HUKUM
A. Pengertian Asas Hukum
a. Sebagai pedoman atau petunjuk arah bagi pelaksana atau birokrasi hukum
dalam melaksanakan tugasnya agar taat asas yang terkandung dalam peraturan-
peraturan hukum;
b. Sebagai pedoman dan pertimbangan bagi pembentuk hukum agar hukum
yang dibuat tidak saling bertentangan;
c. Sebagai pedoman bagi pembentuk hukum agar daalam membentuk hukum
mencerminkan nilai-nilai etis dan kedailan masyarakat luas;
d. Sebagai koreksi apabila terjadi konflik dalam sistem hukum;
e. Sebagai pedoman bagi hakim dalam melakukan penemuan dan penafsiran
hukum.
C. Sistem Hukum
Pengertian hukum atau konsep hukum, standar hukum dan asas hukum merupakan
unsur-unsur peraturan hukum (Satjipto, 1986:87). Karena ada keterikatan antara asas
hukum dengan peraturan-peraturan hukum, maka hukum itu merupakan satu sistem.
Sistem hukum tidak sama dan tidak ada hubungannya dengan teori sistem. Sebelum
membahas sistem hukum perlu diketahui pengertian sistem lebih dahulu.
Istilah sistem dari bahasa Yunani Systema yang mempunyai pengertian suatu
keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (whole compounded
of several parts).
Sistem menurut penulis adalah “keseluruhan yang terdiri dari macam-macam
bagian yang saling berinteraksi saling mendukung untuk mencapai tujuan
tertentu”.
1. Sistem Hukum
a. John Henry Merryman dalam bukunyaT”he Civil Law and Tradition” (1985 :
1) menguraikan bahwa “Legal system is an operating set of legal isnstitutions,
procedures, and rules. In this sense there are one federal and fifty states legal
system in the United States, separate legal system in each of the other nations,
and still other distinct legal system in such organization as the European
Economic Community and the United Nations”. Artinya “sistem hukum
adalah merupakan suatu seperangkat operasional yang
meliputi “institusi, prosedur,aturan hukum”. Dalam konteks ini ada satu
Negara federal dengan lima puluh sistem hukum di Amaerika Serikat, adanya
sistem hukum setiap bangsa secara terpisah serta ada sistem hukum yang
berbeda seperti seperti halnya dalam organisasi masyarakat ekonomi Eropa dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa”.
b. Menurut L.M. Friedman, sistem hukum meliputi substansi hukum (materi
hukum/peraturan perundang-undangan), struktur hukum (lembaga
pemebentuk hukum) dan legal culture (budaya hukum) atau nilai-nilai hukum
yang berkembang di masyarakat.
c. Robert Seidman dan Chamblin menyebutkan bahwa sistem hukum
meliputi lembaga pembentuk undang-undang, lembaga pelaksana
hukum/undang-undang dan pemegang peran atau peran masyarakat yang
terkena hukum/undang-undang.
d. Gunar Myrdal berpendapat bahwa sistem hukum mencakup
lembaga pembentuk/pembuat hukum, lembaga pelaksana
hukum/undang-undang dan pencari keadilan.
e. Dalam hasil penelitiannya “Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum”
Soerjono Soekanto bahwa sistem hukum atau factor-faktor yang memprengaruhi
berfungsinya hukum di masyarakat yaitu (1) Kaedah hukum/peraturan itu
sendiri; (2) Petugas/penegak hukum; (3) Masyarakat; dan
(4) Fasilitas. Dalam hal sistem hukum Soerjono Soekanto menambah satu
unsur sistem hukum dari tiga sistem hukum yang dikemukakan para ahli
terdahulu yakni fasilitas hukum/sarana dan prasarana hukum.
Menurut Sudikno, hukum itu merupakan sistem berarti bahwa hukum itu merupakan
tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau
unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Dengan kata lain sistem hukum
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai interaksi satu
sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut.Masing-masing
bagian (sub-sistem) harus dilihat dalam kaitannya dalam kaitannya dengan bagian-
bagian yang lain dan dengan keseluruhannya, seperti gambar mozaik; gambar yang
diptong-potong menjadi bagian kecil-kecil kemudian dihubungkan kembali menjadi
utuh. Masing-masing bagian (sub-sistem) tidak berdiri sendiri lepas dari yang lain,
tetapi kait mengait dengan bagian-bagian (sub-sistem) lainnya (1988;102-103).
