Anda di halaman 1dari 11

MASAQAH MUZARO’AH MUKHABARAH

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Fiqih

Dosen pengampu:
Ahmad Rifqi Azmi M.Ag

Disusun oleh:

Dwi Prasetyo : 220101227


Faizatul Afiyah : 220101272

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb
Alhamdulilahirobbil’alamin, Allah SAW yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,. Tanpa pertolongan-nya tentunya
kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini denga baik. Shalawat serta salam semoga
telimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaa’nya dihari kiamat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah fiqih dengan judul pengertian
dan pembagian sholat-sholat sunnah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekuranggan di di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila ada banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.


Wassalamu’alaikum wr.wb

Bojonegoro, 12 maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Musaqah
B. Mukhabarah Dan Muzaro’ah

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Penutup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah atau pemimpin
untuk diri sendiri maupun orang lain. Meskipun manusia berperan sebagai khalifah.
tentu tak luput dari bantuan manusia lainnya, sehingga antara manusia satu dengan yang
lainnya saling membutuhkan satu sama lain. Di dalam Islam hubungan antar manusia
telah diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi perselisihan yang mampu menimbulkan
permusuhan antara individu satu dengan lainnya. Seperti halnya hubungan bisnis ataupun
perniagaan antar individu. Apabila tidak dilandaskan hukum islam, maka kecurangan dan
kekecewaan pasti akan dirasakan oleh salah satu pihak yang terlibat. Dari beberapa
kemungkinan buruk tersebut, maka hendaklah setiap melakukan pekerjaan ataupun
hubungan bisnis dengan orang lain dilandaskan hukum agama agar kedua belah pihak
tidak merasa dirugikan.

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus
berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi.
Dalam kehidupan sosial, Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita semua tentang
bermuamalah agar terjadi kerukunan antar umat serta memberikan keuntungan bersama.

Dalam pembahasan kali ini, penyusun ingin membahas tiga diantara muamalah yang
diajarkan Nabi Muhammad SAW yaitu Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah. Karena
didalam pembahasan ini terdapat suatu hikmah untuk kehidupan social.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Yang Di Maksud Musaqoh ?


2. Apakah Mukhabarah Itu ?
3. Apakah Muzaro’ah itu ?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Apa Definisi Musaqoh
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Mukhabarah
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Muzaro’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musaqah

Al-musaqah berasal dari kata as saqa. Diberi nama ini karena pepohonan
penduduk Hijaz amat membutuhkan saqi (penyiraman) ini dari sumur-sumur. Karenaitu
diberi nama musaqah (penyiraman/pengairan).
Dan secara syara’ adalah seseorang menyerahkan pohon kurma atau anggur pada
orang lain yang akan merawatnya dengan penyiraman dan perawatan yang lain, dengan
perjanjian bahwa orang tersebut akan mendapatkan bagian yang jelas dari hasil buahnya.
Musaqah hanya boleh dilakukan pada dua tanaman saja, kurma dan anggur.
Sehingga tidak boleh melakukan akad musaqah pada selain keduanya, seperti buah tin
dan buah misymisy.
1. Hukum Musaqoh
Musaqah hukumnya sah dilakukan oleh orang yang sah tasharrufnya jika
dilakukan untuk dirinya sendiri. Jika dilakuka untuk anak kecil dan orang gila,
maka musaqah sah dilakukan oleh orang yang menjadi wali keduanya ketika
memang ada maslahah. Shigat akad musaqah adalah, ‚aku melakukan akad
musaqah denganmu pada pohon kurma ini dengan bagian
sekian‛, atau, ‚aku memasrahkan pohon kurma ini padamu agar engkau
merawatnya‛, dan kata-kata sesamanya.
2. Syarat Dan Rukun Musaqah
Dan disyaratkan harus ada peneriman dari pihak amil (pekerja). Syarat
Musaqah. Musaqah memiliki dua syarat. Salah satunya, pihak pemilik harus
memberi batas waktu secara pasti dalam melakukan akad musaqah tersebut
seperti setahun hijriyah. Tidak diperkenankan membatasi akad musaqah dengan
munculnya buah menurut pendapat al ashah. Yang kedua, pemilik pohon harus
menentukan bagian pasti dari hasil buah untuk si amil seperti separuh atau
sepertiganya. Sehingga, seandainya pemilik berkata pada amil, ‚dengan perjanjian
buah yang diberikan oleh Allah menjadi milik diantara kita berdua‛, maka
hukumnya sah dan diarahkan pada bagian separuh-separuh.
3. Pekerjaan bagi akad musaqoh
Kemudian pekerjaan di dalam akad musaqah terbagi menjadi dua macam. Salah
satunya adalah pekerjaan yang manfaatnya kembali pada buah seperti menyiram
pohon kurma, mengawinkannya dengan meletakkan sebagian mayang kurma jantang
di mayang kurma betina, maka semua itu menjadi beban amil. Dan yang kedua adalah
pekerjaan yang manfaatnya kembali pada bumi seperti membuat kincir air dan
menggali tempat aliran air, maka semua itu adalah beban pemilik modal. Sang
pemilik pohon tidak diperkenankan mensyaratkan pada amil suatu pekerjaan yang
bukan termasuk dari pekerjaan-pekerjaan akad musaqah seperti menggali aliran air.
Disyaratkan amil harus bekerja sendiri. Sehingga, seandainya pemilik modal
mensyaratkan budaknya untuk bekerja bersama amil, maka akadnya tidak sah.

