Anda di halaman 1dari 9

Mukhabarah

Entri tersebut dipublikasikan pada Maret 3, 2013, dalam topik Ekonomi Islam. Bookmark
permalinknya. Tinggalkan sebuah komentar

BAB I

PEMBAHASAN

1. 1.      Konsep Mukhabarah

1. Pengertian Mukhabarah

Mukhabarah ialah suatu akad yang terjadi antara pemilik tanah dan pengelola tanah untuk
digarap dengan ketentuan bahwa benih yang akan ditanam adalah dari penggarap tanah
tersebut.Atau mukhabarah pun dapat dikatakan dengan mengerjakan tanah (orang lain)
seperti sawah atau ladang,dengan imbalan sebagian hasilnya (1/2,1/3,1/4).Sedangkan biaya
pengerjaan dan benihnya ditanggung oleh orang yang mengerjakan.Demikian pengertian
mukhabarah menurut beberapa ulama[1]:

1. Mukhabarah menurut ulama Hanafiyah adalah:

‫ﻋﻘﺪﻋﻠﻰاﻟﺰررعﺑﺒﻌﻀﻰ ﻣﺎﻳﺨﺮجﻣﻦاﻷرض‬

“Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar dari bumi”.

1. Menurut dzahir nash as-Syafi’iyyah mukhabarah adalah:

‫ﻣﻌﺎﻣﻠﺔاﻟﻌﺎﻣﻞﻓﻰاﻷرضﺑﺒﻌﺾﻣﺎﻳﺨﺮجﻣﻨﻬﺎﻋﻠﻰانﻳﮑﻮن اﻟﺒﺬرﻣﻦاﻟﻤﺎﻟﻚ‬

“Menggarap tanah dengan apa yang dikeluarkan dari tanah tersebut.”

1. Menurut Syaikh Ibrahim al-Bajuri berpendapat bahwa mukhabarah ialah:

‫ﻋﻤﻞﺍﻟﻌﺎﻣﻞﻓﻰﺃﺭﺽﺍﻟﻤﺎﻟﻚﺑﺒﻌﺾﻣﺎﻳﺨﺮجﻣﻨﻬﻭﺍﻟﺒﺬﺭﻣﻦﺍﺍﻌﺎﻣ‬

“Sesungguhnya pemilik hanya menyerahkan tanah kepada pekerja dan modal dari
pengelola.”

Adapun muzara’ah sama seperti mukhabarah hanya saja benihnya berasal dari pemilik tanah.

Mukhabarah termasuk jenis pekerjaan yang telah dilakukan orang-orang sejak dahulu
kala,karena kebutuhan mereka pada keduanya.Terkadang seseorang mempunyai tanah
pertanian,namun ia tidak mampu mengurus dan memanfaatkannya.Jadi mukhabarah
dibolehkan demi kebutuhan kedua belah pihak.Mukhabarah disyari’atkan untuk menghindari
adanya pemilikan tanah yang kurang bisa dimanfaatkan,atau menghindari tanah yang
dibiarkan tidak diproduksikan,karena tidak ada yang mengolahnya.

Dalam praktek mukhabarah terdapat pembagian hasil,maka untuk hal-hal yang lainnya yang
bersifat teknis disesuaikan dengan syirkah,yaitu konsep bekerja sama dalam upaya
menyatukan potensi yang ada pada masing-masing pihak,dengan tujuan saling bisa
menguntungkan.

Dengan adanya praktek mukhabarah sangat menguntungkan kedua belah pihak baik pihak
pemilik sawah atau ladang maupun pihak penggarap tanah.Pemilik tanah lahannya dapat
digarap,sedangkan petani dapat meningkatkan taraf hidupnya.Seperti tadi dijelaskansistem
bagi hasil dari paroan seperti ini hampir sama dengan muzara’ah,hanya saja bedanya dalam
muzara’ah si pemilik tanah yang mengeluarkan benih yang akan ditanam.Disini pembagian
hasilnya pun menurut kesepakatan kedua belah pihak secara adil.kerjasama ini biasanya
dilakukan pada tanaman yang harga benihnya relatif murah seperti padi,jagung,kacang,dll.

