAM diwajibkan
memberi “ganti rugi” sebesar Rp.2.000.000.000,00 (dua milliar
rupiah) kepada keluarga pasien.
- Seluruh anggota Direksi R.S. MATARAM dan seluruh anggota
Komite Medis, secara umum dapat menyetujui tentang rencana
pemberian “ganti rugi” kepada keluarga pasien, tetapi tidak
sebesar yang dituntut oleh keluarga pasien itu.
- Setelah melalui proses mediasi dengan perantaraan Drs.
UNTORO, S.H, MH.Kes, mediator bersertifikat, bertempat
tinggal di Jln. Pawiyatan Luhur IV No. 1 Semarang, dapat
dicapai kesepakatan untuk mengakhiri kasus tersebut melalui
perdamaian di luar pengadilan dengan memberi beban
kewajiban pada R.S. MATARAM untuk membayar “ganti rugi”
sejumlah Rp.950.000.000,00 (sembilanratus limapuluh juta
rupiah), serta melakukan pengobatan dan perawatan—yang
semua beaya untuk itu wajib ditanggung sepenuhnya oleh R.S.
MATARAM—kepada Ny. RUSMINAH, sampai dengan
kemungkinan ia memperoleh kembali kesadarannya atau
meninggal dunia.
- Pihak Rumah Sakit Mataram dinyatakan telah lalai dalam
melakukan operasi histerektomi (pengangkatan rahim). Operasi
tersebut dilakukan oleh Dr. Turmadi, Sp.OG(K), Msi.Med yang
merupakan seorang dokter mitra dari Rumah Sakit Mataram.
Ditinjau dari Pasal 201 Undang-Undang Kesehatan jo Pasal 68
Undang-Undang Rumah Sakit, hal ini mengatur selain tindak
pidana dan denda bagi pengurusnya, korporasi dapat
dikenakan denda berupa tiga kali pidana denda untuk orang.
Tidak berhenti pada hal tersebut, sanksi dengan pidana
tambahan berupa sanksi administatif bagi Korporasi. Hal itu
dapat berupa pencabutan ijin usaha/badan hukum oleh pejabat
yang berwenang, dan dalam melakukan pencabutan tersebut
biasanya dilakukan oleh PTUN.
- Dalam kasus ini, Purwoatmojo, S.H, MH. Selaku advokat dan
kuasa hukum dari Ny. Rusminah selaku pasien melayangkan
somasi kepada Direksi Rumah Sakit Mataram yang didirikan
oleh Perseroan Terbatas (PT. Putra Mataram) karena dianggap
lalai dan menyebabkan seorang pasien menderita koma.
Rumah Sakit Mataram dituntut memberikan ganti rugi senilai
Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) kepada keluarga Ny.
Rusminah, kemudian pihak rumah sakit melakukan negosiasi
dengan tujuan jumlah uang ganti rugi yang akan diberikan tidak
sebesar yang diajukan pihak keluarga pasien.
- Dengan adanya kasus tersebut, pihak Rumah Sakit Mataram
merasa lebih efisien apabila kasus tersebut diselesaikan
dengan mekanisme mediasi. Hal ini tidak bertentangan dengan
aturan hukum dan dapat dinyatakan sah apabila suatu
permasalahan hukum diselesaikan dengan jalur hukum lain
atau litigasi, misalnya dalam masalah perdata diselesaikan
dengan ganti rugi. Dalam Pasal 46 Undang-Undang Rumah
Sakit menegaskan bahwa rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaiannya dari pihak Rumah Sakit. Solusi ini merupakan hal
yang dapat dilakukan apabila terjadi suatu kelalaian. Mediasi
yang dilakukan oleh Drs. Untoro, S.H, MH.Kes, pun berakhir
dengan keputusan bahwa Rumah Sakit Mataram membayar
biaya ganti rugi kepada keluarga pasien senilai
Rp.950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah),
serta menanggung seluruh biaya pengobatan dan perawatan
yang timbul.

