DISUSUN OLEH
XI IPS 5
SMAN 1 JATIWANGI
Tahun ajaran 2021/2022
PEMBAHASAN
1. Dalam Al-Qur'an
Dalam Al-Qur'an disebutkan:
َْض ا ً ْض هُ ْم بَع ُ ت لِّيَتَّ ِخ َذ َبعٍ ْض َد َر ٰج ٍ ق بَع َ هُ ْم يَ ْق ِس ُموْ نَ َرحْ َمتَ َرب ِّۗكَ نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َّم ِع ْي َشتَهُ ْم فِى ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَ ۙا َو َرفَعْنَا َبع
َ ْْض هُ ْم فَو
ت َربِّكَ خَ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعُوْ ن ُ س ُْخ ِريًّا ۗ َو َرحْ َم
Artinya: "Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
2. Dalam Hadits
صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َِن ال ُمزَ اَر َع ِة َ ِضحَّاكَ َأ َّن َرسُوْ َل هللا َ َع َْن ثَابِت ا ْبن
ً,مر كاَنَ لَنا َ ناَفِع ا َأ َ
ٍ نَهَى َرسُو ُل هللا عَن:عض ُع ُمو َمتهُ تاهُ َو قا َلَ َأ ُ َ َ فَ َذك ََر َأنَّب,ِ ُكنّا َ نُخَابِ ُر َعلَى عَه ِد َرسُو ُل هللا:َأ َّن َرافِع ابنُ َخ ِديج قَا َل
,ُُزرعها َ َأخاَه ِ قا َ َل َرسُو ُل هلُل ِ ” َمن كاَنَت لَه َأرضٌ فَليَز َرعها َ َأو فَلي: َو ما َ َذالِكَ؟ قا َ َل:َ قُلنا:اعيَةُ هللاِ َو َرسُولِ ِه َأنفَ ُع لَنا َ َو َأنفَع قا َ َل ِ َو طَ َو
َأ َأ
ث َواَل بِ ُرب ٍُع َواَل بِطَعا َ ٍم ُم َس َّمى” خ َر َجهُ ُمسلِم َو بُو دَا ُود ُ ُ
ٍ َوالَ يُكا َ ِريها َ بِثل
“Diriwayatkan oleh Râfi’ bin Khudaij R.A., ia berkata : Suatu ketika ketika kami sedang
mengadakan pengolahan lahan dengan bagi hasil tertentu (mukhâbarah), kemudian datanglah
kepadanya sebagian dari keluarga pamannya dan mengatakan : Sesungguhnya Rasulullah Saw.
melarang akan sesuatu perkara yang sebenarnya bermanfaat bagi kami, dan sungguh ketaatan
atas Allah Swt. Dan Rasul-Nya adalah lebih bermanfaat bagi kami. Lalu kami mengatakan: dan
apakah perkara itu? Ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda : Barang siapa yang memiliki lahan
hendaklah ia menanaminya atau memberikannya kepada saudaranya untuk ditanami. Dan
janganlah ia menyewakan sepertiganya, atau seperempatnya, dan tidak juga dengan makanan.”
(H.R. Muslim dan Abu Dawud)
C. Syarat dan Rukun Muzara'ah atau Mukhabarah
Syarat-syarat mukhabarah adalah:
1. Pemilik tanah dan penggarap harus orang yang sudah baligh dan berakal.
2. Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan.
3. Lahan harus bisa menghasilkan, jelas batas-batasnya, dan diserahkan sepenuhnya
kepada penggarap.
4. hasil harus jelas penentuannya.
5. Jangka waktu harus jelas menurut kebiasaan masa tanam dan masa panen.
6. Peralatan dibebankan kepada petani penggarap lahan.
c. Adanya uzur
Suatu akad muzara’ah atau mukhabarah menurut Imam al-Mawardi akan berakhir
apabila :
Menurut ulama Hanafiyah, diantara uzur yang menyebabkan batalnya muzara’ah antara
lain :tanah garapan terpaksa dijual , misalnya untuk membayar utang atau keperluan
lain oleh pemilik tanah.