Dari uraian tersebut bahwa hukum adalah merupakan satu sistem, yang didalamnya
terdapat sub-sistem hukum yang masing-bekerja untuk mencapai suatu tujuan kesatuan
sistem hukum itu yaitu untuk tercapainya keadilan,kesejahteraan, dan kepastian hukum
serta menghendaki tidak terjadi konflik antara sub-sistem hukum yang satu dengan
sub-sistem hukum lainnya.
Menurut Komen dalam bukunya Nederlands recht in kort bestek (1982:2) (Sudikno,
1988:104) ada dua macam system, yaitu system konkrit dan abstrak atau konseptual.
Sistem Konkrit adalah system yang dapat dilihat atau diraba seperti molekul atau
organism yang terdiri dari bagian-bagian kecil. Sistem yang abstrak atau konseptual
adalah sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak nyata, atau yang tidak dapat
dilihat. Sistem hukum menurut Konen adalah system konseptual (abstrak).
Selain kedua system tersebut, menurut Kraan dalam bukunya Syllabus Rechtssysteem
(1981:2) (Sudikno, 1988:104) sistem hukum dibedakan antara sistem hukum yang
terbuka dengan sistem hukum yang tertutup. Sistem hukum yang terbuka artinya
mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya atau dengan system yang
lain. Unsur-unsur yang tidak merupakan bagian sistem dapat mempengaruhi unsur-
unsur di dalam sistem. Hukum Perikatan dalam KUH Perdata (BW) bersifat terbuka,
sedangkan hukum benda dan hukum keluarga bersifat tertutup.
Menurut Niklas Luhmann yang dikutip oleh Meuewissen dalam membahas tentang
pengembanan hukum (rechtsbeoefening), bahwa sistem hukum itu bersifat terbuka
pada saat pembentukannnya/pembuatannya dapat berinteraksi atau menerima
pemikiran-pemikiran atau konsep-keonsep dari bentuk system apaun termasuk system
politik, ekonomi, sosial dan lain-lainnya. Tetapi system hukum juga bersifat tetutup
pada saat hukum dilaksanakan dan dipertahankan di masyarakat dan di pengadilan.
Menurut Niklas Luhmann dan Meuwissen, ssistem hukum bersifat terbukan pada saat
pemebentukan atau pembuatan hukum, misalnya dilegisltaif artinya semua masukan
dari system di luar sistem hukum bisa diterima apakah dari sistem politik, ekonomi,
sosial, filsafat dan sebagainya untuk dirumuskan atau sebagai bahan atau materi norma
hukum dalam membentuk aturan hukum. Tetapi dalam pelaksanaannya atau
penegakan hukum di lembaga peradilan, sistem hukum bersifat tertutup tidak boleh ada
sisstem di luar sistem hukum yang mempengaruhi proses pelaksanaan dan penegakan
hukum, hal ini sesuai dengan adagium “lex dura sed tamen scripta” undang adalah
keras demikianlah bunyinya.
Sistem hukum adalah luas dan serba kompleks, dilihat dari sistem Rumpun atau
keluarga (family) hukum (Rene David & John Brierley:1978:28) maupun Eric Richard
(1990:40), rumpun atau keluarga hukum yang berlaku di masyarakat internasional
adalah sebagai berikut :
a. Civil law system yang berasal dari hukum Romawi (Roman law) yang
dipraktekkan di Negara-negara Eropa continental. Hukum cipil ini berlaku
karena berdasarkan kode sipil yang terkodifikasi (Hukum Romawi Corpus Iuris
Civilis dari Kaisar Justinianus, Code des Francais atau Code Napoleon dari
Kaisar Napoleon Bonaparte Perancis, Kitab Undang-undang Belanda
(Wvk,WvS,BW) yang pernah berlaku di zaman Hindia Belanda (Indonesia).