V. MENYUSUN KOMPARISI PADA PERJANJIAN TENTANG


PERDAMAIAN ANTARA SEBUAH RUMAH SAKIT DAN/ATAU
DOKTER DENGAN KELUARGA (mantan) PASIEN YANG
SECARA YURIDIS DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
Pada hari ini Sabtu tanggal 17-8-2019 (tujuh belas Agustus dua ribu
sembilan belas), yang bertanda tangan dibawah ini:
1) Nama : Purwoatmojo, S.H, MH.Adv
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 25 Maret 1977
Alamat : Jalan Kepodang Nomor 21, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3321420912890001.
- Menurut keterangannya selaku Kuasa Hukum Ny. Rusminah, S.Pd yang
bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat dibawah
tangan bermeterai cukup, 10-8-2019 (sepuluh Agustus dua ribu sembilan
belas) untuk dan atas nama serta sah mewakili Ny. Rusminah, S.Pd.
- Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2) Nama : Dr. dr. Lukmana, Sp.PD (K)


Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 1 Januari 1970
Alamat : Jalan Guntur III Nomor 12, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3379280101700001.
- Menurut keterangannya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
PT. Putra Mataram berdasarkan Keputusan Direksi PT. Putra Mataram
tanggal 10 Oktober 2012 Nomor : 078/Dir/PM/X/12 dalam jabatannya
selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mataram berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT. Putra Mataram Nomor : 043/Dir/PM/VIII/19 tentang
Pengangkatan Anggota Direksi Rumah Sakit Mataram Untuk Masa Bakti
Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2024 tertanggal 25 Agustus 2019
- Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

3) Nama : Drs. Untoro, S.H, MH.Kes


Alamat : Jalan Pawiyatan Luhur IV Nomor 1
Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3378911010870002.
- Menurut keterangannya bertindak selaku mediator berdasarkan
pernyataan dan atas pemilihan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
tentang pemilihan mediator untuk dan proses mediasi dalam mencapai
kesepakatan mengakhiri kasus melalui perdamaian.
- Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA.

VI. MENYUSUN PRAEMISSE PADA PERJANJIAN PERDAMAIAN


YANG SECARA LUGAS DAPAT MENUNJUKKAN MAKSUD
DARI PEMBUATAN AKTA YANG BERSANGKUTAN
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, yang untuk selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu dengan ini menjelaskan
hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa sebelumnya telah dilakukan mediasi pada tanggal 16 Agustus 2019.
- Bahwa PIHAK PERTAMA telah melayangkan sommatie (somasi) kepada
PIHAK KEDUA yang isi somasi tersebut menyatakan kelalaian dalam
melaksanakan tindakan medis, oleh karenanya wajib melakukan
pembayaran ganti rugi sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
- Bahwa PIHAK KETIGA bersedia ditunjuk sebagai mediator untuk
mengakhiri kasus tersebut melalui perdamaian, sebagaimana telah dicapai
kesepakatan dengan membebankan kewajiban pada dan atas biaya
Rumah Sakit untuk merawat hingga sadar atau meninggal, serta membayar
gantirugi sebesar Rp 950.000.000,00 (Sembilan ratus lima puluh juta
rupiah).

