Anda di halaman 1dari 13

BAB SATU

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam merupakan suatu kesatuan hukum Allah SWT yang dibawa

melalui Rasulullah SAW kepada hamba-hambaNya di muka bumi. Islam

merupakan agama yang sempurna, oleh sebab itu seluruh aspek kehidupan telah

diatur di dalamnya. Agama Islam tidak hanya mengatur tentang ibadah semata

tetapi agama Islam juga mengatur bagaimana cara manusia bermuamalah dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhan

hidupnya sendiri tanpa pertolongan dari orang lain. Dalam kehidupan

bermasyarakat, manusia senantiasa melakukan kerja sama dengan manusia

lainnya. Di antara bentuk kerja sama yang mereka lakukan yaitu kerja sama dalam

mengelola harta dengan ketentuan pembagian keuntungan sesuai dengan

kesepakatan di muka.1

Namun dalam praktinya banyak masyarakat yang merasa kurang puas di

saat pembagian hasilnya. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak yang berakad

tidak menyebutkan rukun dan syarat secara rinci dalam melakukan transaksi

mukhabarah. Di antaranya yaitu berkaitan dengan nisbah bagi hasil. Persentase

yang akan diterima oleh kedua belah pihak yang melakukan akad harus diperjelas

––––––––––––––
1
Sarah Nadia, “Potensi Pelanggaran Akad Mukhabarah pada Pengelolaan Kebun Coklat
Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Kemukiman Aron Kecamatan Glumpang Tiga)”
(Skripsi, STIS Al-Hilal Sigli, 2019), hal. 1.

1
2

saat hendak melakukan kerja sama. Begitu juga menyangkut tanaman yang akan

ditanami, tempo waktu, dan hal-hal lain yang mendukung terlaksananya kerja

sama yang baik juga harus disebutkan.2

Mukhabarah merupakan salah satu bentuk yang sering digunakan oleh

masyarakat dalam melakukan transaksi bagi hasil terhadap pemanfaatan lahan

dengan mencakup dua unsur produksi yaitu modal dan kerja dengan ketentuan-

ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. Dalam melakukan transaksi

mukhabarah tanah atau lahan merupakan unsur utama yang harus ada dan sangat

penting untuk ditinjua kesuburannya.3

Dengan demikian, mukhabarah yang dipraktikkan oleh masyarakat di

Kemukiman Bambong tidak lagi mencerminkan adanya nilai ta’awun (saling

tolong-menolong) antara sesama. Hal ini dikarenakan adanya penentuan

pembagian hasil yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Sehingga mengakibatkan

pihak penggarap merasa terdhalimi dengan adanya perlakuan tersebut.

Dalam tradisi masyarakat Aceh khususnya di Kemukiman Bambong, kerja

sama dalam sistem mukhabarah sudah sering dilakukan dan sudah menjadi salah

satu bentuk kerja sama yang dimaklumi oleh semua masyarakat. Hanya saja

banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa istilah fiqh untuk sistem bagi

hasil tersebut adalah mukhabarah.

Praktik mukhabarah dalam masyarakat di Kemukiman Bambong yaitu

pemilik lahan menyerahkan sepetak sawah kepada penggarap untuk kemudian

––––––––––––––
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 158-
159.
3
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/download/236/227. Diakses
pada tanggal 3 Januari 2020, pukul 08.38 WIB.
3

dikelola dengan ketentuan bibit berasal dari penggarap dan pembagian hasil sesuai

kesepakatan di muka. Kesepakatan tentang penentuan pembagian hasil ini tidak

didukung dengan perjanjian secara tertulis, tetapi hanya disampaikan dari mulut

ke mulut.4

Dampaknya adalah sering memunculkan masalah diantara kedua belah

pihak yang bersangkutan, karena penentuan pembagian hasil yang dilakukan

tidak sesuai dengan harapan dan kesepakatan. Seperti adanya salah satu pihak

yang meminta agar bagiannya ditambah setelah hasil panen terlihat.

Menurut Penulis, ada beberapa kejanggalan dan bahkan ditemukan

ketidaksejalanan dengan fiqh dalam praktik penetuan pembagian hasil dalam

sistem mukhabarah di tengah masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik di

kemudian hari.

