DISUSUN OLEH:
1. M. ALFIN RAMADHAN
2. NAJWA FAIRUZ FAKHIRAH
3. NADIA RAMADHANI
4. OVYLLIA AMEL
5. SYAZA FITRIA HAZWANI
6. TUBAGUS NABIL MUZHOFFAR
7. UMMU SYIFA
FIKIH – X.10
MADRASAH ALIYAH NEGERI BATAM
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
memenuhi tugas ibu Annisa Prihandini, S.Pd pada mata Pelajaran Fikih. Selain
itu,kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
Prihandini, S.Pd selaku guru mata Pelajaran Fikih yang telah membimbing kami.
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
Penulis
P a g e 2 | 17
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….4
1. Latar Belakang……………………………………………….....4
2. Rumusan Masalah………………………………………………4
3. Tujuan…………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..6
1. Kesimpulan……………………………………………………16
2. Saran…………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..17
P a g e 3 | 17
BAB I
“PENDAHULUAN”
1. Latar Belakang
Fiqih atau Hukum Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang
paling dikenal oleh masyarakat.Hal ini antara lain karena Fiqih terkait langsung
dengan kehidupan masyarakat.Dari sejak lahir sampai dengan meninggal dunia
manusia selalu berhubungan dengan Fiqih. Fiqih adalah pengetahuan tentang
hukum syara yang bersifat amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.
Muamalah dapat dilihat dari dua segi,pertama segi bahasa dan kedua dari segi
istilah,secara bahasa,Muamalah berasal dari kata: “Yuaamilu-Muamalatan”sama
dengan wazan“Faa'ala-Yufaa'ilu”,artinya saling berbuat,dan saling
mengamalkan.Menurut istilah Syara', Muamalah ialah kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengam tata cara hidup sesame manusia untuk
memahami kebutuhan sehari-hari.Kemudian muamalah dapat dibagi menjadi
dua macam,yaitu pengertian Muamalah dalam arti luas dan muamalah dalam arti
sempit1
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Dari judul di atas, tujuan dari dibuat makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai pengertian dari musaqah, muzara’ah, dan
mukhabararah
1
Sugandi, A. (2021). Tinjauan Hukum Islam Tentang Bagi Hasil di Komunitas Tani Sabana Mandiri
(Studi Kasus di KelurahanSukataniKecamatanRajegKabupaten Tangerang) (Doctoral dissertation, UIN
SMH BANTEN).
P a g e 4 | 17
2. Menjelaskan rukun dan syarat dari musaqah, muzara’ah, dan
mukhabararah
3. Menjelaskan perbedaan dari musaqah, muzara’ah, dan mukhabararah
4. Menjelaskan beberapa hal yang dapat membatalkan musaqah,
muzara’ah, dan mukhabararah
5. Menjelaskan hukum-hukum dari musaqah, muzara’ah, dan mukhabarah
6. Menjelaskan hikmah darimusaqah, muzara’ah, dan mukhabararah
P a g e 5 | 17
BAB 2
“PEMBAHASAN”
A. PENGERTIAN
a. Musaqah
Secara etimologi,musaqah berarti transaksi dalam pengairan, yang
oleh penduduk Madinah di sebut dengan al-mu’amalah,Sedangkan secara
terminologi,musaqah adalah suatu akad antara pemilik kebun dan pekerja
untuk memelihara atau menggarap hasil kebun ataupun pertanian supaya
mendatangkan kemaslahatan, dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil
yang diurus sebagai imbalan,seperti sepertiga, setengah atau bagian
tertentu dari hasil pertanian2
b. Muzara’ah
Menurut bahasa,al-muzara’ah memiliki dua arti,yang pertama al-
muzara’ah yang berarti tharh al-zur’ah (melemparkantanaman),
maksudnya adalah modal (al-hadzar). Makna pertama adalah makna
majaz dan makna yang kedua adalah makna hakiki4
Secara istilah muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian
antara pemilik tanah dengan penggarap tanah dengan perjanjian bagi
hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama,tetapi pada
2
Rahmat Syafei, FiqihMuamalah
3
EnsiklopediaIslam Kaffah, Syaikh Muhammad bin Ibrahim
4
Hendi Suhendi, FiqihMuamalah
P a g e 6 | 17
umumnya paroan sawah atau fifti-fifti untuk pemilik tanah dan
penggarap tanah5.
