SKRIPSI
Oleh :
Pembimbing:
NISWATUL HIDAYATI, M.HI.
NIP : 198110172015032002
2018
ABSTRAK
Naviri, Elga Falidia. 2018. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kerjasama Pertanian
Di Desa Bedingin Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo. Skripsi.
Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Niswatul Hidayati,
M.HI.
PENDAHULUAN
masyarakat. Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya
orang lain. Dalam konteks ini terjadilah pergaulan antar manusia dalam
terkait dengan persoalan muamalah dalam arti sempit dikenal dengan fiqh
muamalah ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran aqidah dan akhlak. Islam
1
Muhamad, Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2003),
42.
Neneng Nurhasanah, Mud}a>rabah dalam Teori dan Praktik (Bandung: PT Refika Aditama,
2
2015), 1.
1
2
contohnya saling meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak
yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran
harta dalam hidup bermasyarakat. Muamalah madiyah adalah jual beli (al-
ekonomi sebagai salah satu aspek hukum dalam muamalah merupakan tabiat
ajaran muamalah dalam Islam yang objeknya harta tidak hanya dibahas
masalah hukumnya, tetapi dimulai dari hal yang paling mendasar sampai
mud}a>rabah adalah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung, salah
dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan seperti setengah atau
3
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 195.
4
Neneng Nurhasanah, Teori dan Praktik, 68.
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), 135.
3
bersabda:
Artinya: “Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan,
memberi modal, dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan
untuk dijual.” 6
َّ ض ِل
ّللا ِ َوآَخ َُرونَ يَض ِْرِبُونَ فِي ْاْل َ َْر
ْ َض يَ ْبتَغُونَ ِم ْن ف
“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
6
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiniy Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah, Juz 3, Beirut: Darul-Fikr, 1992, hlm. 768.
7
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),
141.
8
Al-Qur’an, 29:20
4
pemodal kembali 100%. Jika modal telah kembali, barulah dibagi keuntungan
selain berpotensi untuk untung, maka kedua belah pihak berpotensi untuk
9
Dian Fitriana, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Antara Pemilik dan Pengelola
Sapi di Desa Tanjung Gunung Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo,” Skripsi (Ponorogo:
IAIN Ponorogo, 2010), 5.
10
Said Yai, ”Produk Al- Mud}a>rabah (Bagi Hasil) Dalam Islam Sebagai Solusi
Perekonomian Islam,” dalam https://pengusahamuslim.com/3833-al-mudharabah-bagi-hasil-
sebagai-solusi-perekonomian-islam.html/, (diakses pada tanggal 11 Mei 2018, jam 18.20).
5
ini, masyarakat Desa Bedingin ada yang menggunakan modal sendiri, tetapi
dibagi sesuai nisbah bagi hasil yang telah disepakati, yaitu 25% untuk
pemodal dan 75% untuk petani. Selain itu juga ada perjanjian lain yang
pasaran. Jika petani tidak menjual hasil panennya kepada pemodal maka,
pemodal tidak akan memberikan modal kepada petani Desa Bedingin, serta
saat panen.11
perkiraan nisbah bagi hasil yang telah di sepakati. Praktik kerjasama seperti
ini cukup memberatkan para petani, karena tidak ada kebebasan dalam
menentukan hak untuk pengembalian modal dan bagi hasil. Praktik kerjasama
seperti ini sudah berjalan beberapa tahun terakhir yaitu sekitar 5 tahunan yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Bedingin. Hal ini dilakukan karena para
karena dalam kerjasama ini pihak yang lebih diuntungkan adalah pemilik
harus dipenuhi oleh masyarakat petani dalam kerjasama yang dilakukan oleh
kedua belah pihak. Dan kerugian hanya di tanggung oleh satu pihak saja yaitu
11
Suharjito, Hasil wawancara, 28 April 2018.
7
B. Rumusan Masalah
Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Ponorogo
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Islam.