VII. MENGAMBIL KEPUTUSAN UNTUK MENETAPKAN NORMA-


NORMA HUKUM PADA SUATU PERJANJIAN PERDAMAIAN
A. Asas Kebebasan Berkontrak
Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama
memenuhi syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata) dan tidak
melanggar hukum, kesusilaan, serta ketertiban umum. Setiap orang
bebas menentukan isi, ruang lingkup perjanjian.
B. Asas Kepastian Hukum
Jika ada salah satu pihak dalam perjanjian tersebut wanprestasi, maka
akan ada hukum yang mengaturnya. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata
menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jika terjadi
sengketa dalam pelaksanaan perjanjian, maka hakim dengan
keputusannya dapat memaksa agar pihak yang melanggar itu
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian, bahkan
hakim dapat meminta pihak yang lain membayar ganti rugi. Putusan
pengadilan itu merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban para pihak
dalam perjanjian memiliki kepastian hukum, sehingga secara pasti
memiliki perlindungan hukum.
C. Asas Konsensualisme
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi diharapkan pihak-pihak
dalam perjanjian tersebut mengikuti semua kesepakatan yang
disepakati sebagai peraturan yang mengikat.
D. Asas Itikad baik
Asas ini tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata. Kedua
pihak harus beritikad baik untuk memenuhi kesepakatan dalam
perjanjian. Dalam asas ini, para pihak harus melaksanakan substansi
perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh
maupun kemauan baik dari para pihak. Dnegan itikad baik bearti
keadaan batin para pihak dalam membuat dan melaksanakan perjanjian
haruslah jujur, terbuka, dan saling percaya.
E. Asas Kepribadian
Asas kepribadian berarti isi perjanjian hanya mengikat para pihak
secara personal dan tidak mengikat pihak-pihak lain yang tidak
memberikan kesepakatannya. Seseorang hanya dapat mewakili orang
lain dalam membuat perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya
berlaku bagi mereka yang membuatnya.
F. Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat, yaitu:
- Kesepakatan
Adanya kesepakatan/konsensus para pihak yang membuat
perjanjian.
- Kecapakan untuk membuat suatu perbuatan hukum;
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, pihak-pihak yang dianggap tidak
cakap untuk membuat perjanjian adalah:
1) Anak yang belum dewasa;
2) Orang yang ditaruh di bawah pengampuan
3) Seorang Istri (Tetapi, berdasarkan Surat Edara Mahkamah
Agung No. 3 Tahun 1963, seorang istri sekarang sudah
dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum.
- Hal Tertentu
Menurut, Pasal 1333 ayat (1), dalam membuat perjanjian, apa yang
diperjanjikan (objek perikatannya) harus jelas. Setidaknya jenis
brangnya itu harus ada.
- Klausa yang halal
Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, tidak boleh memperjanjikan
sesuatu yang dilarang undang-undang atau yang bertentangan
dengan hukum, nilai-nilai kesopanan ataupun ketertiban umum.

VIII. MENYUSUN DRAFT AKTA-AKTA PERJANJIAN PADA SUATU


TRANSAKSI HUKUM ANTARA RUMAH SAKIT DAN/ATAU
DOKTER DENGAN KELUARGA PASIEN UNTUK MENGAKHIRI
KASUS HUKUM TENTANG DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK
- Berita Acara Mediasi
- Perjanjian Perdamaian

Lampiran 1 – Berita Acara Mediasi


BERITA ACARA MEDIASI
Nama Mediator : Drs. Untoro, S.H, MH.Kes

Berita Acara Mediasi ini dibuat pada :


Hari dan Tanggal : Senin, 16 Agustus 2019
Bertempat di : Jalan Pawiyatan Luhur IV No. 1 Semarang

Para Pihak :
1) Nama : Dr. dr. Lukmana, Sp.PD (K)
Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 1 Januari 1970
Alamat : Jalan Guntur III Nomor 12, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3379280101700001.
-Menurut keterangannya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
PT. Putra Mataram berdasarkan Keputusan Direksi PT. Putra Mataram
tanggal 10 Oktober 2012 Nomor : 078/Dir/PM/X/12 dalam jabatannya
selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mataram berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT. Putra Mataram Nomor : 043/Dir/PM/VIII/19 tentang
Pengangkatan Anggota Direksi Rumah Sakit Mataram Untuk Masa Bakti
Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2024 tertanggal 25 Agustus 2019
-Selanjutnya disebut sebagai “Pihak Pertama/Tergugat”
2) Nama : Purwoatmojo, S.H, MH.Adv
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 25 Maret 1977
Alamat : Jalan Kepodang Nomor 21, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3321420912890001.
-Menurut keterangannya selaku Kuasa Hukum Ny. Rusminah, S.Pd yang
bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat dibawah
tangan bermeterai cukup, 10-8-2019 (sepuluh Agustus dua ribu sembilan
belas) untuk dan atas nama serta sah mewakili Ny. Rusminah, S.Pd.
-Selanjutnya disebut sebagai “Pihak Kedua/Penggugat”

I. Dasar Hukum :
a. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa;
b. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.01.02/Menkes/10.3/2018
Tentang Perpanjangan Izin Operasional Tetap Rumah Sakit Mataram
pada tanggal 10 Agustus 2018;
d. Keputusan Direksi PT. Putra Mataram tanggal 10 Oktober 2012 Nomor
: 078/Dir/PM/X/12;
e. Pasal 12 Anggaran Dasar PT. Putra Mataram dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT);