Sistem hukum sipil (civil law system) ini dipraktekkan di Negara-negara Eropa
continental dan bekas jajahannya;
b. Common law system (System Anglo American) hukum yang berdasarkan
custom atau kebiasaandan berdasarkan preseden atau judge made law. Sistem
common law dipraktekkan di Negara-negara Anglo Saxon, Inggris dan Amerika
serta bekas jajahan/dominion Inggris;
c. Islamic law system, hukum berdasarkan syariah Islam yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadits/Sunnah Rosul dipraktekkan di Negara-negara yang
berdasarkan Islam atau mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti di
Negara-negara Timur Tengah atau jasirah Arab dan Afrika Utara. Oleh Rene
David dan Jhon Brierley, system hukum Islam dikelompokkan dalam keluarga
hukum Timur Tengah (middle East System).
d. Socialist law system, system hukum yang dipraktikkan di Negara-negara
sosialis dan komunis (Uni Soviet/Rusia, Cuba, Korea Utara);
e. Sub Saharan Africa, yaitu system hukum yang dipraktikkan di Negara-negara
Afrika yang berada di sselatan gurun Sahara (Eric Richard, 1990:40);
f. Far East System, sistem hukum yang komplek merupakan perpaduan antara
hukum dari civil law system, common law system dan hukum Islam yang berlaku
di masyarakat yang mayoritas berpenduduk muslim (Pantai utara Afrika, Asia
Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara).
Dari enam (enam) keluarga atau family system hukum tersebut tentunya isinya
(materi)masing-masing sistem hukum meliputi atau mencakup Hukum Publik dan
Hukum Privat. Dari masing-masing materi hukum tersebut mempunyai bagian-bagian
hukum sendiri-sendiri. Hukum Publik misalnya mencakup Hukum Pidana, Hukum
Tata Negara, Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata Usaha Negara, Hukum
Internasional (International law/Internationaal Publiek Recht/Droit International),
Hukum Pidana International (International Strafrecht) Hukum Acara (Procesrecht),
Hukum Pajak (ada aspek privat), Hukum Angkasa, Hukum Laut.
Sedangkan Hukum Privat meliputi Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum
Perburuhan/Tenaga Kerja, Hukum Asuransi, Hukum Pengangkutan, Hukum
Perselisihan, Hukum Perdata Internasional (Internationaal Privaatrecht), Hukum antar
golongan (Intergentiel recht).
Hukum yang mempunyai aspek hukum publik dan hukum privat meliputi hukum
lingkungan, hukum pajak, hukum acara perdata, hukum agraria.
Selain pembagian atau klasifikasi hukum menurut keluarga (famili) atau rumpunnya
dan isinya, hukum juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
D. Klasifikasi Hukum
Hukum merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub sistem hukum yang saling
berkaitan satu sama lainnya dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hukum
yakni keadilan (gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmassigkeit), dan kepastian hukum
(rechtssicherheit).
Setiap sistem hukum terdiri dari sub sistem hukum, demikian seterusnya,
sehingga sub-sub sistem tersebut berangkaian dan bersama-sama berencana mencapai
suatu tujuan. Demikian pula sub-sub sistem hukum saling berkaitan dan bekerja sama
untuk membentuk tatanan hukum guna mencapai tujuan hukum positif masing-masing
negara.
Untuk dapat mengetahui pembagian sistem hukum ada kriterianya. Kriteria ini
merupakan prinsip sebagai dasar pembagiannya. Berdasarkan kriterianya hukum dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Filosofis, adalah materi atau bahan hukum yang berasal dari ideologi atau
falsafah hidup suatu masyarakat atau bangsa, serta dari nilai-nilai agama
/kepercayaan serta nilai-nilai etis atau moral masyarakat itu sendiri (kesadaran
hukum dan nilai-nilai keadilan)
b. Sosiologis, adalah isi hukum yang berasal dari norma-norma kebiasaan
(kesulilaan dan kesopanan) yang tumbuh dan hidup berkembang di masyarakat
(hukum yang hidup di masyarakat);
c. Historis, isi atau bahan mterial hukum yang pernah berlaku di masyarakat,
atau norma-norma hukum yang pernah berlaku di masa lampau, misalnya norma
hukum yang pernah berlaku pada zaman kerajaan di Indonesia, hukum
peninggalan zaman kolonial Belanda (Hukum Belanda).