Penggarapan tidak dapat mengelola tanah, seperti sakit, Jihat dijalan Allah SWT dan lain
sebagainnya.Suatu akad muzara’ah atau mukhabarah menurut Imam al-Mawardi akan
berakhir apabila:
a. Meningalny salah satu pihak. Namun dapat menyewa tanah berada dalam tahun
(waktu dalam tahun tersebut) yang dimungkinkan adanya panen, maka diperbolehkan.
Hal itu menghindari waktu habis sebelum panen tiba.
c. Jika terjadi banjir dan melanda tanah sewaan tersebut sehingga kondisi tanah dan
tanaman rusak maka perjanjian berakhir.
d. Jika waktu berakhir pemilik dilarang mencabut tanaman sampai pembayaran
diberikan dan hasil panen dihitung.
Sedangkan menurut para ulama fiqh yang membolehkan akad muzara’ah atau
mukhabarahbahwa akad ini akan berakhir apabila :
a. Jangka waktu yang disepakati berakhir. Akan tetapi jika jangka waktu sudah habis,
sedangkan hasil pertanian itu belum layak panen, maka akad itu tidak dibatalkan sampai
panen dan hasilnya dibagi sesuai denagn kesepakatan bersama diwaktu akad.
b. Menurut ulama Hanafiyah dan Hanabilah, apabila salah seorang yang berakat wafat,
maka akad muzaraa’ah atau mukhabarah berakhir. Karena mereka berpendapat bahwa
akad ijarah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi Ulama Malikiyah dan Syafi’iyah
berpendapat bahwa akad muzara’ah atau mukhabarah itu dapat diwariskan. Oleh sebab
itu diteruskan oleh ahli warisnya. Jika pemilik lahan meninggal dunia sementara
tanamannya masih hijau, maka penggarap harus terus bekerja sampai tanamanitu
matang. Ahli waris dari yang meninggal tidak berhak melarang orang itu untuk berbuat
demikian. Jika penggarap yang meninggal dunia, maka ahli warisnya menggantikannya
dan jika ia mau boleh meneruskan kerjamengolah tanah sampai tanaman itu matang
dan p[emilik lahan tidak melarangnya.
b. Jangka waktu yang disepakati berakhi,jika dalam menyewa tanah berada dalam tahun
(waktu dalam tahun tersebut) yang dimungkinkan adanya panen, maka diperbolehkan.
Hal itu menghindari waktu habis sebelum panen tiba.
c. Jika terjadi banjir dan melanda tanah sewaan tersebut sehingga kondisi tanah dan
tanaman rusak maka perjanjian berakhir.
d. Jika waktu berakhir pemilik dilarang mencabut tanaman sampai pembayaran
diberikan dan hasil panen dihitung.
Sedangkan menurut para ulama fiqh yang
membolehkan akad muzara’ah atau mukhabarahbahwa akad ini akan berakhir apabila :
a. Jangka waktu yang disepakati berakhir. Akan tetapi jika jangka waktu sudah habis,
sedangkan hasil pertanian itu belum layak panen, maka akad itu
tidak dibatalkan sampai panen dan hasilnya dibagi
sesuai denagn kesepakatan bersama diwaktu akad.
b. Menurut ulama Hanafiyah dan Hanabilah, apabila salah seorang yang berakat wafat,
maka akad muzaraa’ah atau mukhabarah berakhir. Karena mereka berpendapat bahwa
akad ijarah tidak boleh diwariskan. Akan tetapi Ulama Malikiyah dan
Syafi’iyah berpendapat bahwa akad muzara’ah atau mukhabarah itu dapat diwariskan.
Oleh sebab itu akad tidak berakhir disebabkan oleh wafatnya salah
seorang yang berakad.
c. Adanya uzursalah satu pihak. Baik dari pihak pemilik tanah ataupun dari pihak
pengarap atau pengelola yang meneybabkan tidak boleh untuk melanjutkan akad
tersebut. Uzur dimaksud antara
lain :
1) Pemilik tanah terbelit utang sehingga tanah tersebut dijual oleh pemilik tanah, karena
tidak ada lagi harta yang dapat dijual oleh pemilik tanah kecuali tanah tersebut untuk
melunasi hutangnya.
2) Adanya uzur petani. Seperti sakait ataupun akan melakukan perjalanan keluar kota,
sehingga tidak mampu untuk melaksanakan pekerjaannya