2. Secara Praktis
E. Telaah Pustaka
hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang pernah
hasil penggarapan sawah adalah penelitian dari Muh. Ashar Arman dengan
Pallangga Menurut Hukum Islam” tahun 2013. Dalam skripsi ini dibahas
tentang penggarapan sawah dengan sistem bagi hasil menurut hukum adat.
Dalam skripsi ini kerjasama yang dilakukan oleh pemilik tanah dan pengelola
adalah dengan sistem bagi hasil. Sistem pelaksanaan bagi hasil yang
9
Pemilik tanah mendapatkan satu bagian dan penggarap mendapat dua bagian
dibutuhkan dalam lahan tersebut. Dalam skripsi ini pelaksanaan bagi hasil
diperbolehkan oleh syara’ karena telah dikenal dalam ajaran Islam dengan
Kedua, Jurnal dari penelitian Unggul Priyadi dan Jannahar Saddam Ash
2015. Dalam penelitian ini dibahas tentang bagi hasil yang dilakukan oleh
pemilik sawah dengan buruh tani, tetapi pemilik sawah tidak ingin terlibat
penelitian ini secara umum dilakukan dengan lisan dan jangka waktu
perjanjian tidak ditetapkan secara jelas. Timbangan bagi hasil yang digunakan
secara umum adalah maro (setengah untuk penggarap dan setengah untuk
12
Muh. Ashar Arman, Sistem Bagi Hasil Penggarapan Sawah Di Desa Julubori Kecamatan
Pallangga Menurut Hukum Islam Skripsi UIN Alauddin Makassar, 2013.
10
Ekonomi Islam (studi kasus kecamatan Lubuk dalam kabupaten Siak) tahun
2012. Dalam skripsi ini dibahas tentang muza}ra’ah dengan sistem akad yang
dilakukan secara tidak tertulis. Dan dalam skripsi ini dijelaskan bahwa yang
menjadi objek adalah berupa lahan yang dimiliki oleh pemodal serta
skripsi ini dijelaskan bahwa adanya beberapa petani yang tidak jujur terhadap
hasil panen yang dihasilkannya. Dalam hal ini hal tersebut melanggar
unsur gharar dan tidak ada kejelasan pembagian bagi hasil antara kedua belah
pihak 14
akad mud}a>rabah dengan objek yang digunakan adalah berupa uang yang akan
13
Unggul Priyadi, Jannahar Saddam,Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Pertanian Lahan
Sawah Studi di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta, Jurnal Millah, Vol. XV. No
1, 2015.
14
Supriani, Pelaksanaan Sistem Kerjasama di Bidang Pertanian (Muzara’ah) Menurut
Prespektif Ekonomi Islam (studi kasus kecamatan Lubuk dalam kabupaten Siak), Skripsi UIN
Sultan Syarif Kasim Riau, 2012.
11
digunakan oleh pengelola. Dalam skripsi yang akan penulis teliti juga ada
ditentukan oleh pihak pemodal saja. Selain itu, penulis juga akan meneliti
proses akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak serta pembagian nisbah
bagi hasil yang ditentukan sesuai dengan ketentuan hukum Islam atau tidak.
F. Metode Penelitian
serta memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian yang peneliti
a. Jenis Penelitian
kejadian yang benar-benar terjadi. Dalam hal ini realitas hidup yang ada
b. Pendekatan Penelitian
15
Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2010), 6.
12
2. Lokasi Penelitian
pemodal dan petani yang menurut peneliti masih banyak masalah yang
perlu diteliti.
16
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
ALFABETA, 2017), 213.
17
Muhaji Neon, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Bayu Indra Grafindo, 1999),
17.
13
a. Teknik Wawancara
b. Teknik Observasi
dan keselarasan antara yang satu dengan yang lain, relevansi dan
18
Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif. cet, ke-XXIII (Bandung: Raja
Resdakarya, 2007), 174.
