Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI AKAD DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah 1

Dosen Pengampu :

Dr.Yosi Aryanti, S.Ag, M.A

Disusun Oleh :Kelompok 10

1. Suci Ramadhani 3321020


2. Putri Amelia 3321021

PRODI S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, Sholawat dan Salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad dengan
mengucapkan Allohummaa sholli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad yang
menjadi panutan kita sampai akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan Judul Teori Akad Dalam Perspektif Islam. Penulisan makalah ini dilaksanakan
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Muamalah 1 pada Program
Studi S1 Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini, sejak tahap awal sampai
dengan tahap akhir, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada anggota kelompok yang dengan sabar
menyemangati dan mendoakan penulis, sehingga makalah ini dapat selesai.

Doa dan harapan penulis kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan,
bantuan, bimbingan, petunjuk, dan arahan yang bermanfaat tersebut, semoga Allah SWT
membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta menjadi amal jariyah yang
berguna diakhirat kelak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari sisi
materi maupun tehnik penulisan. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bukittinggi, 1 November 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Macam Macam Akad ...................................................................................... 2
B. Berakhirnya Akad .......................................................................................... 6
C. Hikmah Akad ................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad atau perjanjian dalam kehidupan masyarkat menduduki posisi yang sangat
penting. Akad merupakan salah satu dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian manusia.
Melalui akad berbagai kegiatan bisnis dan usaha manusia dapat dijalankan. Akad
memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya. Karena akad
itulah yang membatasi hubungan antara kedua belah pihak yang terlibat dalam usaha
tersebut dan akan mengikat hubungan itu dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Warisan ilmu fikih memuat berbagai rincian dan penetapan dasar perjanjian usaha tersebut
sehingga dapat merealisasikan tujuannya, memenuhi kebutuhan umat pada saat yang sama,
serta melahirkan beberapa kaidah dan pandangan bagi umat islam untuk digunakan
memenuhi kebutuhan modern saat ini.

Semakin jelas rincian dan kecermatan dalam membuat akad, maka semakin kecil
pula adanya konflik dan pertentangan antara kedua belah pihak di masa yang akan datang.
Akad menurut Ahmad Azhar Basyir adalah suatu perikatan antara ijab dan kabul dengan
cara yang dibenarkan oleh syara’ yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada
obyeknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Macam Macam Akad Dari Segi Keabsahan,Dari Segi Tujuan,Dari Segi
Sifat?
2. Apa saja Penyebab Berakhirnya Akad?
3. Apa Saja Hikmah Dari Akad?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apasaja Macam Macam Akad Dari Segi Keabsahan,Dari Segi
Tujuan,Dari Segi Sifat
2. Untuk Mengetahui Apasaja Penyebab Berakhirnya Akad
3. Untuk Mengetahui Hikmah Dari Akad

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. MACAM MACAM AKAD


1. Macam Macam Akad Dari Segi Keabsahannya1

Jika dilihat dari segi keabsahannya menurut syara’, akad terbagi dua, yaitu :

1) Akad Sahih

Adalah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Hukum


dari akad sahih ini adalah berlakunnya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad
itu dan mengikat kepada pihak-pihak yang berakad. Akad yang sahih ini dibagi lagi
oleh ulama Hanafiyah dan Malikiyah menjadi dua macam, yaitu:

a. Akad yang nafiz (sempurna untuk dilaksanakan), ialah akad yang


dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan syaratnya dan tidak ada
penghalang untuk melaksanakannya.
b. Akad mawquf, ialah akad yang dilakukan seseorang yang cakap bertindak
hukum, tetapi ia tidak memiliki kekuasaan untuk melangsungkan dan
melaksanakan akad ini, seperti akad yang dilakukan oleh anak kecil yang telah
mumayyiz. Dalam kasus seperti ini, akad ini harus sah secara sempurna dan
memiliki akibat hukum apabila jual beli itu diizinkan oleh wali anak kecil ini.
Contoh lain dari akad mawquf adalah yang disebut dalam fiqh dengan ‘aqad
al-fudhuli. Misalnya, Ahmad memberikan uang sebesar Rp. 2.000.000,-
kepada Hasan untuk membeli seekor kambing. Ternyata di tempat penjualan
kambing, uang Rp. 2.000.000,- itu dapat membeli dua ekor kambing, sehingga
Hasan membeli dua ekor kambing. Keabsahan akad jual beli dua ekor
kambing ini amat tergantung kepada persetujuan Ahmad, karena Hasan
diperintahkan hanya membeli seekor kambing. Apabila Ahmad menyetujui
akad yang telah dilaksanakan Hasan itu maka jual beli itu tidak sah. Akan

1
Abdul Rahman Ghazaly,Fiqih Muamalat,(Kencana Prenamda Media Group,2010.) Hal.55

2
tetapi, ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menganggap jual beli mawquf itu
sebagai jual beli yang batil.