1. Rukun Mukhabarah

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun mukhabarah adalah ijab dan qabul yang
menunjukkan keridhaan diantara keduanya.Namun Ulama Hanabilah berpendapat bahwa
rukun mukhabarah tidak memerlukan qabul secara lafaz,tetapi cukup dengan mengerjakan
tanah.Adapun rukun mukhabarah menurut pendapat umum antara lain:

1. Pemilik dan penggarap sawah / ladang.


2. Sawah / ladang
3. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan
4. Kesepakatan dalam pembagian hasil (upah)
5. Akad (sighat)

1. Sifat Mukhabarah

Tentang sifat mukhabarah menurut ulama Hanafiyah,merupakan sifat-sifat perkongsian yang


tidak lazim.Adapun menurut ulama Malikiah,diharuskan menaburkan benih diatas
tanah,supaya tubuh tanaman atau dengan menanam tumbuhan diatas tanah yang tidak ada
bijinya.Menurut pendapat paling kuat,perkongsian harta termasuk seperti muzara’ah dan
harus menggunakan sighat.Ulama Hanafiyah berpendapat mukhabarah adalah dua akad yang
tidak lazim sehingga setiap yang melangsungkan akad dapat membatalkan keduanya.Akad
pun dapat dianggap batal jika salah seorang ‘aqid meninggal dunia.

1. Syarat Mukhabarah
2. Menurut Abu Yusuf
Abu Yusuf berpendapat bahwa mukhabarah memiliki beberapa syarat yang berkaitan dengan
aqid (orang yang melangsungkan akad)tanaman,tanah yang ditanami,sesuatu yang keluar dari
tanah,tempat akad,alat bercocok tanam,dan waktu bercocok tanam.

1)                  Syarat ‘Aqid

 Mumayyiz,tetapi tidak disyaratkan baligh


 Imam Abu Hanifah mensyaratkan bukan orang murtad.

2)                  Syarat Tanaman

Diantara para ulama terjadi perbedaan pendapt,tetapi kebanyakan menganggap lebih baik jika
diserahkan kepada pekerja.

3)                  Syarat dengan garapan

 Memungkinkan untuk digarap,yakni apabila ditanami tanah tersebut akan 


menghasilkan
 Jelas
 Ada penyerahan tanah

4)                  Syarat-syarat tanaman yang dihasilkan

 Jelas ketika akad


 Diharuskan atas kerjasama dua orang yang berakad
 Ditetapkan ukuran diantara keduanya,seperti sepertiga,setengah,dll.
 Hasil dari tanaman harus menyeluruh diantara dua orang yang akan melangsungkan
akad.Tidak boleh mensyaratkan bagi salah satu yang melangsungkan akad hanya
mendapatkan sekedar pengganti biji.

5)                  Syarat Tujuan Akad

Akad dalam mukhabarah harus didasarkan pada tujuan syara’ yaitu untuk memanfaatkan
pekerja atau memanfaatkan tanah.

6)                  Syarat Alat Bercocok Tanam

Dibolehkan menggunakan alat tradisional atau modern dengan maksud sebagai konsekuensi
atas akad.Jika hanya bermaksud menggunakan alat,dan tidak dikaitkan dengan
akad,mukhabarh akan dipandang rusak.

1. Ulama Malikiyah

Syarat-syarat mukhabarah menurut ulama Malikiyah adalah:

1)      Kedua orang yang melangsungkan akad harus menyerahkan benih

2)      Hasil yang diperoleh harus disamakan antara pemilik tanah dan penggarap
3)      Benih harus berasal dari kedua orang yang melakukan akad

1. Ulama Syafi’iyyah

Ulama Syafi’iyyah tidak mensyaratkan persamaan hasil yang diperoleh oleh kedua aqid
dalam mukhabarah yang mengikuti atau berkaitan dengan musaqah.

1. Ulama Hanabilah

Ulama Hanabilah sebagaimana Ulama Syafi’iyyah,tidak mensyaratkan persamaan anatara


penghasilan dua orang yang berakad.Namun demikian mereka mensyaratkan lainnya:

1)      Benih berasal dari pemilik,tetapi diriwayatkan bahwa Imam Ahmad membolehkan
bennih berasal dari penggarap

2)      Kedua orang yang melaksanakan akad harus menjelaskan bagianya.

3)      Mengetahui dengan jelas jenis benih.

1. Pendapat Lain:

1)      Pada muzara’ah benih dari pemilik tanah,sedangkan pada mukhabarah benih dari
penggarap.

2)      Waktu pelaksanaan muzara’ah dan mukhabarah jelas.

3)      Akad muzara’ah dan mukhabarah hendaknya dilakukan sebelum pelaksanaan


pekerjaan.