19
Aji Damanuri, Penelitian Muamalah, 61.
15
6. Analisis Data
7. Keabsahan Data
G. Sistematika Pembahasan
20
Bambang Sungono, Methodologi Penelitian Hukum Suatu Pengatar (Jakarta: PT Praja
Grafindo Persada, 2002), 129.
16
beberapa sub bab. Semuanya itu merupakan suatu pembahasan yang utuh,
adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
PONOROGO
KABUPATEN PONOROGO
BAB V : PENUTUP
A. Pengertian mud}a>rabah
Mud}a>rabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
yaitu, menurut para fuqaha, mud}a>rabah ialah akad antara dua pihak saling
1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), 204.
2
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012),
141.
18
19
akad terjadi. Karena kedekatan arti antara mud}a>rabah dengan qirad}, maka
pihak yang berakad yang berserikat dalam keuntungan (laba) karena harta
diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa mengelola harta itu.
Maka mud}a>rabah atau qirad} ialah akad antara pemilik modal (harta)
karena dia telah menanggung kerugian lain berupa waktu dan tenaga.5
satu mitra disebut shahibul ma<l atau rubbul ma<l (penyedia dana) yang
3
Saipudin Shidiq, Fikih Kontemporer (Jakarta: Kencana, 2016), 254.
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008),138.
5
Neneng Nurhasanah, Mud}a>rabah (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), 67.
20
mendapatkan laba.6
dimana modal dari satu pihak dan pekerjaan dari pihak lain, sedangkan
satu pihak dan tenaga dipihak lain. Pekerja dalam hal ini bukan orang
upahan tetapi adalah mitra kerja karena yang diterimanya itu bukan jumlah
tertentu dan pasti sebagaimana yang berlaku dalam upah mengupah, tetapi
6
Neneng Nurhasanah, 69.
7
Ibid., 68.
8
Zaenudin A. Naufal, Fikih Muamalah Klasik dan KontemporerI (Bogor: Ghalia Indonesia,
2012), 141.
9
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh (Jakarta: Prenada Media, 2003), 245.
21
masyarakat saat itu. Jenis muamalah ini telah dikenal pada masa
hadits yang diriwayakan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a. bahwasanya
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan,
memberi modal, dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga,
bukan untuk dijual.”11
10
Nurhasanah, Mud}a>rabah ,70.
11
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwiniy Ibnu Majah, Sunan Ibnu
Majah, Juz 3, Beirut: Darul-Fikr, 1992, hlm. 768.
12
Nurhasanah, Mud}a>rabah ,71.
22
menjadi dasar Al-Qur’an mengenai akad mud}a>rabah ini adalah QS. Al-
Muzzammil [73]:20:
َّ ض ِل
ِّللا ِ َوآخ َُرونَ َيض ِْربُونَ ِفي ْاْل َ ْر
ْ َض َي ْبتَغُونَ ِم ْن ف
untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang miskin dan
ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat
mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau
kebutuhan mereka.15
13
Al-Qur’an 29:20
14
Sohari Sahri dan Ru’fah Abdullah, Fiqh Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 191.
15
Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 226.
23
secara hukum
masing-masing pihak
dan akad bisa dilakukan secara lisan atau verbal, secara tertulis
mauupun ditandatangani.16
2. Modal
sejenisnya)
16
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjain dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 175.
24
misalnya inventory)
melakukan usaha.17
3. Keuntungan
ma<l.18
1. Bagi pihak yang berakad, harus cakap bertindak hukum dan cakap
17
Djamil, Penerapan Hukum Perjanjain, 175.
18
Ibid., 176.
25
yaitu harus jelas shigatnya dan ada kesesuaian antara ijab dan
qabulnya.19
akad.
19
Nurhasanah, Mud}a>rabah, 76.
20
Suhendi, Muamalah, 143.
