Anda di halaman 1dari 10

MUZARA’AH

Oleh
Kelompok 3
Puput Agustiningtyas 17080554006
Luluul Khusnanut Thohir 17080554034
Muti’atuz Zahro 17080554052
Nadhira Aisyah Damayanti 17080554074

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
PEMBAHASAN

01 Pengertian Muzara’ah

02 Hukum Muzara’ah

03 Studi Kasus Muzara’ah


PENGERTIAN MUZARA’AH

Al Muzara’ah, yaitu kerjasama antara pemilik lahan dan


penggarap dalam pengolahan pertanian, dimana benih
tanaman berasal dari penggarap. Pemilik lahan
memberikan lahannya kepada penggarap untuk dikelola
dan hasilnya dibagi dua seseuai kesepakatan (presentase
hasil panen)

Menurut Abdul Sami’ Al Mishri, diartikan sebagai sebuah akad


kerja sama pengelola lahan pertanian antara pemilik lahan dan
penggarap. Pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan
tertentu dengan hasil panen. Namun jika terjadi kerugian atau
gagal panen maka penggarap tidak menanggung apapun, tapi
telah rugi atas usaha dan waktu yang telah ia keluarkan
PENGERTIAN MUZARA’AH

bahwa Muzara’ah adalah


suatu bentuk kerjasama
antara pemilik lahan dan
Pengertian di penggarap tanah dengan
atas dapat perjanjian bagi hasil yang
jumlahnya menurut
dipahami kesepakatan bersama,
apakah pembagiannya 1/3,
2/3, atau menurut perjanjian
di antara mereka
RUKUN MUZARA’AH
Tanah

Perbuatan pekerja

Modal

Alat-alat untuk menanam

Menurut Hanafiyah, rukun Muzara’ah ialah akad, yaitu ijab dan kabul antara pemilik
dan pekerja. Secara rinci jumlah rukun-rukun Muzara’ah menurut Hanafiyah ada 4,
sebagaimana tercantum di atas
HUKUM MUZARA’AH
Menurut Hanafiyah, hukum Muzara’ah yang sahih adalah sebagai berikut :
Segala keperluan untuk memelihara tanaman diserahkan
kepada penggarap

Pembiayaan atas tanaman dibagi antara penggarap dan


pemilik lahan

Hasil yang diperoleh dibagikan berdasarkan


kesepakatan waktu akad

Menyiram atau menjaga tanaman

Dibolehkan menambah penghasilan dan kesepakatan


waktu yang telah ditetapkan

Jika salah seorang yang akad meninggal sebelum


diketahui hasilnya, penggarap tidak mendapatkan apa-
apa sebab ketetapan akad didasarkan pada waktu
HUKUM MUZARA’AH
Menurut Hanafiyah, hukum Muzara’ah yang Fasid
adalah sebagai berikut :

Penggarap tidak berkewajiban mengelola

Hasil yang keluar merupakan pemilik


benih

Jika dari pemilik tanah, penggarap berhak


mendapatkan upah dari pekerjaannya
STUDI KASUS MUZARA’AH
Secara garis besar contoh penerapan muzara’ah
sendiri ketika pemilik lahan menyerahkan
lahannya untuk digarap oleh orang lain. Setelah itu
keuntungan dari hasil panen dibagi antara pemilik
lahan dengan penggarap berdasarkan ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya

Menurut konsep Madzab Syafi’i, jika dalam pelaksanaan


Muzara’ah benih tanaman berasal dari pemilik tanah,
maka benar bahwa itu adalah akad yang berbasis dari
akad syirkah (kemitraan). Akad ini disimpulkan oleh
ulama sebagai muzara’ah. Namun apabila benih berasal
dari petani maka hakikatnya muzara’ah ini dipandang
sebagai akad ijarah. Sebagian ulama menyebutnya
sebagai akad mukhabarah.
HIKMAH MUZARA’AH
Terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan
01 antara pemilik tanah dengan petani penggarap

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat


02
Tertanggulanginya kemiskinan
03
Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani
04 yang memiliki kemampuan bertani tetapi tidak memiliki
tanah garapan

Anda mungkin juga menyukai