Disusun oleh:
Dini Nuraeni
Lusi Nurjanah
M. Faiz Abdillah
Irgi Ihsan Kurnia
KELAS I F (PAI)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang maha kuasa, karena berkat Inayah
dan taufik-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan Salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya dan
seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang Musyaqah, Mukhabarah dan Muzara'ah. Isi makalah ini
terdiri atas tiga Bab. Bab I Pendahuluan, berisi uraian latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah. Bab II berisi Pembahasan;
Pengertian Musyaqah, Mukhabarah dan Muzara'ah, Dasar hukum, Rukun dan syarat-syarat
pelaksanaannya. Bab III berisi kesimpulan dan saran.
Upaya yang dilakukan oleh kami dalam penulisan ini rasanya sudah optimal, dengan
demikian sudah pasti masih banyak kekurangan dan kelemahan. Dengan segala kerendahan
hati, kami ajukan makalah sederhana ini kepada Bapak Dosen untuk kiranya memperoleh
masukan penyempurnaan dan penilaian.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. MUSYAQAH...................................................................................................................2
1. Pengertian Musyaqah...................................................................................................2
2. Asas Legalitas................................................................................................................2
3. Perbedaan antara musyaqah dan mujara’ah............................................................2
4. Syarat-Syarat Musyaqoh...................................................................................................2
5. Rukun Musyaqoh..........................................................................................................3
6. Hukum Musyaqah Shahih dan fasid (Rusak)...........................................................3
7. Habis Waktu Musyaqah..............................................................................................4
B. AL-MUZARA’AH / AL-MUKHABARAH...................................................................5
1. Pengertian Muzara'ah..................................................................................................5
2. Pengertian Mukhabarah..............................................................................................6
3. Zakat Muzara'ah dan Mukhabarah...........................................................................6
3. Hukum akad Muzara'ah..............................................................................................6
4. Rukun Muzara'ah dan Mukhabarah..........................................................................7
5. Syarat-syarat Muzara'ah dan Mukhabarah..............................................................7
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dijadikan Allah SWT sebagi makhluk sosial yang saling membutuhkan antara
Satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha
mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Dalam
kehidupam sosial Nabi Muhmmad mengajarkan kepda kita semua tentang bermuamalah
agarterjadi kerukunan antar umat serta memberikan keuntungan bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Muzaro’ah/Mukhabarah?
2. Apa yang dimaksud dengan Musyaqoh?
3. Bagaimana rukun dan syarat Muzaro’ah dan Musyaqoh?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Muzaro’ah/Mukhabrah
2. Mengetahui yang dimaksud dengan Musyaqoh
3. Agar mengerti tentang rukun dan syarat Muzaro’ah dan Musyaqoh
1
BAB II PEMBAHASAN
A. MUSYAQAH
1. Pengertian Musyaqah
Menurut etimologi, musyaqoh adalah salah satu bentuk penyiraman. Orang Madinah
Menyebutnya dengan istilah muamalah. Akan tetapi, istilah yang lebih dikenal adalah
musyaqoh.
Adapun menurut terminologi Islam adalah:
معاقدة دفعا ال شجار الى من يعمل فيها على ان الثمرة بينهما
Artinya: Sesuatu akad dengan memberikan pohon kepada penggarap agar di kelola
danhasilnya di bagi diantara keduanya.
2. Asas Legalitas
Musyaqah menurut ulama Hanafiyah seperti mujara’ah, baik dalam hukum
dan persyaratan yang memungkinkan terjadi musyaqah. Abu hanifah dan Abu jarah tidak
membolehkannya, dengan mendasarkan pendapatnya pada hadits:
من كانت له ارض فاليزرعها وال يكريها بثلث ال يربع وال بطعام
Artinya:Barang siapa yang memiliki tanah, hendaklah mengelolanya, tidak boleh
menyewakan nyadengan sepertiga atau seperempat, dan tidak pula dengan makanan yang
telah di tentuka.(Muttafaq alaih).
Abu yusuf dan muhammad (dua sahabat abu hanifah), dan jumhur ulama (imam
Malik,imam Syafi’I,dan imam Ahmad) memperbolehkan musyaqah yang didasarkan pada
muamalah rasulullah SAW bersama orang Khaibar.
2
a) Ahli dalam akad
b) Menjelaskan bagian penggarap
c) Membebaskan pemilik dari pohon
d) Hasil dari pohon dibagi antara dua orang yang melangsungkan akade.Sampai batas
akhir, yakni menyeluruh sampai akhir
5. Rukun Musyaqoh
Jumhur Ulama’ menetapkan bahwa rukun Musyaqoh ada 5, yaitu berikut ini:
a) Dua orang yang akad (al-aqidani). Al-Aqidani disyaratkan harus baligh dan berakal.
b) Objek Musyaqoh. Objek Musyaqoh menurut ulama Hanafiyah adalah pohon-pohon
yang berbuah, seperti kurma. Akan tetapi, menurut sebagian ulama Hanafiyah lainnya
dibolehkan musyaqoh atas pohon yang tidak berbuah sebab sama-sama
membutuhkan pengurusan dan siraman.
c) Buah. Disyaratkan menentukan buah ketika akad untuk kedua pihak.
d) Pekerjaan. Disyaratkan penggarap harus bekerja sendiri. Jika disyaratkan
bahwa pemilik harus bekerja atau dikerjakan secara bersama-sama, akad menjadi
tidak sah.
e) Shigat. Menurut ulama Syafi’iyah, tidak dibolehkan menggunakan kata ijarah
(sewaan) dalam akad musyaqoh sebab berlainan akad.