Ketahuilah sesungguhnya akad musaqah hukumnya jawaz dari kedua belah pihak.
Seandainya diketahui bahwa buah yang telah dihasilkan tersebut adalah milik orang
lain, seperti pemilik pohon kurma telah mewasiatkan buah pohon kurma yang diakadi
musaqah tersebut, maka amil berhak mendapatkan ongkos standar untuk
pekerjaannya dari pemilik modal.

B. Mukhobaroh Dan Muzaro’ah


. Mukhabarah adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang amil di lahan orang lain
(malik) dengan upah sebagian hasil yang keluar dari lahan tersebut, sedangkan benihnya dari
amil. Ketika seseorang menyerahkan lahan pada seorang laki laki agar ia olah, dan mensyaratkan
bagian yang maklum dari hasilnya pada lelaki tersebut, maka apa yang ia lakukan ini tidak
diperkenankan.
Akan tetapi imam an Nawawi mengikut pada imam Ibn al Mundzir lebih memilih hukum
diperbolehkan melakukan akad mukhabarah.
Muzara’ah Begitu pula akad muzara’ah, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh amil
dilahan orang lain dengan upah sebagian dari hasil yang keluar dari lahan tersebut, dan benihnya
dari pemilik lahan. Dan jika pemilik lahan menyewa seseurang untuk mengolah lahannya dengan
ongkos berupa emas atau perak, atau pemilik lahan mensyaratkan upah berupa makanan yang
sudah maklum yang menjadi tanggungannya untuk si amil, maka hukumnya diperkenankan.
. Adapun seandainya seseorang memasrahkan pada orang lain sebuah lahan yang disana
telah terdapat pohon kurma yang sedikit atau banyak, kemudian ia melakukan akad musaqah
dengan lekaki tersebut pada pohon-pohon kurma tersebut, dan melakukan akad muzara’ah
dengannya pada lahannya, maka hukum akad muzara’ah ini adalah diperbolehkan karena
mengikut pada akad musaqahnya.
mukhabarah dan muzara’ah ada kesamaan dan ada pula perbedaan. Persamaannya ialah
antara mukhabarah dan muzara’ah terjadi pada peristiwa yang sama, yaitu pemilik tanah
menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk dikelola. Perbedannya ialah pada modal, bila
modal berasal dari pengelola disebut mukhabarah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik tanah
disebut muzara’ah.

Berakhirnya Muzara’ah dan Mukhabarah

Beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya muzara’ah dan mukhabarah:


1. Habis masa muzara’ah dan mukhabarah
2. Salah seorang yang akad meninggal
3. Adanya uzur. Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang mengnyebabkan
batalnya muzara’ah, antara lain:
a. Tanah garapan terpaksa dijual, misalnya untuk membayar hutang.
b. Penggarap tidak dapat mengelola tanah (sakit, jihad di jalan Allah, dll
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas mengenai Musaqah, muzara’ah,
mukhabarah ialah dimana suatu akad kerja sama yang dilakukan antara dua orang
atau lebih dalam pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan si penggarap. Dalam
Musaqah, penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Berbeda
dengan Musaqah, dalam muzara’ah pemilik lahan menyerahkan lahan pada si
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil
panen yang benihnya dari pemilik lahan.
Dalam muzara’ah dan mukhabarah terdapat kesamaan dari pembagian
kerjasama tersebut dan yang membedakannya adalah apabila modal berasal dari
pemilik lahan maka disebut muzara’ah dan pabila modal berasal dari si penggarap itu
sendiri maka disebut mukhabarah. Dan untuk pembagian hasil sesuai kesepakatan
masing-masing yang melakukan kerja sama tersebut. Demikian pula hukum musaqah,
muzara’ah dan mukhabarah ini diperbolehkan dikarenakan bentuk kerja sama ini
samasama memberi manfaat berupa keuntungan hasil perolehannya dapat dibagi
bersama sesuai kesepakatan diawal.
B. PENUTUP
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan pada makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun berharap kepada para pembaca yang budiman agar dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi kesempurnaan
makalah ini serta penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Fauzan, Saleh. 2005. Fiqh Sehari-hari. Jakarta: Gema Indah Press.


Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani.
Ghazali, Abdul Rahman, dkk. 2010. Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana.
Mardani. 2012. Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh muamalah. Jakarata: Kencana..

Anda mungkin juga menyukai