26
(mud}a>rib).21
jika terdapat salah satu syarat yang tidak terpenuhi, diantara bentuk
tujuan akad, dan apabila pelaksana atau pemilik modal meninggal dunia
menjadi batal.22
21
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2017), 148.
22
Ibid., 149.
27
E. Prinsip-Prinsip mud}a>rabah
akad mud}a>rabah
Dalam akad mud}a>rabah, laba bersih harus dibagi antara shahibul ma<l
harus ditutup dengan laba sebelum hal itu ditutup dengan ekuitas
dan usahanya. 23
mud}a>rib.
3. Prinsip kejelasan
23
Neneng, Teori dan Praktik, 78.
28
merupakan prinsip yang harus ada dalam akad ini, untuk itu bentuk
Kepercayaan ini juga harus diimbangi dengan sikap amanah dari pihak
mud}a>rib (pengelola).25
5. Prinsip kehati-hatian
kehilangan kepercayaan.
1. Hak pengelola
24
Ibid., 80.
25
Ibid.
29
2. Kewenangan pengelola
hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. Namun demikian,
ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mud}a>rib, dia tidak boleh
melakukan hutang atas aset mud}a>rabah tanpa izin dari shahibul ma<l.
26
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, 144.
30
(mud}a>rib).27
telah dimulai oleh pekerja maka akad itu bersifat mengikat kedua belah
yang berakad, karena jelas merugikan dan membawa madharat pada pihak
lain. Namun Imam Abu Hani<fah, Imam Shaf<i’I dan Imam Ahmad bin
pada milik orang lain seizinnya. Oleh sebab itu, masing-masing pihak
dapat saja membatalkan akad tersebut seperti halnya dalam akad wadi<’ah
maka harus diberitahukan pembatalan itu kepada pihak lain. Dilihat dari
segi etika memang harus demikian, agar hubungan tetap dapat terpelihara
dengan baik.28
27
Naufal Zaenudin, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer (Bogor: Ghalia Indonesia,
2012), 148.
28
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), 173
31
dan mud}a>rib. Bagi hasil adalah keuntungan atau hasil yang diperoleh
sepenuhnya dikembalikan.29
2. Pengertian Nisbah
29
Neneng, Mudharabah, 78.
30
Al-Qur’an 4:29
32
khas dalam akad mud}a>rabah. Salah satu akad yang menggunakan bagi
Inilah yang mengecam praktik riba. Nisbah adalah rasio bagi hasil
keuntungan, yaitu:
antara kedua belah pihak misalnya, 40% untuk pemodal dan 60%
untuk pengelola
31
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing,” Skripsi (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2016), 4.
32
Nurhasanah, Teori dan Praktik, 138.
33
dalam permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka teori yang
Fiqh Umar.
salah satu pihak, yaitu oleh pemilik modal. Sedangkan dalam skripsi ini
kerjasama pertanian ini ditanggung oleh salah satu pihak yaitu, pengelola
harus ditanggung oleh kedua belah pihak dan tidak ada yang merasa
kerugian yang dialami dalam arti ia wajib mengganti jika terdapat hal
33
Said Yai, ”Produk Al-Mudharabah (Bagi Hasil) Dalam Islam Sebagai Solusi
Perekonomian Islam,” dalam https://pengusahamuslim.com/3833-al-mudharabah-bagi-hasil-
sebagai-solusi-perekonomian-islam.html/, (diakses pada tanggal 11 Mei 2018, jam 18.20).
34
Abdurrahman Al Jaziry, Fiqih Empat Madzhab Jilid IV (Semarang: As-Syifa, 1994), 81.
34
perjanjian hanya dibuat oleh salah satu pihak yaitu pemilik modal,
pertanian tersebut.
BAB III
Ponorogo
Indonesia. Desa ini merupakan daerah yang berada di wilayah selatan kota
petani baik yang memiliki lahan sendiri maupun hanya bekerja sebagai
yakni, Dukuh Krajan dan Dukuh Kambangrejo yang terbagi lagi menjadi
17 Rukun Tetangga dengan luas wilayah 200,092 Ha, serta dalam wilayah
Desa Bedingin terdapat 2110 penduduk yaitu 1057 penduduk laki-laki dan
pertanian. Luas tanah sawah Desa Bedingin adalah 58,81 Ha. Hasil dari
diperoleh dari sawah adalah berupa Padi, Jagung, Kedelai, dan Kacang
35
36
mencari pekerjaan.1
perbuatan yang disepakati oleh dua pihak atau lebih yaitu antara pemilik
modal dan petani. Satu pihak (pemilik modal) berjanji akan memberi
modal dan pihak yang lain (petani) berjanji akan mengelola modal tersebut
1
Lamidi, Hasil wawancara 30 September 2018.
2
Profil Desa Bedingin 2018.
37
modal sesuati dengan permintaan oleh petani. Seperti yang dikatakan salah
Hasil pertanian yang telah dipanen oleh petani harus dijual kepada
petani tidak menjual kepada pemilik modal maka tahun berikutnya pemilik
3
Kepala Desa, Hasil Wawancara 3 Oktober 2018
4
Suradi, Hasil wawancara, 1 Oktober 2018.
38
modal tidak akan memberi modal kepada petani. Karena hal tersebut
hasil panen dari petani tersebut dibeli dengan harga yang tidak sesuai
dengan harga pasar. Apabila hasil panen tidak dijual kepada pemilik
modal dari pemilik modal tersebut. Jadi, mereka tetap menjual hasil
Memang jika dilihat selisih tidak terlalu besar, namun bagi orang
sawah bagi mereka yang kekurangan modal. Karena, terkadang saat para
5
Tulus, Hasil wawancara 2 Oktiber 2018
39
sesuai adat dan kebiasaan yang mereka lakukan tanpa tau pedoman dan
bahwa modal harus dikembalikan pada saat musim panen tiba. Karena
pada saat panen itulah petani harus menjual hasil pertanian kepada
pemilik modal dengan harga sedikit lebih murah dari penjual lainnya.
Keuntungan yang didapat harus dibagi oleh kedua belah pihak.6 Berkaitan
maka perjanjian antara kedua belah pihak dilakukan secara lisan dan tidak
ada perjanjian tertulis serta tidak ada saksi. Karena, perjanjian yang
6
Ibid.,
40
diselesaikan dengan jalur hukum, karena tidak adanya bukti yang nyata
perjanjian harus dilakukan secara tertulis dan harus ada saksi yang
hanya dilakukan secara lisan saja. Semua yang telah dilaksanakan oleh
7
Suharjito, Hasil wawancara, 1 Oktober 2018.
41
diberikan pemilik modal, namun pihak petani hanya keberatan jika harus
harus ditanggung oleh kedua belah pihak agar tidak ada yang merasa
yang terjadi.
8
Kepala Desa, Hasil Wawancara 3 oktober 2018.
9
Ibid.
42
memikirkan jika kedepannya terjadi sesuatu hal. Sudah menjadi adat dan
dengan ketentuan hukum Islam, maka tidak akan ada pihak yang merasa
C. Pembagian nisbah bagi hasil yang dilakukan kedua belah pihak atas
Ponorogo.
perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara shahibul ma<l dan
mud}a>rib. Bagi hasil yang digunakan dalam kerja sama yang dilakukan
dengan hasil panen yang terjual. Masa panen ada 3 tahap dalam sekali
periode penanaman, 2 kali panen padi dan 1 kali panen kedelai, jagung,
Bagi hasil tersebut didapat dari hasil yang telah dikurangi jumlah
tersebut. Hasil panen setelah dikurangi modal awal lalu, kemudian jumlah
ditetapkan oleh pemilik modal dan telah disepakati oleh kedua belah
dengan presentase yang lumayan besar, petani juga harus menjual hasil
panen kepada pemilik modal dengan harga yang sedikit dibawah harga
normal pedagang lainnya. Bukan hanya itu saja, jika terjadi kerugian
pemilik modal, perjanjian bagi hasil yang dilakukan oleh pihak pemilik
modal dan petani dilakukan secara lisan tanpa adanya bukti dokumen.
10
Kastam, Hasil Wawancara 2 Oktober 2018
44
penggarapan sawah.
terpenting dalam transaksi bagi hasil mud}a>rabah ini yaitu saling percaya.
oleh petani, maka pemilik modal untuk selanjutnya tidak akan melakukan
mengenai syarat dan ketentuan kerjasama seperti bagi hasil tidak ada
“Dalam kerjasama ini tidak ada jaminan yang diberikan, karena pihak
kepada petani. Dalam perjanjian ini bagi hasil keuntungan yang didapat
masing-masing pihak disepakati oleh kedua belah pihak. Baik itu dari
11
Hari, Hasil wawancara 1 Oktober 2018
12
Kepala Desa, Hasil Wawancara 3 Oktober 2018
45
dasarnya di bebankan pada pihak shahibul ma<l jika tidak ada bukti
di Desa Bedingin ini kerugian hanya di bebankan oleh satu pihak yaitu
yaitu pihak petani harus menanggung kerugian yang suatu saat bisa
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh petani atau bisa jadi petani
hanya dibebankan pada satu pihak saja. Selain membayar modal awal jika
13
Nurhasanah, Mudharabah, 80.
14
Jemingan, Hasil wawancara 2 Oktober 2018
15
Suhaji, Hasil wawancara 4 Oktober 2018.
46
terjadi gagal panen petani juga harus rela memberi perkiraan bagi hasil
dari keuntungan yang harus didapatkan oleh pemilik modal. Karena dalam
kerjasama ini, pihak pemodal tidak ingin rugi dan pemodal hanya
panen karena faktor alam pemodal tidak perlu meminta ganti rugi untuk
kerugian yang diberikan oleh pemodal. Jika mengacu pada hukum Islam
oleh kedua belah pihak. Jadi, tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
16
Basuki, Hasil Wawancara 5 Oktober 2018
47
BAB IV
PONOROGO
Kabupaten Ponorogo
pemodal dan harus dipenuhi oleh petani salah satunya dalam perhitungan
bagi hasil.
utama pola bagi hasil adalah bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung
adalah laba bersih harus dibagi antara shahibul ma<l dengan mud}a>rib
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), 49.
47
sebelumnya dalam perjanjian mud}a>rabah.2 Bagi hasil dilaksanakan dengan
2. Obyek tertentu
perjanjian bagi hasil harus sama-sama dewasa (baligh), sehat akalnya, dan
ma<l dan mud}a>rib berdasarkan suatu proporsi yang adil sebagaimana telah
perjanjian mud}a>rabah.4
yang didapat oleh petani. Apakah hasil panen yang didapat hasilnya bagus
hasil yang didapat harus dijual kepada pemilik modal, dan pemilik modal
2
Nurhasanah, Mudharabah, 78.
3
Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian, 104.
4
Neneng Nurhasanah, Mudarabah dalam Teori dan Praktek , (Bandung: PT Refika
Aditama, 2015), 78.
akan memberi harga dibawah harga pasar, dan kemungkinan jika hasil
panen buruk maka harga akan semakin turun. Disini petani akan
Karena, bagi petani adanya modal dari pemilik modal dapat membantu
Namun, jika melihat dari syarat dan rukun dalam akad mud}a>rabah
oleh kedua belah pihak bukan hanya satu pihak saja. Kerjasama dalam
Bedingin ini, belum ada keadilan yang diterapkan, karena pada dasarnya
memakan harta sesama dengan cara yang bathil itu dilarang, seperti
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”5
mukmin memakan harta sesama dengan cara yang batil dan cara-cara
ketentuan umum. Maka, dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
satu pihak. Salah satu kegiatan muamalah yang tidak boleh dilakukan
dengan cara yang batil adalah kerjasama mud}a>rabah. Dalam kegiatan akad
mud}a>rabah dalam pembagian bagi hasil kedua belah pihak harus dilakukan
secara adil.
terhadap petani dalam mengelola modal serta percaya kepada para petani
modal). Maka, dengan adanya asas kepercayaan tersebut petani juga harus
5
Al-Qur’an 4:29
Menurut pemodal, alasan menetapkan syarat bahwa petani harus
sebagai jaminan ketika petani mengalami gagal panen. Alasan lain dari
dikarenakan tidak ada pilihan lagi bagi petani yang kekurangan modal
Ponorogo memberatkan salah satu pihak yaitu petani karena syarat yang
6
Hari, Hasil wawancara 1 Oktober 2018
secara adil, pembagian kerugian antara kedua belah pihak, melakukan
perjanjian dengan syarat yang jelas dan presentase keuntungan yang jelas,
presentase yang telah dijelaskan diatas yaitu 75% untuk petani dan 25%
untuk pemilik modal. Pembagian keuntungan dibagi pada saat hasil panen
tiba dikurangi dengan modal yang dipinjam oleh petani. Dalam pembagian
yang dilakukan antara pemilik modal dan petani telah sesuai dengan
prinsip mud}a>rabah.
perjanjian hanya secara lisan tanpa ada perjanjian secara tertulis. Bagi
pemilik modal dengan rasa percaya yang diberikan kepada para petani
dilakukan secara tertulis agar suatu saat jika terjadi suatu masalah
melakukan kerjasama dengan cara tertulis. Karena jika suatu saat dalam
dilakukan.
7
Al-Qur’an, 2: 282
itikad baik oleh para pihak.8 Dalam kerjasama yang dilakukan di Desa
adalah hal yang lazim. Karena, ketika akan dilakukan akad kerjasama
kedua belah pihak setuju dengan semua ketentuan yang telah ditentukan,
masyarakat Desa Bedingin ini tidak ada paksaan.9 Dari hasil penelitian
8
Anshori, Perjanjian Islam, 105.
9
Hari, Hasil wawancara 1 Oktober 2018
keberatan atas pembagian dan ketentuan nisbah bagi hasil yang telah
Nisbah bagi hasil yang ditentukan pihak shahibul ma<l telah sesuai
dengan ketentuan yang ada yaitu dengan presentase 75% : 25%. Para
pembagian nisbah bagi hasil, dan ketentuan yang telah disepakati kedua
belah pihak sudah sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan, yaitu:
10
Al-Qur’an 4:29
Dengan perbandingan 75% : 25% dalam hal ini telah disepakati
dan diterima oleh kedua belah pihak yaitu pihak pemilik modal dan petani.
Dari bagi hasil tersebut harus diberikan kepada kedua belah pihak setiap
setelah panen. Bagi hasil yang dilakukan dalam kerjasama yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Bedingin telah dilakukan dengan baik dan benar,
keseimbangan dan asas keadilan yang tidak merugikan salah satu pihak.
yang telah di tetapkan oleh para ulama dan presentase bagi hasil yang telah
ditetapkan telah disepakati bersama dan tidak ada unsur paksaan dan unsur
Kabupaten Ponorogo
namun ada juga yang mengalami kerugian, baik karena kesalahan dari
gagal panen. Dalam hal ini petani bisa rugi besar, karena petani harus tetap
saat panen walaupun itu murni bukan kesalahan dari pihak petani.11
serta perkiraan keuntungan yang didapat dari hasil panen. Pada dasarnya
kepada mereka.
panen kepada pemodal dengan harga lebih murah dari pedagang lain,
maka dalam kerjasama ini pada dasarnya memberatkan salah satu pihak.
Namun, pemodal dan petani sama-sama tetap sepakat untuk bekerja sama
11
Kepala Desa, Hasil Wawancara 3 Oktober 2018
bahwa pemilik modal menyediakan modal untuk penggarapan sawah.
memberikan syarat bahwa hasil panen harus dijual kepada pemilik modal
dengan harga yang diberikan adalah dibawah harga dari pedagang lainnya.
Pemilik modal seharusnya membeli hasil panen dari petani dengan harga
sama dari harga pasaran agar dalam kerjasama tersebut semua pihak tidak
merasa dirugikan.
diketahui oleh pihak pemilik modal, maka pemilik modal akan meminta
melakukan hal tersebut, maka petani pada tahun berikutnya ataupun saat
petani akan memulai kegiatan pertanian maka pemilik modal tidak akan
kepercayaan.12
12
Abraham L. Udovitchi, Kerjasama Syari’ah (Kediri: Qubah, 2008), 254.
Penanggungan kerugian dalam kerjasama pertanian di Desa
ditanggung oleh salah satu pihak yaitu petani. Apabila rugi, seharusnya hal
Desa Bedingin kerugian ditanggung oleh pihak petani, yaitu dengan cara
ditanggung oleh pihak shahibul ma<l jika kesalahan bukan kelalaian dari
belah pihak belum paham dan mengerti mengenai akad kerjasama dalam
sebenarnya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Imam madhhab dan Fiqh
Umar yaitu:
sendiri oleh pihak pemodal. Dan menurut madhhab Hana<fi dan Hambali
13
Rachmat, Fiqih Muamalah, 224.
14
Nurhasanah, Mudharabah, 79.
sependapat bahwa pengelola modal tidak berkewajiban mengganti jika
modal dan pengelola modal pada dasarnya masih belum sesuai dengan
hukum Islam, karena syarat dan ketentuan hanya ditentukan oleh salah
harusnya tidak ada unsur tekanan. Dengan melihat salah satu hadits:
ْالْمْسْلْمْونْْعْنْدْْشْرْوْطْهم
”Orang-orang Islam itu berada pada syarat-syarat mereka”15
dari pihak petani. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan jika
menganut asas keadilan maka jika lebih baik kerugian pada dasarnya
ditanggung oleh kedua belah pihak agar tidak ada pihak yang merasa
15
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah Alih Bahasa: H. Kamaluddin A. Marzuki (Bandung: Al-
Ma’arif, 1997), 131.
Kontrak kerjasama pertanian bisa dikatakan berakhir apabila modal
hasil antara kedua belah pihak. Maka, kerjasama tersebut dapat dinyatakan
selesai oleh kedua belah pihak pemilik modal dan petani. Apabila
dalam Islam, karena dapat merugikan dan membawa mudharat pada pihak
lain. Jika terjadi pembatalan maka harus diberitahukan kepada pihak lain.
lebih baik kerugian yang terjadi dalam kerjasama di atas lebih baik
kerugian ditanggung oleh kedua belah pihak agar tidak ada yang merasa
dirugikan.
pendapat para ulama yang telah dijelaskan diatas. Jadi, dalam penjelasan di
Islam karena tidak ada keselarasan antara dalil dan pelaksanaan kerjasama
lebih baik kerugian ditanggung secara bersama antara pemilik modal dan
petani.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
diambil kesimpulan:
25% untuk pemilik modal dan 75% untuk pengelola setelah hasil
kehati-hatian.
mengacu pada pendapat para ahli dan hukum Islam kerugian pada
62
dasarnya ditanggung pemilik modal atau kedua belah pihak. Jadi,
B. Saran
namun harus ada perjanjian secara tertulis agar menjadi bukti yang
tertulis. Apabila suatu saat jika terjadi kesalah pahaman antara pihak
63
63
DAFTAR PUSTAKA