3
pekerjaan penggarap di atas.dan menambahkan bahwa segala pekerjaan yang rutin setiap
tahun adalah kewajiban penggarap, sedangkan pekerjaan yang tidak rutin adalah
kewajiban pemilik tanah.
b. Hukum dan dampak musyaqah fasid.
Musyaqah fasid adalah akad yang tidak memenuhi persayaratan yang telah di tetapkan
syara’. Beberapa keadaan yang telah di tetapkan syara’.beberapa keadaan yang dapat di
kategorikan musyaqah fasidah menurut ulama Hanafiyah antara lain:
1. Mensyaratkan hasil musyaqah bagi salah seorang dari yang akad.
2. Mensyaratkan salah satu bagian tertentu bagi yang akad.
3. Mensyaratkan pemilik untuk ikut dalam penggarap.
4. Mensyaratkan pemetik dan kelebihan kepada penggarap, sebab penggarap hanya
berkewajibanmemelihara tanaman sebelum dipetik hasilnya.Dengan
demikian, pemeriksa dan hal tambahan merupakan kewajiban dua orang yang akad.
5. Mensayaratkan penjagaan kepada penggarap setelah pembagian.
6. Mensyaratkan kepada penggarap untuk terus bekerja setelah habis waktu akad.
7. Bersepakat sampai batas waktu menurut kebiasaan.
8. Musyaqoh digarap oleh banyak orang sehingga penggarap membagi lagi
kepada penggarap lainnya.
d. Menurut ulama Syafi’iyah, musayaqah slesai jika habis waktunya. jika buah keluar
setelah habis waktu, penggarap tidak berhak atas hasilnya. Akan tetapi, jika akhir waktu
musyaqah buah belum matang, penggarap berhak atas bagiannya dan meneruskan
pekerjaanya. Musyaqah dipandang batal jika penggarap meninggal, tetapi tidak dianggap
bataljika pemiliknya meninggal. Penggarap meneruskan pekerjaannya sampai mendapatkan
hasilnya.Akan tetapi, jika seorang ahli warisnya pun meninggal, akad menjadi batal.
e. Menurut Ulama Hanabilah berpendapat bahwa musyaqah sama dengan mujara’ah, yakni
termasuk akad yang dibolehkan, tetapi tidak lazim. Dengan demikian, setiap sisi dari
musyaqah dapatmembatalkannya. Jika musyaqah rusak setelah tampak buah, buah tersebut
dibagikankepada pemilik dan penggarap sesuai dengan perjanjian awal waktu dan dengan
catatan penggarap berkewajiban menyempurnakan pekerjaannya meskipun musyaqah rusak.
Jika penggarap meninggal, musyaqah di pandang tidak rusak, tetapi dapat diteruskan oleh
ahli warisnya. Jika ahli waris menolak, mereka tidak boleh dipaksa, tetapi hakim dapat
menyuruh orang lain untuk mengelolanya dan upah diambil dari tirkah (peninggalannya).
Akan tetapi jika tidak memiliki tirkah, upah tersebut diambil dari bagian penggarap sebatas
yang dibutuhkan ssehingga musyaqah sempurna.
B. AL-MUZARA’AH / AL-MUKHABARAH
1. Pengertian Muzara'ah
Secara etimologi, al- muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara pemilik
tanah dengan petani penggarap. Sedangkan dalam terminologi fiqh terdapat beberapa definisi
yang di kemukakan ulama’ fiqh. Ulama’ Malikiyah mendefinisikan dengan
“perserikatandalam pertanian”. Menurut ulama Hanabilah “Penyerahan tanah pertanian
kepada seorang
petani untuk di garap dan hasilnya di bagi dua.
Dalam al-muzara’ah bibit yang akan di tanam boleh dari pemilik
الشركة في الزرع
"Perserikatan dalam pertanian"
Menurut ulama Hanabilah Muzara'ah yaitu
5
2. Pengertian Mukhabarah
Imam Syafi'i mendefinisikan Mukhabarah dengan
عمل األرض ببعض ما يخرج منها والبذر من العامل
”Pengelolaan tanah oleh petani dengan imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian
disediakan penggarap tanah."
Dalam al-mudhrabah bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah,sedangkan
dalam al-muzara’ah bibit yang akan di tanam boleh dari pemilik.
6
tidak mempunyai tanah pertanian. Oleh sebab itu, wajar apabila antara pemilik tanah persawa
han bekerjasama dengan petani penggarap, dengan ketentuan bahwa hasilnya mereka bagi
sesuai dengan kesepakatan bersama.
Menurut ulama Malikiyah dan Hanabilah, akad seperti ini termasuk dalam firman Allah
dalam surah al-Ma’idah, 5:2 ynag berbunyi:Bertolong-tolonganlah kamu atas kebajikan dan
ketaqwaan dan jangan bertolong-tolonganatas dosa dan permusuhan.
7
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas mengenai musaqqah,muzara’ah,mukhabarah
ialah dimana suatu akad kerja sama yang dilakukan antara dua orang atau lebih dalam
pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan si penggarap.
Demikian pula hukum musaqah,muzaraah dan mukhabarah ini diperbolehkan diikarenakan
bentuk kerjasama ini sama sama memberi manfaat berupa keuntungan hasil perolehannya
dapat dibagi bersama sesuai kesepakatan diawal.