Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FIQIH

Nama : Siska Arianis

Nim : 12020723166

Mata Kuliah : Fiqih Muamalah

Kelas : Ilmu Hukum F

Soal !

1. Ketik di Microsoft Word tentang hal-hal yang berkaitan dengan Musaqah, mulai dari
pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat dan wafat salah seorang Aqid

2. Ketik di Microsoft Word tentang Muzaro'ah dan Mukhobaroh. Mulai dari pengertian, dasar
hukumnya, rukun dan syaratnya, serta ketik perbedaan antara Muzaro'ah dan Mukhobaroh

Jawab !

1. Hal-hal yang berkaitan dengan musaqah


➢ Pengertian musaqah
Menurut bahasa musaqah diambil dari kata al-saqah, yaitu seseorang bekerja
pada pohon tamar, anggur (mengurusnya). Atau pohonpohon yang lainnya
yang mendatangkan kemaslahatan dan mendapatkan bagian tertentu dari hasil
yang diurus sebagai imbalan. Menurut terminologi musaqah adalah akad untuk
pemeliharaan tanaman (pertanian) dan yang lainnyaa dengan syarat-syarat
tertentu.
Sedangkan menuru umum musāqāh adalah sebuah bentuk kerjasama petani
pemilik kebun dengan petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu
dipelihara dan dirawat sehingga memberikan hasil yang maksimal. Kemudian
segala sesuatu yang dihasilkan pihak kedua adalah merupakan hak bersama
antara pemilik dan penggarap sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat.
➢ Dasar hukum Musaqah
Dalam menentukan keabsahan akad musāqah dari segi syara’, terdapat
perbedaan ulama fiqh. Imam Abu Hanifah dan Zufar ibn Huzail mereka
berpendirian bahwa akad al-musāqāh dengan ketentuan petani penggarap
mendapatkan sebagian hasil kerjasama ini adalah tidak sah, karena musāqāh
seperti ini termasuk mengupah seseorang dengan imbalan sebagian hasil yang
akan dipanen dari kebun itu. Akan tetapi menurut kebanyakan ulama, hukum
musāqāh itu boleh atau mubah, berdasarkan sabda Rasulullah saw yang
artinya Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Nabi saw telah memberikan kebun
beliau kepada penduduk Khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan
perjanjian: mereka akan memperoleh dari penghasilannya, baik dari buah-
buahan maupun hasil tanaman”(HR.Muslim).
➢ Rukun dan syarat Musaqah
• Rukun Musaqah
Jumhur ulama yang terdiri atas ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan
Hanabilah berpendiriran bahwa transaksi musāqāh harus memenuhi
lima rukun, yaitu:
a) Sighāt (ungkapan) ijāb dan qābūl.
b) Dua orang/pihak yang melakukan transaksi.
c) Tanah yang dijadikan objek musāqāh.
d) Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap.
e) Ketentuan mengenai pembagian hasil musāqāh.
• Syarat Musaqah
Syarat rukun Musaqah :
a) Sighāt, ijāb qabūl yang kadang-kadang berupa terang-terangan
dan kadang mendekati terang (sindiran).
b) Dua orang yang bekerjasama (aqidaini) sebab perjanjian
kerjasama musāqāh tak bisa berwujud kecuali dengan adanya
pemilik tanah dengan penggarap yang keduanya disyaratkan
agar benar-benar memiliki kelayakan kerjasama, karena
kerjasama ini tidak sah dilakukan dengan orang gila, anak kecil
sebagaimana yang dijelaskan di bab Jual Beli.
c) Ada sasaran penggarapan yaitu pohonnya, sebab kerjasama
musāqāh tidak akan terwujud kecuali dengan adanya pohon
tersebut.
d) Adanya pekerjaan dan pengolahan, sebab kerjasama musāqāh
tidak akan terwujud tanpa adanya pekerjaan yang akan dimulai
dari penggarapan sampai masa panen.

Syarat terpenuhinya musaqah :