II. Posisi Kasus :


a. Rumah Sakit Mataram yang berlokasi di Jalan. Majapahit Nomor 47
Semarang, didirikan oleh perseroan terbatas bernama PT. Putra
Mataram, berkantor di Jalan Siliwangi No. 127 Semarang.
b. Pada tanggal 10 Agustus 2019, oleh Purwoatmojo, S.H, MH.Adv,
pengacara, berkantor di Jalan Kepodang Nomor 21 Semarang, selaku
kuasa hukum keluarga pasien penderita koma bernama Ny. Rusminah,
S.Pd., guru, umur 41 tahun, bertempat tinggal di Desa Bangunrejo
RT.005 RW.007, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, telah
dilayangkan sommatie (somasi) kepada Direksi Rumah Sakit Mataram.
c. Koma yang diderita Ny. Rusminah tersebut merupakan ikutan dari
penanganan kasus operasi histerektomi (pengangkatan rahim) yang
dilakukan oleh dr. Turmadi, Sp.OG(K), Msi.Med., salah seorang dokter
mitra di Rumah Sakit Mataram, yang bertempat tinggal di Jalan Bima
Raya Nomor 7 Semarang.
d. Dengan somasi tersebut Rumah Sakit Mataram telah dinyatakan lalai,
hingga membawa akibat Ny. Rusminah menderita koma; dan karena itu
Rumah Sakit Mataram diwajibkan memberikan uang ganti rugi sebesar
Rp.2.000.000.000,00 (dua milliar rupiah) kepada keluarga pasien.
e. Setelah melalui proses mediasi dengan perantaraan Drs. Untoro, S.H,
MH.Kes, mediator bersertifikat, bertempat tinggal di Jalan Pawiyatan
Luhur IV No. 1 Semarang, dapat dicapai kesepakatan untuk mengakhiri
kasus tersebut melalui perdamaian di luar pengadilan dengan memberi
beban kewajiban pada R.S. MATARAM untuk membayar “ganti rugi”
sejumlah Rp.950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah),
serta melakukan pengobatan dan perawatan yang semua biaya untuk
itu wajib ditanggung sepenuhnya oleh Rumah Sakit Mataram kepada
Ny. Rusminah, sampai dengan kemungkinan ia memperoleh kembali
kesadarannya atau meninggal dunia.

III. Pelaksanaan Mediasi :


a. Hari Mediasi : Senin
b. Tanggal Mediasi : 16 Agustus 2019
c. Tempat Mediasi : Jln. Pawiyatan Luhur IV No. 1 Semarang
d. Para Pihak :
- Penggugat/Pemohon : Hadir
- Tergugat/Pemohon : Hadir
e. Hasil Pertemuan :
Berdasarkan proses perdamaian di luar pengadilan yakni melalui
proses mediasi, antara kedua pihak telah mencapai kesepakatan
berupa memberi beban kewajiban pada pihak Rumah Sakit Mataram
untuk membayar uang ganti rugi sejumlah Rp.950.000.000,00
(sembilan ratus lima puluh juta rupiah), serta melakukan pengobatan
dan perawatan yang semua biaya untuk itu wajib ditanggung
sepenuhnya oleh Rumah Sakit Mataram kepada Ny. Rusminah, sampai
dengan kemungkinan ia memperoleh kembali kesadarannya atau
meninggal dunia.

Semarang, 16 Agustus 2019


Pihak Pertama, Pihak Kedua,

Angelina Banyuasri Purwoatmojo, S.H., MH.Adv.


Mediator,

Drs. Untoro, S.H., MH.Kes.

Lampiran 2 – Perjanjian Perdamaian


PERJANJIAN PERDAMAIAN

Pada hari ini Sabtu tanggal 17-8-2019 (tujuh belas Agustus dua ribu sembilan
belas), yang bertanda tangan dibawah ini:
1) Nama : Purwoatmojo, S.H, MH.Adv
Tempat/Tgl Lahir : Semarang, 25 Maret 1977
Alamat : Jalan Kepodang Nomor 21, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3321420912890001.
-Menurut keterangannya selaku Kuasa Hukum Ny. Rusminah, S.Pd yang
bertindak dalam jabatannya berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat dibawah
tangan bermeterai cukup, 10-8-2019 (sepuluh Agustus dua ribu sembilan
belas) untuk dan atas nama serta sah mewakili Ny. Rusminah, S.Pd.
-Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2) Nama : Dr. dr. Lukmana, Sp.PD (K)


Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 1 Januari 1970
Alamat : Jalan Guntur III Nomor 12, Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3379280101700001.
-Menurut keterangannya bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan
PT. Putra Mataram berdasarkan Keputusan Direksi PT. Putra Mataram
tanggal 10 Oktober 2012 Nomor : 078/Dir/PM/X/12 dalam jabatannya
selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mataram berdasarkan Surat
Keputusan Direksi PT. Putra Mataram Nomor : 043/Dir/PM/VIII/19 tentang
Pengangkatan Anggota Direksi Rumah Sakit Mataram Untuk Masa Bakti
Tahun 2019 Sampai Dengan Tahun 2024 tertanggal 25 Agustus 2019
-Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
3) Nama : Drs. Untoro, S.H, MH.Kes
Alamat : Jalan Pawiyatan Luhur IV Nomor 1 Semarang
Identitas lainnya tercantun dalam Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) : 3378911010870002.
-Menurut keterangannya bertindak selaku mediator berdasarkan
pernyataan dan atas pemilihan PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA
tentang pemilihan mediator untuk dan proses mediasi dalam mencapai
kesepakatan mengakhiri kasus melalui perdamaian.
-Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, yang untuk selanjutnya dalam


perjanjian ini disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu dengan ini menjelaskan
hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa sebelumnya telah dilakukan mediasi pada tanggal 16 Agustus 2019.
- Bahwa PIHAK PERTAMA telah melayangkan sommatie (somasi) kepada
PIHAK KEDUA yang isi somasi tersebut menyatakan kelalaian dalam
melaksanakan tindakan medis, oleh karenanya wajib melakukan
pembayaran ganti rugi sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).
- Bahwa PIHAK KETIGA bersedia ditunjuk sebagai mediator untuk
mengakhiri kasus tersebut melalui perdamaian, sebagaimana telah dicapai
kesepakatan dengan membebankan kewajiban pada dan atas biaya
Rumah Sakit untuk merawat hingga sadar atau meninggal, serta membayar
gantirugi sebesar Rp 950.000.000,00 (Sembilan ratus lima puluh juta
rupiah).

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat dan setuju
untuk mengikatkan diri dalam Perjanjian Perdamaian dengan syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

PASAL 1

1. PIHAK KEDUA bersedia membayar biaya rumah sakit serta melakukan


pengobatan dan perawatan untuk merawat Pasien (Ny. Rusminah) sampai
dengan kemungkinan ia memperoleh kembali kesadarannya atau
meninggal dunia.
2. PIHAK KEDUA bersedia membayar “ganti rugi” sejumlah
Rp.950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah) kepada keluarga
pasien.
3. Dengan dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) di
atas, maka Penggugat sudah tidak mempunyai hak untuk menuntut apapun
terkait kasus malapraktik Ny.Rusminah.
Pasal 2
1. Setelah dipenuhinya biaya rumah sakit untuk merawat pasien serta ganti
rugi sejumlah Rp950.000.000,00 (sembilan ratus lima puluh juta rupiah),
Penggugat berkewajiban untuk tidak melakukan somasi lagi kepada Direksi
Rumah Sakit Mataram yang dapat merusak nama baik rumah sakit dan
berdampak pada menurunnya jumlah pasien rawat jalan, maupun tingkat
hunian pasien rawat inap, terutama bagi kelompok menengah ke atas.
2. Biaya rumah sakit untuk merawat dan ganti rugi ditanggung oleh PIHAK
KEDUA dan telah disepakati.

Pasal 3
1. Apabila sampai pada tanggal 24 Oktober 2019 tidak dilakukan sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, maka Akta Perdamaian
ini dianggap tidak berlaku dan Penggugat dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan.

Pasal 4
1. PIHAK KEDUA dengan ini mengikatkan diri untuk tidak saling mengajukan
tuntutan hukum apapun satu sama lain selama akta perdamaian ini berlaku
dan para pihak tidak melakukan wanprestasi.

Pasal 5
1. Dengan adanya akta perdamaian ini pihak-pihak telah mengakhiri semua
perselisihan dan perkara atas keadaan Ny. Rusminah.

Demikian Akta Perdamaian ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak untuk
penyelesaian secara damai atas perkara malpraktik Ny. Rusminah.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Purwoatmojo, S.H., M.H. Dr. dr. Lukmana, Sp.PD(K)


PIHAK KETIGA

Drs. Untoro, S.H., MH.Kes.

Anda mungkin juga menyukai