c. Mukhabarah
Mukhabarah didefinisikan sebagai bentuk kerjasama antara pemilik
sawah/tanah dan penggarap dengan perjanjian bahwa hasilnya akan
dibagi antara pemilik tanah dan penggarap menurut kesepakatan
bersama.Sedangkan biaya dan benihnya dari penggarap.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa mukhabarah ialah mengerjakan tanah
(orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya
(seperdua,sepertiga atau seperempat).Sedangkan biaya pengerjaan dan
benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.6
5
MasyfukZuhdi, MasailFiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam)
6
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat
7
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat
P a g e 7 | 17
4. Hasil (buah) yang dihasilkan dari kebun itu merupakan hak
mereka bersama,sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, baik
di bagi dua, tiga dan sebagainya
5. Lamanya perjanjian harus jelas, karena transaksi ini sama dengan
transaksi sewa-menyewa agar terhindar dari ketidakpastian
2. Muzara’ah
Rukun muzara’ah ada empat, yaitu:
1. Pemilik lahan
2. Petani penggarap
3. Objek muzara’ah
4. Ijab (ungkapan penyerahan lahan dari pemilikl ahan) dan Kabul
(pernyataan menerima lahan untuk di olah oleh petani)8
8
HasrunMasroen, dkk, Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 4, cet. 6
9
ibid
P a g e 8 | 17
3. Mukhabarah
Rukun mukhabarah ada empat, yaitu:
1. Pemilik tanah
Istilah kepemilikan diambil dari kata milik yang berarti kepunyaan,
yaitu sesuatu dipunyai karena hal-hal yang menyebabkan kemilikannya.10
Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara social untuk
memegang control terhadaps esuatu yang dimiliki secara ekslusif dan
menggunakannya untuk tujuan pribadi.11
Jadi,pemilik tanah adalah seseorang yang mempunyai hak penuh
terhadap tanah yang dimilikinya dan dapat digunakan untuk tujuan
pribadi.Dalam hal ini, pemilik tanah merupakan seseorang yang
menyerahkan tanah yang dimilikinya kepada petani agar dikelola
sebagaimana mestinya.
2. Petani penggarap
Petani adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian,
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi,bunga,buah
dan lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain12
10
Oom Mukarromah dan Badrudin, Politik Ekonomi Syariah
11
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kepemilikan.
12
http://id.m.wikipedia.org/wiki/petani.
P a g e 9 | 17
1) Syarat yang menyangkut orang yang berakad: keduanya harus sudah
baligh (dewasa) dan berakal.
P a g e 10 | 17
c) Pembagian hasil panen itu ditentukan:
setengah,sepertiga atau seperempat sejak dari awal akad, sehingga
tidak timbul perselisihan di kemudian hari dan penetuannya tidak
boleh berdasarkan jumlah tertentu secara mutlak.13
- Muzara’ah yaitu bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan petani penggarap
dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama,
sedangkan biaya dan benih tanaman berasal dari pemilik tanah.
- Musaqoh adalah bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap untuk
memelihara pohon,sebagai upahnya adalah pohon yang diurusnya15
13
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat
14
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat
15
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah
P a g e 11 | 17
Beberapa hal yang menyebabkan batalnya muzara’ah atau mukhabarah adalah
sebagai berikut :
Yakni jika masa atau waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak telah habis
maka,muuzara’ah yang dilakukan oleh kedua belah pihak itu secara otomatis berakhir.
Jika diiantara keduanya akan melanjutkan muzara’ah tersebut maka kedua belah pihak
harus melakukan akad kembali.
Jika salah satu diantara orang yang berakad meninggal dunia maka akad muzara’ah
yang telah dilaksanakan atau yang baru akan dilaksanakan secara otomatis berakhir,
karena muzara’ah adalah akad kerja sama dalam hal percocok tanaman, jadi kedua
belah pihak memiliki tanggung jawab masing-masing.
c. Adanya uzur
1) Pemilik tanah terbelit utang sehingga tanah tersebut dijual oleh pemilik tanah, karena
tidak ada lagi harta yang dapat dijual oleh pemilik tanah kecuali tanah tersebut untuk
melunasi hutangnya.
2) Adanya uzur petani. Seperti sakit ataupun akan melakukan perjalanan keluar kota,
sehingga tidak mampu untuk melaksanakan pekerjaannya16
16
RachemadSyafe’I, Op.Cit
P a g e 12 | 17
Musaqah dan muzara’ah adalah akad yang mengikat, tidak boleh dibatalkan
tanpa persetujuan pihak lain, harus ada jangka waktu tertentu walau jangka
Panjang,dan disepakati oleh keduapihak.
B. Mukhabarah
a) Hukum menyewakan tanah
Boleh menyewakan tanah dengan uang dan dengan bagian tertentu dari
hasilnya,seperti setengah atau sepertiga,dan sebagainya.