Jika dilihat dari sisi mengikat atau tidaknya jual beli yang sahih itu, para
ulama fiqh membaginya kepada dua macam, yaitu:2
1. Akad yang bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad, sehingga
salah satu pihak tidak boleh membatalkan akad itu tanpa seizin pihak
lain, seperti akad jual beli dan sewa-menyewa.
2. Akad yang tidak bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang berakad,
seperti dalam akad al-wakalah (perwakilan), al-‘ariyah (pinjam-
meminjam), dan al-wadhi’ah (barang titipan).
Akad yang mengikat bagi pihak-pihak yang melangsungkan akad itu
dibagi lagi oleh para ulama fiqh menjadi tiga macam, yaitu:
a. Akad mengikat dan tidak dapat dibatalkan sama sekali. Akad
perkawinan termasuk akad yang tidak boleh dibatalkan, kecuali
dengan cara-cara yang dibolehkan syara’, seperti melalui talak
dan al-khulu’ (tuntutan cerai yang diajukan istri kepada
suaminya dengan kesediaan pihak istri untuk membayar ganti
rugi.
b. Akad yang mengikat, tetapi dapat dibatalkan atas kehendak
kedua belah pihak, seperti akad jual beli, sewa-menyewa,
perdamaian, al-muzara’ah (kerja sama dalam pertanian), dan al-
musaqah (kerja sama dalam perkebunan). Dalam akad-akad
seperti ini berlaku hak khiyar (hak memilih untuk meneruskan
akad yang telah memenuhi rukun dan syaratnya atau
membatalkannya).
c. Akad yang hanya mengikat salah satu pihak yang berakad,
seperti akad al-rahn dan al-kafalah.
2) Akad yang tidak sahih

2
Ibid.,Hlm.56-57

3
Yaitu akad yang terdapat kekuranga pada rukun dan syarat-syaratnya, sehingga
seluruh akibat hukum akad itu tidak berlaku dan mengikat pihak-pihak yang berakad.
Kemudian, ulama Hanafiyah membagi akad yang tidak sahih ini kepada dua macam, yaitu
akad yang batil dan fasid.

Suatu akad dikatakan batil apabila akad itu tidak memenuhi salah satu rukunnya
atau ada larangan langsung dari syara’. Misalnya, objek jual beli itu tidak jelas. Atau
terdapat unsur tipuan, seperti menjual ikan dalam lautan, atau salah satu pihak yang
berakad tidak cakap bertindak hukum. Adapun akad fasid menurut mereka merupakan
suatu akad yang pada dasarnya disyariatkan, akan tetapi sifat yang diakadkan itu tidak
jelas. Misalnya, menjual rumah atau kendaraan yang tidak ditunjukkan tipe, jenis, dan
bentuk rumah yang dijual, atau disebutkan brand kendaraan yang dijual, sehingga
menimbulkan perselisihan antara penjual dan pembeli. Jual beli seperti ini, menurut
ulama Hanafiyah, adalah fasid, dan jual beli ini dianggap sah apabila unsur-unsur yang
menyebabkan kefasidannya itu dihilangkan, misalnya dengan menjelaskan tipe, jenis,
dan bentuk rumah yang dijual, atau brand dan jenis kendaraan yang dijual.\

Akan tetapi, jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa akad yang batil dan fasid
mengandung esensi yang sama, yaitu tidak sah dan akad itu tidak mengakibatkan
hukum apa pun.

Ditinjau dari segi penanamannya, para ulama fiqh membagi akad kepada dua
macam, yaitu:

 Al-‘Uqud al-musamma, yaitu akad yang ditentukan namanya oleh syara’ serta
dijelaskan hukumya, seperti jual beli, sewa-menyewa, perserikatan, hibah, al-
wakalah, wakaf, al-hiwalah, al-ji’alah, wasiat, dan perkawinan.
 Al-‘Uqud ghair al-mumsamma, ialah akad-akad yang penamaannya dilakukan
oleh masyarakat sesuai dengan keperluan mereka sepanjang zaman dan tempat,
seperti al-istishna’, dan ba’i al-wafa.