Di antaranya pertama, kedua orang yang berakad awam terhadap rukun

dan syarat dalam sistem mukhabarah, mereka tidak memahami bahwa banyak hal

yang harus diperhatikan dalam melakukan kerja sama sistem mukhabarah. Kedua,

kesepakatan penentuan pembagian hasil tidak dilakukan secara tertulis, sehingga

ketika salah satu pihak melanggar perjanjian tidak ada bukti yang dapat

ditunjukkan bahwa penentuan pembagian hasil telah ditetapkan.

Seharusnya masyarakat di Kemukiman Bambong sadar bahwa yang

namanya penentuan pembagian hasil dalam suatu bentuk kerja sama sangat

diperlukan kejelasannya, termasuk kerja sama dalam sistem mukhabarah.

Perjanjian penentuan pembagian hasil harus dilakukan sesuai dengan kesepakatan

––––––––––––––
4
Hasil wawancara pertama penulis dengan salah satu pihak penggarap sawah dengan
sistem mukhabarah di Kemukiman Bambong, tgl 18 Desember 2019.
4

di awal. Sehingga akad mukhabarah berjalan sebagaimana mestinya dan tidak

menimbulkan perselisihan di antara kedua belah pihak di kemudian hari.

Dengan adanya sistem mukhabarah diharapkan dapat membantu

mensejahterakan perekonomian masyarakat. Dan terciptanya prinsip tolong-

menolong sebagaimana dianjurkan dalam Islam. Bentuk tolong-menolong dalam

mukhabarah terletak pada kedua belah pihak yang melakukan akad. Pihak yang

mempunyai lahan merasa tertolong dengan hadirnya petani penggarap. Sedangkan

pihak petani penggarap merasa tertolong dengan adanya lahan yang bisa ia kelola.

Sehingga keduanya bisa saling menguntungkan. Dan tidak ada lagi istilah lahan

gersang percuma dan keahlian terbuang sia-sia.5

Karena mukhabarah merupakan salah satu bentuk ta’awun dimana bentuk

tolong menolong dalam mukhabarah dapat dirasakan ketika semua syarat dan

ketentuannya telah dilaksanakan sebagaimana disebutkan dalam fiqh. Sehingga

tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan dalam kerja sama tersebut.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk

skripsi mengenai penentuan pembagian hasil dalam sistem mukhabarah di

kalangan masyarakat Bambong dengan judul “Penentuan Pembagian Hasil Dalam

Sistem Mukhabarah Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Kemukiman

Bambong)”

––––––––––––––
5
Hendi Suhendi, Fiqh ..., hal. 158.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis dapat merumuskan

beberapa rumusan masalah yang akan penulis kaj dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap penetuan pembagian hasil

dalam sistem mukhabarah?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik penetuan pembagian

hasil dalam sistem mukhabarah yang dilakukan oleh masyarakat di

Kemukiman Bambong?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui padangan hukum Islam terhadap penentuan

pembagian hasil dalam sistem mukhabarah.

b. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik penetuan

pembagian hasil dalam sistem mukhabarah yang dilakukan oleh

masyarakat di Kemukiman Bambong.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam memahami penentuan


6

pembagian hasil dalam sistem mukhabarah yang sesuai dengan

ajaran hukum Islam.

b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi pengaruh

positif kepada masyarakat yang terlibat kerja sama bagi hasil dalam

sistem mukhabarah. Dan terhindar dari bentuk penentuan pembagian

hasil dalam sistem mukhabarah yang tidak sesuai dengan anjuran

hukum Islam.

D. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami isi kandungan

skripsi ini, penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul

penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang hendak penulis jelaskan adalah sebagai

berikut:

1. Penentuan

Penentuan berasal dari kata tentu yang berarti “sudah tentu, sudah

pasti”.6 Sedangkan penentuan adalah suatu proses menentukan atau

memastikan hak-hak seseorang.

2. Pembagian Hasil

Pembagian hasil berasal dari dua suku kata yaitu pembagian dan

hasil. Pembagian berasal dari kata bagi yang berarti “pecahan dari sesuatu

yang utuh, penggal, pecah, dan bahagi.”7 Menurut penulis pembagian

berarti proses membagikan dan memilah bagian-bagian tertentu untuk


––––––––––––––
6
Sofiyah Ramadhani, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, t.t.),
hal. 579.
7
Ibid, hal. 63.
7

orang-orang tertentu. Sedangkan hasil berarti “sesuatu yang menjadi

akibat dari usaha, pendapatan, panen, dan sebagainya.”8

Jadi pembagian hasil yang penulis maksudkan dalam penelitian ini

adalah proses membagi keuntungan yang diperoleh dari usaha kerja sama

bagi hasil dalam sistem mukhabarah.