A. Musaqah
17
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, ensiklopediaislamkaffah
P a g e 13 | 17
Hikmah dari kerjasama musaqah salah satunya dapat digambarkan
sepertiadanya orang kaya yang memiliki tanah yang ditanami pohon kurma dan
pohon-pohon yang lain, tetapi dia tidak mampu untuk menyirami (memelihara)
pohon ini karena ada suatu halangan yang menghalanginya.Maka Allah yang
maha bijaksana memperbolehkan orang itu untuk mengadakan suatu perjanjian
dengan orang yang dapat menyiraminya, yang masing-masing mendapatkan
bagian dari buah yang dihasilkan.Dalam hal ini ada paling tidaknya dua hikmah
yang dapat diperoleh dari musaqah ini,diantaranya yaitu:
1. Menghilangkan kemiskinan bagi orang-orang miskin sehingga dapat pula
mencukupi kebutuhannya.
2. Saling tukar manfaat di antara manusia18
B. Muzara’ah
ada orang yang mempunyai tanah dan pohon,atau memiliki tanah dan bibit,
akan tetapi dia tidak bias menanam dan merawatnya. Bisa jadi karena dia
memang tidak mengetahui ilmunya, atau karena dia sangat sibuk. Ada pula
orang yang mampu bekerja, tetapi dia tidak mempunyai lahan dan pohon. Maka,
demi kepentingan kedua belah pihak,islam membolehkan musaqah dan
muzara’ah,untuk memakmurkan bumi,Mengembangkan lahan, dan member
peluang kerja kepada tangan-tangan terampil yang mampu bekerja tapi tidak
memiliki modal dan lahan19
C. Mukhabarah
Manusia banyak yang mempunyai binatang ternak seperti kerbau, sapi, kuda,
dan yang lainnya.Dia sanggup untuk berladang dan bertani untuk mencukupi
keperluan hidupnya,tetapi tidak memiliki tanah.Sebaliknya, banyak diantara
manusia mempunyai sawah, tanah, ladang, dan lainnya, yang layak untuk
18
Abdul Rahman Ghazali, Op Cit
19
Syaikh Muhammad bin Ibrahim, ensiklopediaislamkaffah
P a g e 14 | 17
ditanami (bertani), tetapi ia tidak memiliki binatang untuk mengolah sawah dan
ladangnya tersebut atau ia sendiri tidak sempat untuk mengerjakannya, sehingga
banyak tanah yang dibiarkan dan tidak dapat menghasilkan suatu apapun.
Mukhabarah di syari’atkan untuk menghindari adanya pemilikan hewan
ternak yang kurang bias dimanfaatkan karena tidak ada tanah untuk diolah dan
menghindari tanah yang juga dibiarkan tidak diproduksikan karena tidak ada
yang mengolahnya. Mukhabarah terdapat pembagian hasil. Untuk hal-hal
lainnya yang bersifat teknis disesuaikan dengan Syirkah yaitu konsep kerjasama
dalam upaya menyatukan potensi yang ada pada masing-masing pihak dengan
tujuan bisa saling menguntungkan.20
BAB 3
“PENUTUP”
A. KESIMPULAN
B. SARAN
20
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah
P a g e 15 | 17
Diharapkan kepadapara pembaca untuk menerapkan ilmu ini dalam
kehidupan sehari-hari sebagai semestinya agar kita tidak salah dalam melangkah
karena semua hal yang kita lakukan sudah ditetapkan oleh hukum islam.
DAFTAR PUSTAKA
8. Sugandi, A. (2021). Tinjauan Hukum Islam Tentang Bagi Hasil di Komunitas Tani
BANTEN).http://repository.uinbanten.ac.id/7163/3/BAB%20I.pdf
P a g e 16 | 17
https://www.academia.edu/25561983/
MUZARAAH_MUKHABARAH_DAN_MUSAQAH
10. Habibi, T. (2017). TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG MITRA USAHA BUDIDAYA JAHE
OLEH PERUSAHAAN SIDO UTOMO (Studi Kasus Di Desa
SukarameKecamatanBengkunatKabupatenPesisir Barat) (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).
http://repository.radenintan.ac.id/1350/3/BAB_II
11. HOIRUDIN, H. (2018). PENGARUH MUKHABARAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI
(Studi PendapatanPetani Desa Ciinjuk, KecamatanCadasari, KabupatenPandeglang) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri" Sultan Maulana Hasanuddin" Banten).
http://repository.uinbanten.ac.id/1560/4/BAB%20II.pdf
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1785/3/082411052_Bab2.pdf
13. Purwandi, H. (2015). PELAKSANAAN BAGI HASIL PADA PETANI KARET MENURUT
EKONOMI ISLAM (STUDI KASUS ANTARA PEKERJA DENGAN PEMILIK KEBUN DI DESA
PULAU BUSUK KECAMATAN INUMAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau)
.http://repository.uin-suska.ac.id/6531/4/BAB%20III.
P a g e 17 | 17