4
2.Macam Macam Akad Dari Segi Tujuannya3

a. Akad al-tamlikiyah
Akad al-tamlikiyah adalah akad yang dimaksud sebagai proses perpindahan kepemilikan
atas benda atau manfaat, baik dengan imbalan maupun dengan tanpa imbalan. Akad yang
dilaksanakan dengan diikuti saling memberi dan menerima dinamakan akad muawadlah
seperti akad jual-beli, ijarah, dll. Sedangkanakad tamlikiyah (hak milik) yang dilakukan
tanpa imbalan disebut dengan akad kebajikan (tabarru).
b. Akad al-Isqath
Akad al-isqath adalah akad berbentuk melepaskan hak tanpa ataupun dengan
ganti/imbalan. Jika tidak disertai imbalan dinamakan isqath al-mahdhi, seperti akad
menjatuhkan khulu’ tanpa iwadh, pembebasan hutang dan pemaafan qishash tanpa
membayar diyat, apabila disertai dengan imbalan atau ganti disebut dengan isqath
muawwadhah.
c. Akad al-ithlaq
Akad al-ithlaq adalah akad yang bertujuan melepaskan/ menyerahkan kekuasaan untuk
melakukan sesuatu perbuatan kepada orang lain, seperti wakalah (perwakilan) dan
tauliyah (penyerahan kekuasaan).
d. Akad al-taqyid
Akad al-taqyid adalah akad yang bertujuan untuk menjaga seseorang bertasharruf
seperti, pencabutan kewenangan atau menghentikan kuasa wakilnya yang berkuasa atas
namanya.
e. Akad al-tawtsiq
Akad al-tawtsiq adalah akad-akad yang bertujuan untuk memperkuat atau menanggung
akad lain, seperti akad gadai (rahn), akad kafalah dan hawalah.
f. Akad al-isytirak
Akad al-isytirak adalah akad yang bertujuan untuk bekerjasama untuk memperoleh suatu
hasil atau keuntungan. Misalnya, mudharabah dan syirkah, musaqah, dan muzara’ah.
g. Akad al-hifdz

3
Dimyauddin Djuwaini.Pengantar Fiqih Mumalah.(Yoqyakarta: Pustaka Pelajar,2008)

5
Akad al-hifdz adalah akad-akad yang dimaksud untuk menjaga harta benda, seperti akad
wadhi’ah.
3. Macam Macam Akad Dari Segi Sifat

Dari sifat bendanya, akad dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Akad ‘ainiyah

Akad ‘ainiyah adalah akad yang disyaratkan dengan penyerahan barang-


barang. Contohnya, akad jual beli.

2. Akad ghairu ‘ainiyah

Akad ghairu ‘ainniyah adalah akad yang tidak disertai dengan penyerahan
barang-barang. Tanpa adanya penyerahan barang-barang pun akad sudah berhasil.
Contohnya, akad amanah.

B. BERAKHIRNYA AKAD
Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:
1. Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu mempunyai
tenggang waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya
tidak mengikat.
3. Dalam akad yang bersifat mengikat, suatu akad dapat dianggap berakhir
jika:
a. Jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur-unsur tipuan salah satu
rukun atau syaratnya tidak terpenuhi.
b. Berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat.
c. Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.
d. Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna.
4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini
para ulama fiqh mennyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir
dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. Akad yang
berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad, di

6
antaranya akad sewa-menyewa, al-rahn, al-kafalah, al-syirkah, al-
wakalah, dan al-muzara’ah. Akad juga akan berakhir dalam ba’I al-
fudhul (suatu jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada
persetujuan orang lain) apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik
modal.

C. HIKMAH AKAD
Diadakannya akad dalam muamalah antar sesama manusia tentu mempunyai
hikmah, antara lain:4
1. Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih di dalam bertransaksi
atau memiliki sesuatu.
2. Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan suatu ikatan perjanjian,
karena telah diatur secara syar’i.
3. Akad merupakan “payung hukum” di dalam kepemilikan sesuatu, sehingga
pihak lain tidak dapat menggugat atau memilikinya.

4
Dewy Anita, Urgensi Akad Dalam Transaksi Bisnis Islam ( Madani Syari’ah Vol. 2, Agustus 2019) Hal 83.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Macam macam akad dari segi keabsahannya terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Akad sahih
2. Akad yang tidak sahih

Macam macam akad dari segi tujuannya

1. Akad al-tamlikiyah
2. Akad al-Isqath
3. Akad al-ithlaq
4. Akad al-taqyid
5. Akad al-tawtsiq
6. Akad al-isytirak
7. Akad al-hifdz

Macam macam akad dari segi sifat

1. Akad ‘ainiyah
2. Akad ghairu ‘ainiyah

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Dewy. 2019. Urgensi Akad Dalam Transaksi Bisnis Islam. Madani Syari’ah Vol. 2.

Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqih Mumalah. Yoqyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahman Ghazaly,Abdul. 2010. Fiqih Muamalat, Kencana Prenamda Media Group.

Anda mungkin juga menyukai