a) Bahwa pohon yang di-musāqāh-kan diketahui dengan jalan


melihat, atau memperkenalkan sifat-sifat yang tidak
bertentangan dengan kenyataan pohonnya. Karena akad
dinyatakan tidak sah, untuk sesuatu yang tidak diketahui
dengan jelas.
b) Bahwa masa yang diperlukan itu diketahui dengan
jelas.Karena musāqāh adalah akad lazim yang menyerupai
akad sewa-menyewa. Dengan kejelasan ini akan tidak ada
unsur gharār.
c) Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat bahwa
menjelaskan masa lamanya, bukanlah merupakan syarat
dalam musāqāh, tetapi sunnah, yang berpendapat tidak
diperlukannya syarat ini adalah ẓāhiriyah.
d) Menurut mazhab Hanafi bahwa manakala masa musāqāh
telah berakhir sebelum masaknya buah, pohon wajib
ditinggalkan/dibiarkan ada di tangan penggarap, agar ia
terus menggarap (tetapi) tanpa imbalan, sampai pohon itu
berbuah masak.
e) Bahwa akad itu dilangsungkan sebelum nampak baiknya
buah/hasil. Karena dalam keadaan seperti ini, pohon
memerlukan penggarapan.
f) Bahwa imbalan yang diterima oleh penggarap berupa buah
itu diketahui dengan jelas.
g) Apabila satu syarat dan syarat-syarat ini tidak terpenuhi,
akad dinyatakan fāsakh dan musāqāh menjadi fāsad.
➢ Wafat salah seorang Aqid
Menurut madzab Hanafi, apabila salah seorang yang berakad meninggal
dunia, sedangkan pada pohon tersebut sudah tampak buah-buahnya (hampir
bisa dipanen) walaupun belum tampak kebagusan buah tersebut, demi
menjaga kemaslahatan, penggarap melangsungkan pekerjaan atau
dilangsungkan oleh salah seorang atau beberapa orang ahli warisnya, sehingga
buah itu masak atau pantas untuk dipanen, sekalipun hal ini dilakukan secara
paksa terhadap pemilik, jika pemilik berkeberatan, karena dalam keadaan
seperti ini tidak ada kerugian. Dalam masa faṡakh nya, akad dan matangnya
buah, penggarap tidak berhak memperoleh upah.
Apabila penggarap atau ahli waris berhalangan bekerja sebelum berahirnya
waktu atau fasaknya akad, mereka tidak boleh dipaksa. Tetapi jika mereka
memetik buah yang belum layak untuk dipanen, hal itu mustahil. Hak berada
pada pemilik atau ahli warisnya sehingga dalam keadaan seperti ini dapat
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
• Memetik buah dan dibaginya oleh dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang
disepakati.
• Memberikan kepada penggarap atau ahli warisnya sejumlah uang karena dialah yang
berhak memotong atau memetik.
• Pembiayaan pohon sampai buahnya matang (pantas untuk dipetik), kemudian hal ini
dipotong dari bagian penggarap, baik potongan itu dari buahnya atau nilai harganya
(uang).
2. Muzaro’ah dan Mukhobaroh
➢ Pengertian Muzaro’ah dan Mukhobaroh
Menurut bahasa, Al-Muzara’ah yang berarti Tharh AlZur’ah
(melemparkantanaman) ,muzara’ah memilki dua arti yang pertama al-
muzara’ah yag berarti tharh al-zur’ah (melemparkan tanaman) maksuudnya
adalah modal(albudzar). Menurut Dharin Nas, Al-syafi’i berpendapat bahwa
mukhabarah adalah menggarap tanah denagan apa yang dikeluarkan dari tanah
tersebut. Berdasarkan dengan Imam Mawardi yang menyatakan bahwa
mukhabarah sama dengan muzara’ah. Yaitu menyewa tanah dengan ganti
sebagian dari hasil panen. Hanya saja berbeda pada asal kata mukharabah
yakni dikaitkan dengan praktik demikian di khaibar. Imam Taqiyuddin
didalam kitab “kifayatul ahya” menyebutkan bahwa muzara’ah adalah
menyewa seseorang pekerja untuk menenami tanah dengan upah sebagian
yang keluar daripadanya. Sedangkan mukhabarah adalah transaksi pengolahan
bumi dengan upah sebagian hasil yang keluar dari padanya.
➢ Dasar Hukum Muzaro’ah dan Mukhabarah
Dalil al-Qur’an atau hadist merupaka landasan hukum yang dipakai oleh para
ulama’ yang membolehkan akad perjanjian muzara’ah atau
mukhabarah.Menurut para ulama’ akad ini bertujuan untuk saling membantu
antara petani dengan pemilik tanah pertanian.Pemilik tanah tidak mampu
mengerjakan tanahnya, sedang petani tidak mempunya tanah atau lahan
pertanian.
➢ Rukun dan Syarat Muzaro’ah dan Mukhobarah
• Rukun Muzaro’ah dan Mukhoarah
a) Penggarap dan pemilik tanah (akid) Akid adalah seseorang
yang mengadakan akad, disini berperan sebagai penggarap atau
pemilik tanah pihak-pihak yang mengadakan akid, maka para
mujtahid sepakat bahwa akad muzara’ah atau mukhabarah sah
apabila dilakukan oleh : seseorang yemg telah mencapai umur,
seseorang berakal sempurna dan seseorang yang telah mampu
berihtiar.
b) Obyek muzara’ah danmukhabarah (ma’qud ilaih) Ma’qud ilaih
adalah benda yang berlaku pada hukum akad atau barang yang
dijaddikan obyek pada akad.
c) Harus ada ketentuan bagi hasil Menurut ketentuan dalam akad
muzara’ah atau mukhabarah perlu diperhatikan ketentuan
pembagian hasil seperti setengah, sepertiga, seperempat, lebih
banyak atau lebih sedikit dari itu.
d) Ijab dan Qabul. Suatu akad akan terjadi apabila ada ijab dan
qabul, baik dalam bentuk perkataan atau dalam bentuk
persyaratan yang menunjukkan adanya persetujuan kedua
belah pihak dalam melakukan akad tersebut.
• Syarat Muzaro’ah dan Mukhobarah
a) Syarat yang berkaitan dengan orang yang melakukan akad,
harus baligh dan berakal, agar mereka dapat bertindak atas
nama hukum.
b) Syarat yang berkaita dengan benih yang akan ditanam harus
jelas dan menghasilkan.
c) Syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian
d) syarat yang berkaitan dengan hasil
e) syarat yang berkaitan dengan waktu pun harus jelas didalam
akad, sehingga pengelola tidak dirugikan seperti membatalkan
akad sewaktu waktu.
f) Syarat yang berhubungan dengan alat-alat muzara’ah, alat-alat
tersebut disyaratkan berupa hewan atau yang lain dibebankan
kepada pemilik tanah.
➢ Perbedaan Muzaro’ah dan Mukhabarah
Perbedaannya adalah
Mukhabarah adalah akad dalam pengelolaan tanah dengan sistem kerja sama
yang diterapkan antara pemilik tanah dan penggarap tanah. Sedangkan akad
muzara'ah adalah pengelolaan tanah yang sumber benihnya berasal dari petani
penggarap (amil/muzari').

Anda mungkin juga menyukai