PENGERTIAN Menurut bahasa, al-muzara’ah memiliki dua arti, pertama adalah tharh al-zur’ah (melemparkan tanaman), maksudnya adalah al-hadzar (modal).
“Al-Muzara’ah menurut bahasa adalah muamalah
terhadap tanah dengan (imbalan) sebagian apa yang dihasilkan darinya”. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah memberikan tanah kepada orang yang akan menggarapnya dengan imbalan ia memperoleh setengah dari hasilnya atau yang sejenisnya. PENGERTIAN Menurut Hanafiah muzara’ah ialah akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi Menurut Hambaliah muzara’ah adalah pemilik tanah yang sebenarnya menyerahkan tanahnya untuk ditanami dan yang bekerja diberi bibit Menurut al-Syafi’i berpendapat bahwa muzara’ah adalah seorang pekerja menyewa tanah dengan apa yang dihasilkan dari tanah tersebut Menurut Sulaiman Rasyid, muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik tanah. Rukun dan Syarat Muzaraah Menurut jumhur ulama’ ada empat rukun dalam muzara’ah: Pemilik tanah Petani Penggarap Objek al-muzaraah Ijab dan qabul secara lisan maupun tulisan Rukun dan Syarat Muzaraah Syarat-syaratnya sebagai berikut: Syarat bertalian dengan ‘aqidain, yaitu harus berakal. Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan adanya penentuan macam apa saja yang ditanam. Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil tanaman, yaitu bagian masing-masing harus disebutkan jumlahnya (persentasenya), hasil adalah milik bersama. Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami seperti lokasi tanah dan batas tanah. Hal yang berkaitan dengan waktu dan syarat-syaratnya. Hal yang berkaitan dengan alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam muzara’ah. Rukun dan Syarat Muzaraah Menurut jumhur ulama (yang membolehkan akad muzara’ah) apabila akad telah memenuhi rukun dan syarat, maka akibat hukumnya adalah:
Petani bertanggung jawab mengeluarkan biaya benih dan
pemeliharaan pertanian tersebut Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, serta biaya pembersihan tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan persentase bagian masing-masing Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama Pengairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan apabila tidak ada kesepakatan, berlaku kebiasaan ditempat masing- masing Apabila salah seorang meninggal dunia sebelum panen, maka akad tetap berlaku sampai panen dan yang meninggal diwakili oleh ahli warisnya. Lebih lanjut, akad itu dapat dipertimbangkan oleh ahli waris, Dampak atau Implikasi Dari Sistem Muzaraah Diterapkannya bagi hasil sistem muzara’ah berdampak pada sektor pertumbuhan sosial ekonomi, seperti:
Adanya rasa saling tolong-menolong atau saling membutuhkan
antara pihak-pihak yang bekerjasama. Dapat menambah atau meningkatkan penghasilan atau ekonomi petani penggarap maupun pemilik tanah. Dapat mengurangi pengangguran. Meningkatkan produksi pertanian dalam negeri.
Dapat mendorong pengembangan sektor riil yang menopong
pertumbuhan ekonomi secara makro. Berakhirnya Muzaraah Muzara’ah berakhir karena beberapa hal sebagai berikut: Jika pekerja melarikan diri, dalam kasus ini pemilik tanah boleh membatalkan transaksi berdasarkan pendapat yang mengkategorikannya sebagai transaksi boleh (tidak mengikat). Jika berdasarkan pendapat yang mengkategorikannya transaksi yang mengikat, seorang hakim memperkerjakan orang lain yang menggantikannya Pekerja tidak mampu bekerja. Dalam hal ini, pemilik lahan boleh memperkerjakan orang lain yang menggantikannya dan upah menjadi haknya karena ia mengerjakan pekerjaan. Jika salah satu dari pihak meninggal dunia atau gila, berdasarkan pendapat yang mengkategorikannya sebagai transaksi yang mengikat, maka ahli waris atau walinya yang menggantikan posisinya. Adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk mengakhiri dengan kerelaan.