3. Sistem Mukhabarah

Sistem mukhabarah terdiri dari dua kata yaitu sistem dan

mukhabarah. Menurut Lani Sidharta sistem adalah “himpunan dari

bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai

tujuan-tujuan yang sama.”9 Sedangkan mukhabarah adalah bentuk kerja

sama antara pemilik lahan dan petani penggarap dengan perjanjian bahwa

hasilnya akan dibagi sesuai kesepakatan bersama.10

Jadi sistem mukhabarah dapat didefinisikan sebagai serangkaian

bagian yang saling berkaitan yang memuat aturan-aturan dalam

melakukan kerja sama bentuk mukhabarah yang sesuai syariat Islam.

4. Hukum Islam

Hukum Islam terdiri dari dua kata yaitu hukum dan Islam. Hukum

merupakan serangkaian aturan yang mengatur kehidupan dalam

bermasyarakat.11 Sedangkan Islam merupakan “agama yang di dasarkan

pada lima pilar utama, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat,

––––––––––––––
8
Ibid, hal. 232.
9
Jeperson Hutaheaen, Konsep Sistem Informasi, ed. 1, cet. 1 (Yogyakarta: Deepublish,
2014), hal. 2.
10
Sarah Nadia, Potensi Pelanggaran Akad…, hal. 15.
11
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal. 40.
8

mendirikan salat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan

melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu fisik maupun harta”.12

Jadi yang dimaksud dengan hukum Islam adalah ketentuan

perintah Allah yang dicantumkan dalam rukun Islam, yakni tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan Allah seperti salat, tetapi juga

mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya seperti

mengeluarkan zakat.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk menjelaskan fenomena yang

terjadi, dengan melibatkan metode-metode yang ada. Seperti halnya dalam

pengumpulan data yang menggunakan metode observasi, wawancara, dan telaah

dokumentasi.13

Setiap penelitian tentu mempunyai suatu tujuan. Adapun tujuan dari

penelitian kualitatif secara umum dapat dibagi dua yaitu mendeskripsikan serta

mengungkapkan, dan mendeskripsikan untuk menjelaskan.14

1. Lokasi dan Sumber Data

a. Lokasi penelitian

Adapun yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah

kemukiman Bambong Kecamatan Delima Kabupaten Pidie, secara


––––––––––––––
12
Fadlan Kamali Batubara, Metodologi Studi Islam, cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish,
2019), hal. 6.
13
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet 1, (Jawa Barat:
CV. Jejak, 2018), hal. 7.
14
Ibid, hal. 14.
9

khusus masyarakat yang melakukan kerja sama bagi hasil dalam sistem

mukhabarah.

b. Sumber data

Sebagai karya ilmiah, penulisan skripsi tentu memerlukan adanya

data-data yang lengkap dan jelas yang dapat dijadikan rujukan dalam

penyelesaian skripsi ini. Adapun sumber data yang penulis perlukan

adalah sebagai berikut:

1) Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asalnya

baik dari individu atau kelompok, berbentuk tulisan atau pendapat

seseorang yang didengar langsung oleh peneliti dan kemudian dimuat

dalam materi penelitian dengan tidak mengubah sedikitpun.15 Dalam

hal ini yang dijadikan data primer adalah hasil wawancara penulis

dengan Imum Mukim Kemukiman Bambong, 3 orang Penggarap

sawah, 3 orang Pemilik sawah, dan 3 orang Tokoh Agama.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang telah diubah oleh pihak

pengumpul data dan kemudian disajikan dalam bentuk yang berbeda

dengan maksud dan tujuan yang tetap sama.16

Data sekunder biasanya dijadikan sebagai sumber data kedua

setelah data primer, yang berfungsi untuk memperkuat keterangan

––––––––––––––
15
Hussein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 42.
16
Ibid.
10

yang diperoleh pada data primer. Data sekunder dapat berupa

informasi dari pihak lain, buku-buku, skripsi, dan artikel di internet.17

2. Teknik Pengumpulan Data\

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

melakukan penelitian. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk

memahami teknik-teknik pengumpulan data, agar data yang diperoleh

memenuhi standar yang sesuai dengan kriteria penelitian.18

a. Observasi

Martini dan Nawawi mengemukakan bahwa “observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian”.19