4)      Pembagian hasil disebutkan secara jelas.

1. Zakat Mukhabarah

Zakat hasil paroan sawah atau ladang ini diwajibkan atas orang yang punya benih,jadi pada
mukhabarah,zakat diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakikatnya dialah yang
bertanam,petani hanya mengambil upah bekerja.Penghasilan yang didapat dari upah tidak
wajib dibayar zakatnya.

1. Hikmah Mukhabarah

Manusia banyak yang mempunyai binatang ternak seperti kerbau,sapi,kuda dan yang lainnya.
Dia sanggup untuk berladang dan bertani untuk mencukupi keperluan hidupnya, tetapi tidak
memiliki tanah.

Sebaliknya, banyak dianatara manusia mempunyai sawah,tanah,ladang dan yang


lainnya,yang layak untuk ditanami (bertani),tetapi ia tidak memiliki binatang untuk mengolah
sawah dan ladangnya tersebut atau ia sendiri tidak sempat untuk mengerjakannya,sehingga
banyak tanah yang dibiarkan dan tidak dapat menghasilkan suatu apapun.

Mukhabarah disyari’atkan untuk menghindari adanya pemilikan hewan ternak yang kurang
bisa dimanfaatkan karena tidak ada tanah untuk diolah dan menhindari tanah yang juga
dibiarkan tidak diproduksikan karena tidak ada yang mengolahnya.

Dalam mukhabarah terdapat pembagian hasil.Untuk hal-hal yang lainnya yang bersifat teknis
disesuaikan dengan syirkah yaitu konsep bekerjasama dalam upaya menyatukan potensi yang
ada pada masing-masing pihak dengan tujuan bisa saling menguntungkan.

Adapun hikmah yang lainnya,antara lain:

1. Terwujudnya kerjasama yang saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan


petani dan penggarap
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Tertanggulanginya kemiskinan
4. Terbukanya lapangan pekerjaan,terutama bagi petani yang memiliki kemampuan
bertani tetapi tidak memiliki tanah garapan.

1. 2.      Dasar Hukum Mukhabarah

Akad mukhabarah diperbolehkan,berdasarkan hadist Nabi SAW:

)‫ﻋﻤﻞﺍﻫﻞﺣﻴﺒﺮﺑﺸﺮﻃ ﻣﺎﻳﺤﺮجﻣﻨﻬﺎﻣﻦﺛﻤﺮﺃﻭﺯﺭع (ﺭﻭﺍﻩﻣﺴﻠﻢ‬: ‫ﻋﻦﺍﺑﻦﻋﻤﺮﺍﻥﺍﻟﻨﺒﻲﺹْ ْﻡ‬

“Sesungguhnya Nabi telah menyerahkan tanah kepada penduduk Khaibar agar ditanami dan
diperlihara,dengan perjanjian bahwa mereka akan diberi sebagian hasilnya.”(HR.Muslim
dari Ibnu Umar ra.)

Adapula  hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dari Thawus r.a,yang artinya:

“Sesungguhnya Thawus r.a bermukhabarah,Umar r.a berkata;dan aku berkata


kepadanya;ya Abdurrahman,kalau engkau tinggalkan mukhabarah ini,nanti mereka
mengatakan bahwa Nabi melarangnya.Kemudian Thawus berkata; telah menceritakan
kepadaku orang yang sungguh-sungguh mengetahui hal itu,yaitu Ibn Abbas,bahwa Nabi
SAW,tidak melarang mukhabarah,hanya beliau berkata,bila seseorang memberi manfaat
kepada saudaranya,hal itu lebih baik daripada mengambil manfaat dari saudaranya dengan
yang telah dimaklumi.”

Menurut pengarang kitab Al-Minhaj,bahwa mukhabarah yaitu mengerjakan tanah


(menggarap ladang atau sawah) dengan mengambil sebagian dari hasilnya,sedangkan
benihnya dari pekerja dan tidak boleh pula bermuzara’ah,yaitu pengelolaan tanah yang
benihnya dari pengolahan tanah.Pendapat ini beralasan kepada beberapa hadist shahih,antara
lain hadist Tsabit Ibn Dhahak,karena mengingat akibat buruk sering terjadi ketika berbuah.

1. 3.      Pengaplikasian Mukhabarah

Contoh pengaplikasian dalam mukhabarah contohnya seperti dalam “Penyewaan Lahan”

Semua yang dibahas di atas adalah akad kerja sama atau bagi hasil atas suatu lahan
pertanian.Hukumnya boleh asalkan tidak ada gharar.

Adapun bentuk lain dari pemanfaatan lahan adalah penyewaan lahan untuk jangka waktu
tertentu.Akadnya bukan bagi hasil melainkan sewa tanah untuk digarap selama jangka waktu
tertentu.

Misalnya seorang pemilik sawah yang punya lahan banyak bersepakat dengan pengusaha
agrobisnis untuk mengadakan perjanjian sewa lahan.Cara ini bisa jadi lebih
memudahkan,karena seberapapun hasil panen, tidak perlu dibagi dua.Yang
penting,pengusaha agro bisnis itu sudah mengontrak lahan untuk jangka waktu
tertentu.Misalnya untuk masa 10 tahun.Maka semua hasil pertanian di lahan tersebut selama
masa 10 tahun menjadi hak penguasa tersebut.Namun sejak awal,penguasaha itu harus sudah
menyepakati harga sewa menyewa lahan sesuai dengan permintaan pemiliknya.

Cara seperti ini di satu sisi bisa menguntungkan kedua belah pihak.Si pengusaha yang ahli
sejak awal bisa memperhitungkan keuntungan besar dan tidak harus dibagi dengan pihak lain.
Selain itu cara seperti ini juga memudahkan penghitungan.Di sisi lain,pemilik lahan pun akan
diuntungkan,karena sejak awal sudah ada pemasukan uang yang pasti dan biasanya sewa
menyewa itu dibayarkan di awal.

Bentuk penyewaan lahan ini kalau dikembangkan,bisa saja tidak terbatas pada lahan
pertanian,tetapi lahan usaha,perkantoran,rumah tinggal dan seterusnya.

1. Pandangan Ulama Terhadap Hukum Muzara’ah Dan Mukhabarah

Dua Hadits di atas yang dijadikan pijakan ulama untuk menuaikan kebolehan dan
katidakbolehan melakukan muzara’ah dan mukhabarah. Setengah ulama melarang paroan
tanah ataupun ladang beralasan pada Hadits yang diriwayatkan oleh bukhari tersebut di atas

Ulama yang lain berpendapat tidak ada larangan untuk melakukan muzara’ah ataupun
mukhabarah. Pendapat ini dikuatkan oleh Nawawi, Ibnu Mundzir, dan Khatabbi, mereka
mengambil alsan Hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas

Adapun Hadits yang melarang tadi maksudnya hanya apabila ditentukan penghasilan dari
sebagian tanah, mesti kepunyaan salah seorang diantara mereka. Karena memang kejadian di
masa dahulu, mereka memarohkan tanah dengan syarat dia akan mengambil penghasilan dari
sebagian tanah yang lebih subur keadaan inilah yang dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam Hadits yang melarang itu, karena pekerjaan demikian bukanlah dengan cara adil dan
insaf. Juga pendapat ini dikuatkan orang banyak.

[1]       Suhendi Hendi,Fiqh Mu’amalah,Rajawali Pers,Jakarta,2010,hlm.153-155

Share this:

 Twitter1
 Facebook

Like this:

Related

Muzara'ah
In "Ekonomi Islam"

Ijarah
In "Ekonomi Islam"

Rahn
In "Ekonomi Islam"

Tinggalkan Balasan

Navigasi Tulisan
« Mudharabah
Murabahah »

Let’s FinD SoM3thing !!


Cari
Date?

oUr pOsT
 Akad dan Perikatan (6)
 Akhlak (1)
 Biografi (1)
 Ekonomi Islam (20)
 Filsafat Ilmu (14)
 Fiqh Ibadah (3)
 Fiqh Jinayah (2)
 Fiqh Munakahat (14)
 hadits (1)
 HaKI (5)
 Hukum Acara Perdata PA (2)
 Publish (17)
 Qowaid al-Iqtishadiyyah (4)
 SPI (3)
 Uncategorized (6)
 Ushul Fiqh (3)

Blog yang Saya Ikuti


1. a-Diel Hadzen's Blog
2. wordpress

Our Relation
 HIMA Muamalah

Blog pada WordPress.com. Tema: Fresh & Clean oleh WPExplorer.

Ikuti

Follow “HBS'10 (Hukum Bisnis Syariah)”


Get every new post delivered to your Inbox.

Bergabunglah dengan 917 pengikut lainnya.

Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai