FIQH MUAMALAH II
“Musaqah”
Kelompok 11
Anggota :
Luthfiah Fajrianti
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akad Musaqah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ustadz Rio
Erismen Armen, Lc, MA selaku Dosen mata kuliah Fiqh Muamalah II yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Akad Musaqah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Pengertian dan Landasan Hukum Musaqah....................................................................................5
B. Rukun dan Syarat Musaqah.............................................................................................................6
C. Akhir Waktu.....................................................................................................................................9
D. Perbedaan Musaqah dan Muzaraah................................................................................................9
KESIMPULAN.............................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah atau pemimpin untuk
diri sendiri maupun orang lain. Meskipun manusia berperan sebagai khalifah, tentu tak
luput dari bantuan manusia lainnya, sehingga antara manusia satu dengan yang lainnya
saling membutuhkan satu sama lain. Di dalam Islam hubungan antar manusia telah diatur
sedemikian rupa agar tidak terjadi perselisihan yang mampu menimbulkan permusuhan
antara individu satu dengan lainnya. Seperti halnya hubungan bisnis ataupun perniagaan
antar individu. Apabila tidak dilandaskan hukum islam, maka kecurangan dan kekecewaan
pasti akan dirasakan oleh salah satu pihak yang terlibat. Dari beberapa kemungkinan buruk
tersebut, maka hendaklah setiap melakukan pekerjaan ataupun hubungan bisnis dengan
orang lain dilandaskan hukum agama agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan.
Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satuu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus
berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi.
Dalam kehidupan sosial, Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita semua tentang
bermuamalah agar terjadi kerukunan antar umat serta memberikan keuntungan bersama.
Dalam pembahasan kali ini, pemakalah ingin membahas Musaqah dalam bab Fiqh
Muamalah II. Karena di dalam pembahasan ini terdapat suatu hikmah untuk kehidupan
sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Landasan Hukum Musaqah
2. Rukun dan Syarat Musaqah
3. Akhir Waktu pada Akad Musaqah
4. Perbedaan Musaqah dan Muzaraah
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian musāqāh adalah sebuah bentuk kerjasama petani pemilik kebun
dengan petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat
sehingga memberikan hasil yang maksimal. Kemudian segala sesuatu yang
dihasilkan pihak kedua adalah merupakan hak bersama antara pemilik dan penggarap
sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat.
Penggarap disebut musāqi. Dan pihak lain disebut pemilik pohon. Yang disebut
kata pohon dalam masalah ini adalah: Semua yang ditanam agar dapat bertahan
selama satu tahun keatas, untuk waktu yang tidak ada ketentuannya dan akhinya
dalam pemotongan/penebangan. Baik pohon itu berbuah atau tidak.
Kerjasama dalam bentuk musāqāh ini berbeda dengan mengupah tukang kebun
untuk merawat tanaman, karena hasil yang diterimanya adalah upah yang telah pasti
ukurannya dan bukan dari hasilnya yang belum tentu.5
2. Landasan Hukum Musaqah
Dalam menentukan keabsahan akad musāqah dari segi syara’, terdapat perbedaan
ulama fiqh. Imam Abu Hanifah dan Zufar ibn Huzail mereka berpendirian bahwa akad al-
musāqāh dengan ketentuan petani penggarap mendapatkan sebagian hasil kerjasama ini
adalah tidak sah, karena musāqāh seperti ini termasuk mengupah seseorang dengan
imbalan sebagian hasil yang akan dipanen dari kebun itu.
Akan tetapi menurut kebanyakan ulama, hukum musāqāh itu boleh atau mubah,
berdasarkan sabda Rasulullah saw :
Musāqāh juga didasarkan atas ijma’ (kesepakatan para ulama), karena sudah
merupakan suatu transaksi yang amat dibutuhkan oleh umat untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dan sebagai bentuk sosial antara sesama manusia dengan jalan memberi
pekerjaan kepada mereka yang kurang mampu. hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam
surat al- Maidah ayat 2, yaitu:
Ayat diatas menjelaskan tentang perintah Allah kepada hamba- hambanya yang
beriman untuk saling tolong-menolong dalam perbuatan baik dan meninggalkan
kemungkaran. Dengan wujud saling tolong- menolong orang berilmu membantu orang
dengan ilmunya, orang kaya membantu dengan kekayaannya. Dan hendaknya kaum
Muslimin menjadi satu tangan dalam membantu orang yang membutuhkan.
Musaqah : kerjasama antara pemilik lahan danpekerja untuk memelihara dan merawat
tanaman dengan perjanjian bagi hasil yang besarnya sesuai dengan perjanjian.
Persamaannya:
Perbedaannya:
2. Muzara’ah hanya ada tanah yang harus digarap, belum ada tanaman, namun bibit dari
penggarap.
BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas mengenai Musaqah ialah dimana suatu akad
kerja sama yang dilakukan antara dua orang atau lebih dalam pengelolaan pertanian antara
pemilik lahan dan si penggarap.
Dalam Musaqah, penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan
pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
Berbeda dengan Musaqah, dalam muzara’ah pemilik lahan menyerahkan lahan pada si
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil panen yang
benihnya dari pemilik lahan.
Demikian pula hukum musaqah ini diperbolehkan dikarenakan bentuk kerja sama ini
sama-sama memberi manfaat berupa keuntungan hasil perolehannya dapat dibagi bersama sesuai
kesepakatan diawal.