Kodifikasi adalah membukukan hukum sejenis, secara lengkap, sistematis menjadi satu
dalam satu kitab undang-undang. Berbeda dengan Unifikasi, adalah penyatuan hukum
yang berlaku secara nasional; atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional.
2. Hukum tidak tertulis (Hukum Kebiasaan dan Hukum Adat) yaitu hukum
yang tumbuh dan berkembang dari keyakinan dan kesadaran hukum
masyarakat, tetapi tidak tertulis, dan masyarakat mentaatinya seperti halnya
mentaati undang-undang (hukum tertulis).
Hukum Acara Pidana (Hukum pidana formal) adalah keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur bagaimana cara melaksanakan dan mempertahankan
hukum pidana material; atau keseluruhan peraturan yang mengatur tata cara tindakan
aparat penegak hukum apabila terjadi tindak pidana atau adanya persangkaan
dilanggarnya undang-undang pidana.
Hukum Acara Perdata (Hukum perdata formal) adalah keseluruhan peraturan
atau norma hukum yang mengatur bagaimana cara melaksanakan dan
mempertahankan hukum perdata material; atau keseluruhan peraturan hukum yang
mengatur tentang tata cara orang atau badan pribadi melaksanakan dan
mempertahankan hak-haknyadi peradilan perdata.
Hukum Acara Peradilan Agama adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum
yang mengatur tata cara seseorang atau badan pribadi melaksanakan dan
mempertahankan hak-haknya di peradilan agama; atau hukum yang mengatur tata cara
bersengketa di peradilan agama.
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara adalah keseluruhan peraturan atau
norma hukum yang mengatur tata cara orang atau badan perdata atau publik
mempertahankan dan melaksanakan hak-haknya di peradilan tata usaha negara; atau
hukum yang mengatur tata cara bersengketa antara orang atau badan perdata dengan
pejabat tata usaha negara di peradilan tata usaha negara.
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi adalah keseluruhan peraturan atau norma hukum
yang mengatur tata cara orang atau badan hukum perdata/publik melaksanakan dan
mempertahankan hak-haknya di Mahkamah Konstitusi; atau hukum yang mengatur
tata cara bersengketa di Mahkamah Konstitusi.
1. Pembagian Isi Hukum
Dari berbagai klasifikasi hukum yang telah diuraikan di muka, maka materi
hukum dapat dibedakan menjadi hukum publik dan hukum privat.
Di dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berlaku saat ini
(hukum positif) tidak mengatur tentang macam-macam atau jenis-jenis lapangan
hukum yang berlaku di Indonesia termasuk di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
UUDS 1950 yang pernah berlakudi Indonesia, lapangan-lapangan hukum diatur
di dalam pasal 102 dan 108.
Menurut pasal 102 UUDS 1950 disebutkan beberapa lapangan hukum yang
berlaku di Indonesia antara lain: Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Pidana Sipil,
Hukum Pidana Militer, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana.
Dalam pasal 108 UUDS 1950 disebutkan satu lapangan hukum yakni Hukum Tata
Usaha Negara.
Pasal-pasal 102 dan 108 tersebut bukannya dimaksudkan hanya itu lapangan
hukum yang berlaku di Indonesia karena masih banyak lapangan-lapangan hukum yang
berlaku (sebagai hukum positif) tidak dicantumkan di dalam UUDS 1950. Maksud dari
Pasal 102 dan 108 UUDS 1950 menyebutkan lapangan-lapangan hukum yang harus
dikodifikasikan. Adapun Pasal 108 juga dimaksudkan untuk lembaga-lembaga yang
harus memutus sengketa mengenai tata usaha negara.
Berdasarkan klasifikasi lapangan-lapangan hukum yang sudah dikenal diberbagai
tata hukum (hukum positif) di negara-negara Eropa kontinental yang menganut sistem
hukum cipil (civil law system) termasuk di negara Belanda dan bekas jajahannya
(Hindia Belanda/Indonesia, Suriname) bahwa klasifikasi hukum menurut materinya
dibedakan antara hukum publik dan hukum privat.