Dalam teknik observasi peneliti diharuskan untuk turun langsung

ke lapangan dan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, dan waktu terjadinya suatu

peristiwa. Observasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan kejadian-

kejadian yang berlangsung di lapangan, dan makna dari kejadian tersebut

sesuai dengan pandangan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.20

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan sebagai

alat pembuktian keabsahannya terhadap suatu informasi dan keterangan

––––––––––––––
17
Sarah Nadia, “Potensi Pelanggaran Akad…, hal. 10.
18
Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, PTK, dan Penelitian Pengembangan, cet. 1 (Bandung: Citapustaka Media, 2014), hal.
120.
19
Ibid, hal. 120-121.
20
Ibid.
11

yang telah diperoleh sebelumnya.21 Data hasil wawancara diperoleh dari

proses tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak informan,

sehingga jawaban dari informan ini akan dijadikan referensi utama oleh

peniliti dalam menyelesaikan penelitiannya.

Dalam hal ini, peneliti akan mengadakan dialog langsung dengan

Imum Mukim Kemukiman Bambong, Penggarap sawah 3 orang,

Pemilik sawah 3 orang, dan Tokoh Agama 3 orang. Hal ini dilakukan

untuk memperoleh informasi data yang jelas dan akurat.

c. Telaah Dokumentasi

Telaah dokumentasi merupakan proses pengumpulan data yang

berkenaan dengan hal-hal atau variable baik berbentuk catatan, buku,

skripsi, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, penulis

mencari data dari buku-buku dan skripsi yang berkenaan dengan bagi

hasil dalam sistem mukhabarah, dan catatan yang penulis rangkum dari

hasil observasi.22

3. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data diperlukan beberapa tahap

berikut, di antaranya adalah “pemeriksaan/validitas data lapangan,

pengkodean, pemasukan data, hasil pengolohan data, dan analisis

data.”23

––––––––––––––
21
Ibid, hal. 126.
22
Sarah Nadia, “Potensi Pelanggaran Akad…, hal. 12.
23
Ibid, hal.13.
12

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengelompokan

terhadap data-data tersebut sesuai dengan variable masing-masing.

Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data dan menarik

kesimpulan. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengedit atau

memeriksa kembali data dari segi kelengkapan,kesesuaian dan kejelasan

makna sehingga mudah dalam menginterpretasikannya.24

b. Analisis Data

Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis data kualitatif.

Analisis data adalah suatu rangkaian kegiatan penelaahan,

pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data. Hal ini

berguna untuk menjadikan data tersebut memiliki nilai akademis dan

ilmiah. Tujuan utama dari menganalisa data adalah untuk

menyederhanakan data yang diperoleh agar lebih mudah dibaca dan

dipahami.25

Dalam hal menganalisa data penulis melakukan beberapa tahap,

yang pertama, data yang diperoleh dari berbagai sumber ditelaahnya

secara keseluruhan. Data tersebut berupa hasil observasi, dokumentasi,

hasil wawancara dengan pihak pemilik lahan, pengelola, tokoh agama,

dan tokoh masyarakat. Kedua, data-data yang terkumpul dirangkum

untuk memperoleh keterangan dan pernyataan yang efektif dan singkron

sehingga tetap sesuai dengan topik pembahasan. Ketiga, data yang

––––––––––––––
24
Ibid.
25
Mamik, Metodologi Kualitatif, cet. 1, (Sidoarjo: Zilfatama Publisher, 2015), hal. 133-
134.
13

dirangkum ditafsirkan sehingga menjadi jawaban atas permasalahan

penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian. Keempat, kesimpulan.

c. Pedoman Penulisan

Adapun dalam penelitian ini penulis berpedoman kepada “Buku

Panduan Menulis Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah Al-Hilal Sigli

Tahun 2019” agar terjadi keseragaman dalam teknik penulisan skripsi

ini dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai