Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, tentunya tidak hidup sendiri.
Mereka saling memerlukan antara satu dengan yang lainnya untuk memenuhi
kekurangan masing-masing. Sebab manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak ada
yang sempurna. Ada yang kaya dan ada yang kurang mampu, ada yang kuat dan
ada pula yang lemah, dan sebagainya. Hal tersebut diciptakan oleh Allah SWT
tentunya untuk memudahkan manusia agar saling tolong menolong dan
bekerjasama dalam memenuhi kekurangannya.
Kerjasama di bidang pertanian dalam ekonomi Islam terbagi atas tiga
bentuk akad, yakni Muzara’ah, Mukhabarah, dan Musaqah. Letak pembeda
diantara ketiganya ialah pada benih. Musaqah dan muzaraah benih yang ditanam
berasal dari pemilik lahan, sedangkan mukhabarah benih yang ditanam berasal
dari petani penggarap Salah satu bentuk tolong menolong yakni dengan membantu
sesamanya memberikan pekerjaan atau bekerjasama. Baik kerjasama dalam
bidang perniagaan maupun pertanian.
Terdapat beberapa bentuk kerjasama yang dilakukan oleh petani
penggarap dengan pemilik lahan, yaitu pemilik lahan menyewakan
lahannya kepada petani penggarap, petani penggarap menjadi buruh tani
dengan imbalan (upah) tertentu, dan petani penggarap yang diberikan
hak penuh untuk mengelola lahan dari pemilik lahan yang kemudian
hasilnya dibagi diantara keduanya. Kerja sama pertanian dalam
hukum Islam disebut dengan beberapa istilah yaitu muzara’ah,
mukhabarah, dan musaqah. Persamaan dari muzara’ah, mukhabarah, dan
musaqah adalah sama-sama akad kerjasama dimana pemilik lahan
dengan petani penggarap mendapatkan bagi hasil dari lahan tersebut.
Perbedaanya dalam muzara’ah tanah belum ada tanaman sehingga petani
penggarap harus merawat dan mengelola dari masa tanam hingga panen,

1
2

dengan modal dibebankan oleh pemilik lahan. Sedangkan mukhabarah


hampir sama dengan akad muzara’ah, perbedaannya dalam mukhabarah
modal dibebankan oleh petani penggarap. Sedangkan dalam musaqah
tanah sudah ada tanamannya sehingga petani penggarap hanya merawat
dan mengelola supaya hasil panen maksimal. Pembiayaan berdasarkan prinsip
syari’ah dalam praktiknya di lembaga perbankan syari’ah telah membentuk
sebuah sub sistem, sistem pembiayaan
berdasarkan prinsip syari’ah dilihat dari sudut pandang ekonomi bahwa
berdasarkan sifat penggunaannya dapat dibagi menjadi dua hal: 1) pembiayaan
produktif antara lain pembiayaan usaha produksi terdiri dari pembiayaan
likuiditas, piutang dan persediaan modal, pembiayaan modal kerja untuk
perdagangan terdiri dari: perdagangan umum dan perdagangan berdasarkan
pesana dan pembiayaan investasi, 2) pembiayaan konsumtif baik sekunder
maupun primer.1
Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah menurut sudut pandang
yuridis adalah pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah dan prinsip
musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan prinsip murabahah, prinsip istishna
dan prinsip as-salam, pembiayaan sewa menyewa berdasarkan prinsip ijarah
(sewa murni) dan ijarah al-muntahia bittamlik (sewa beli atau sewa dengan hak
opsi).2
Transaksi yang banyak di lakukan oleh masyarakat pada umumnya di era
sekarang sering menggunakan akad mukhabarah, Mukhabarah adalah suatu akad
kerja sama dalam bidang pertanian atau perkebunan antara pemilik lahan dan
penggarap, di mana pemilik lahan akan menyerahkan sebidang lahan kepada
penggarap untuk dikelola dan hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.
sedangkan menurut Secara teori, mukhabarah sering dikaitkan dengan muzara‟ah,
karena keduanya sama-sama akad yang dilakukan dalam pengelolaan lahan.
Perbedaan dua akad tersebut hanya terletak dari pengadaan bibit, di mana
1
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari‟ah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001, h.
160.
2
Ahmad Supriyadi, “Sistem Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syair’ah (Suatu Tinjauan Yuridis
terhadap Praktik Pembiayaan di Perbankan Syari’ah di Indonesia)”, Al-Mawarid, Edisi X, Tahun
2003, h. 43
3

muzara‟ah bibitnya berasal dari si pemilik lahan, sedangkan mukhabarah


merupakan aktivitas pengelolaan lahan (tanah) yang benihnya berasal dari si
pengelola dan diharapkan dapat memberikan hasil di kemudian har
Menurut pakar keuangan islam dan ekonomi tidak diwajibkan
menggunakan mukhabarah akan tetapi menggunakan metode pembiayaan
berdasakan sistem profit/loss sharing. Akan tetapi ternyata banyak perbankan
yang lebih memilih menggunakan metode akad mukhabarah. Mukhabarah
merupakan sebuah produk finansial yang berbasis bagi hasil, Mukhabarah adalah
sistem bagi hasil yang paling dipergunakan oleh para petani yang berbasis syariah
dalam kegiatan usaha.
Berikut penjelasan menurut ulama Syafi‟iyah: Mukhabarah adalah
mengelola tanah di atas sesuatu yang dihasilkannya dan benihnya berasal dari
pengelola. Adapun muzara‟ah, sama seperti mukhabarah, hanya saja benihnya
berasal dari pemilik lahan.3 Mukhabarah memiliki syarat yang sama dengan
muzara‟ah, di mana keduanya merupakan akad pekerjaan yang hanya boleh
dilakukan setelah tercukupinya syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara‟,
yaitu: (1) mukhabarah merupakan akad pekerjaan, maka akad dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum dibuatkan perjanjian dan kesepakatan; (2) tanaman yang
dipelihara hendaknya jelas dan dapat diketahui oleh kedua belah pihak; (3) waktu
penggarapan atau pemeliharaan harus jelas batasnya, apakah satu tahun, satu
musim, satu kali panen, atau lebih dari itu, hal ini dimaksudkan agar tidak ada
pihak yang dirugikan dan terhindar dari unsur penipuan oleh satu pihak; (4)
persentase pembagian harus jelas dan pasti, baik bagi pengelola maupun pemilik
lahan.4
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 04/ DSNMUI/IV/2000,
pengertian murabahah yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.5

3
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 206
4
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah..., hlm. 208-209
5
Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2012), h. 57
4

Dalam hal pembiayaan mukhabarah, al-Qur’an tidak sedetailnya


dijelaskan, namun mengenahi dasar yang menjadikan sebagai pedoman dari
pembiayaan mukhabarah yaitu dalam Qs. An-Nisa ayat 29:

ٍ ‫اط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُك ْو َن جِت َ َار ًة َع ْن َتَر‬


‫اض ِّمْن ُك ْم ۗ َواَل‬ ِ ‫ٰيٓاَُّيها الَّ ِذين اٰمُنوا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب‬
َ ْ َْ ْ َ ْ ْ َ َْ َ
‫َت ْقُتلُ ْٓوا اَْن ُف َس ُك ْم ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن بِ ُك ْم َر ِحْي ًما‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” (Q.S An-Nisa’:29)6

Ayat di atas melarang segala bentuk transaksi yang bathil. Di antara


transaksi yang di kategorikan bathil adalah yang mengandung bunga (riba)
sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional karena akad yang di
gunakan adalah utang. Berbeda dengan murabahah, dalam akad ini tidak di
temukan unsur bunga, karena menggunakan akad jual beli. Di samping itu, ayat
ini mewajibkan untuk keabsahan setiap transaksi mukhabarah harus berdasarkan
prinsip kesepakatan antara pihak yang di tuangkan dalam suatu perjanjian yang
menjelaskan dan di pahami segala hal yang menyangkut hak dan kewajiban
masing-masing.
Dalam pembiayaan mukhabarah sering terjadi risiko. Risiko suatu
ketidakpastian yang menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, risiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
sasaran anggota serta organisasi, maka risiko dapat dihapuskan dengan melalui
pendekatan.7 Risiko yang terkait dengan pembiayaan mukhabarah antara lain
sebagai berikut: risiko yang berkaitan dengan barang, risiko yang berkaitan
dengan anggota dan risiko yang berkaitan dengan pembayaran. 8 Praktik akad

6
Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 29, Yayasan Penyelenggara Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-
Qur‟an dan Terjemahnya, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta, 2012, h. 122.
7
Nor Fahimah Mohd Razif, dkk, “Risiko-Risiko dalam Kewangan Semesta: Penilaian daripada
Persepektif”, Jurnal International Conference On Management ( ICM 2011) Proceeding, h. 1
8
Anita Rahmawaty, “Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam Perbankan Syari’ah di Indonesia”,
Jurnal Ekonomi Islam, Ekonomi Syari‟ah, Vol. 1, No.2 Desember 2007, h 196
5

mukhabarah dilapangan haruslah memenuhi rukun dan ketentuan yang menjadi


prasyaratnya rukun dan ketentuan tersebut yaitu:9
1. Pemilik tanah dan penggarap harus baligh dan berakal
2. Benih yang di tanam harus jelas dan menghasilkan
3. Lahan harus bisa menghasilkan, jelas batas batasnya dan diserahkan
sepenuhnya kepada penggarap
4. Pembagian hasil harus jelas penentuannya

Murabahah pada awalnya merupakan konsep bagi hasil yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun demikian, bentuk bagi hasil
ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa
konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Akan tetapi, validitas transaksi
seperti ini tergantung pada beberapa syarat yang benar-benar harus diperhatikan
agar transaksi tersebut diterima secara syariah.10
Beberapa ketentuan harus dipenuhi dalam melaksanakan akad
Mukhabarah agar transaksi akad tersebut terhindar dari riba dan sesuai dengan
syari’ah. Salah satunya adalah syarat barang yang diakadkan dalam hal ini adalah
barang yang dijual belikan Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah disebutkan bahwa penjual harus
membeli terlebih dahulu aset yang dipesan oleh nasabah. Syarat-syarat benda
yang menjadi objek akad dalam akad murabahah, barang yang diperjualbelikan
secara prinsip harus sudah menjadi milik penjual. Tidak sah menjual barang-
barang yang baru akan menjadi miliknya. 11
Salah satu skim fiqih yang paling populer di gunakan oleh perbankan
Syariah merupakan skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim di
lakukan oleh Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Secara sederhana,
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut di tambah
keuntungan yang di sepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan
9
Dimyauddin Djuwaini, 2010, “Pengantar Fiqih Muamlah”, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, h. 111
10
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013),h. 82
11
Suhendi Hendi, 2007, “Fiqh Muamalah”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, h. 73
6

tersebut dapat di nyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk
persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%. Jadi singkatnya,
murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang di sepakati oleh penjual dan pembeli.12
petani berasal dari kata tani. Tani artinya mata pencaharian dalam bentuk
bercocok tanam; mata pencarian dalam bentuk mengusahakan tanah dengan
tanam-menanam. Bertani yaitu bercocok tanam; mengusahakan tanah dengan
tanam-menanam13. Pertanian merupakan salah satu sektor yang masih potensial
untuk digarap dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Selain sebagai
sumber kesediaan pangan bangsa, pertanian juga menjadi sumber penghasilan
bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya “Implementasi Akad
Mukhabarah Petani Semangka dengan Pemilik Modal”. Dalam Persepektif
Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus di Desa Langkap, Kecamatan
Bangsal Sari, Kabupaten Jember)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
akan peneliti rumuskan adalah sebagaimana berikut :
1. Bagaimana implementasi akad mukhabarah petani semangka dengan
pemilik modal di Desa Langkap, Kecamatan Bangsal Sari, Kabupaten
Jember ?
2. Bagaimana implementasi hukum ekonomi syari’ah terhadap system akad
mukhabarah petani semangka dengan pemilik modal di tinjau dari hukum
ekonomi syariah di Desa Langkap, Kecamatan Bangsal Sari, Kabupaten
Jember ?

12
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), h. 113.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia {google}
7

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini
sebagaimana berikut :
1. Untuk mendeskripsikan implementasi akad mukhabarah petani semangka
dengan pemilik modal di Desa Langkap, Kecamatan Bangsal Sari,
Kabupaten Jember.
2. Untuk mendeskripsikan tinjauan hukum ekonomi syari’ah terhadap
implementasi akad mukhabarah petani semangka dengan pemilik modal di
Desa Langkap, Kecamatan Bangsal Sari, Kabupaten Jember.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari hasil penelitian yang telah
disusun oleh peneliti adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dapat menjadikan khazanah
tambahan wawasan dan pengetahuan tentang perspektif hukum ekonomi
syari’ah tentang akad mukhabarah petani semangka dengan pemilik modal.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk masyarakat desa
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan tentang perspektif hukum ekonomi syari’ah tentang akad
mukhabarah petani semangka dengan pemilik modal.
b. Untuk pelaku usaha
Hasil penelitian ini ditujukan dapat memberikan kehati-hatian
kepada pelaku usaha ataupun bisnis yang menerapkan sistem mukhabarah
dengan harapan adanya keseimbangan yang tidak saling merugikan para
pelanggan (pembeli) dan pelaku usaha (penjual).
c. Untuk STIS Miftahul Ulum atau peneliti selanjutnya
8

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan refrensi


mengenai perspektif hukum ekonomi syari’ah tentang akad mukhabarah
petani semangka dengan pemilik modal.
d. Peneliti lain
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
sebagai bahan acuan serta pertimbangan untuk meneliti lebih lanjut
tentang perspektif hukum ekonomi syari’ah tentang akad murabahah
petani semangka dengan pemilik modal.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya salah pemahaman dan salah pengertian pada
penelitian ini, maka penulis menjelaskan definisi perkata pada judul
penelitian yaitu :
1. Akad mukhabarah adalah mencerminkan transaksi bagi hasil di bidang
pertanian antara petani penggarap dengan si pemilik lahan agar
tidak menimbulkan kesenjangan social dan tidak ada yang merasa
di rugikan
2. Hukum ekonomi syariah adalah sebagai sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumber daya yang terbatas dan berada dalam koridor yang
mengacu pada pengajaran Islam tanpa memnerikan kebebasan individu
(leissez faire) atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan
dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
F. Penelitian terdahulu
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun
penelitian ini. Penulis mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam
pendekatan permasalahan penelitian, teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan,
kelemahan, dan keunggulan pendekatan yang telah dilakukan peneliti lain.
Peneliti harus belajar dari peneliti lain untuk menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang di buat oleh
peneliti sebelumnya.
9

Table 1.1
Penelitian Terdahulu
No Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan
1 Sitimudrikah Hasil penelitian ini yaitu 1. Terletak pada
Npm : adanya tambahan akad studi kasus
1451020120, wakalah dalam pelaksanaan dimana peneliti
Analisis pembiayaan murabahah pada berlokasi di Desa
Pelaksanaan modal tani yang diberikan Langkap,
Pembiayaan oleh BMT Assyafi’iyah, dan Kecamatan,
Murabahah Pada mekanisme yang diberikan Bangsal Sari,
Modal Tani oleh BMT Assyafi’iyah Kabupaten
Melalui Sistem dalam mengajukan Jember.
Cash Tempo pembiayaan sudah sesuai Sedangkan
Dalam dengan prinsip 5C. Adanya peneliti terdahulu
Meningkatkan pembiayaan murabahah pada berlokasi di BMT
Pendapatan modal tani yang diberikan Assyafi’iyah KC
Anggota Bmt oleh BMT Assyafi’iyah dapat KarangAnyar
(Studi Pada Bmt berpengaruh pada 2. Terletak pada
Assyafi’iyah Kc peningkatan pendapatan objek dimana
Karanganyar), anggota BMT, karena dengan peneliti
Universitas Islam tambahan modal yang sebelumnya
Negeri Raden Intan diberikan pihak BMT berupa adalah BMT,
Lampung 1440 H/ barang yang dibutuhkan sedangkan peneliti
2018 M anggota BMT seperti, bibit, adalah petani
pupuk, dan obatobatan semangka
tanaman, dapat membantu
anggota BMT untuk
menambah usaha tanamnya
sehingga hasil panennyapun
ikut bertambah pula.
2 Fauziyah Nim : Hasil dari penelitian ini yaitu, 1. Terletak pada
122411199, adanya tambahan akad studi kasus
Analisis wakalah dalam pelaksanaan dimana peneliti
Pelaksanaan pembiayaan murabahah pada berlokasi di Desa
Pembiayaan pembiayaan pertanian yang Langkap,
Murabahah Dan diberikan oleh BMT BUM Kecamatan,
Dampaknya Pada Tegal. Hal ini disebabkan Bangsal Sari,
Pemberdayaan karena adanya ketidak Kabupaten
Sektor Petanian mampuan pihak BMT BUM Jember.
(Study Kasus Di Tegal untuk membelikan Sedangkan
Kspps Bmt Bum semua barang-barang peneliti terdahulu
Tegal), Fakultas kebutuhan para anggota berlokasi di
10

Ekonomi Dan petani, dan juga dikarenakan KSPPS BMT


Bisnis Islam agar para anggota bisa leluasa BUM Tegal
Universitas Islam memilih barang yang 2. Terletak pada
Negeri Walisongo dibutuhkan dan mekanisme objek dimana
Semarang 2019 yang diberikan oleh BMT peneliti
BUM Tegal dalam sebelumnya
mengajukan pembiayaan adalah KSPPS
sudah sesuai dengan prinsip BMT BUM Tegal,
5c. adanya pembiayaan sedangkan peneliti
murabahah pada modal tani adalah petani
yang diberikan oleh BMT semangka
BUM Tegal berdampak
positif pada peningkatan
pendapatan anggota BMT,
karena dengan adanya
tambahan modal yang
diberikan pihak BMT berupa
barang yang dibutuhkan
anggota BMT seperti bibit,
pupuk, dan obat-obatan
tanaman, dapat membantu
anggota BMT untuk
menambah usaha tanamannya
sehingga hasil panennyapun
bertambah pula.
3 nur husna hasil dari penelitian yaitu, 1. Terletak pada
10200113047, pertama pengetahuan petani studi kasus
implementasi akad bawang merah mengenai bagi dimana peneliti
mudharabah pada hasil dalam prespektif berlokasi di Desa
petani bawang ekonomi Islam masih kurang, Langkap,
merah (studi pada meskipun sebagian dari Kecamatan,
desa pandung batu prinsip ekonomi Islam telah Bangsal Sari,
kecamatan baraka mereka terapkan dan menurut Kabupaten
kabupaten mereka itu sudah sesuai Jember.
enrekang), dengan syariat Islam. Petani 2. Terletak pada
universitas islam bawang merah di Desa objek dimana
negeri alauddin Pandung batu tidak terlalu peneliti
makassar 2018 mengerti mengenai syarat- sebelumnya
syarat bagi hasil, macam- adalah lembaga,
macam bagi hasil dan hal-hal sedangkan peneliti
yang dapat membatalkan bagi adalah petani
hasil dalam prespektif semangka
ekonomi Islam. Kedua
penerapan bagi hasil di Desa
Pandung Batu yang sesuai
dengan perspektif ekonomi
11

Islam, belum semua penai


bawang merah menerapkan
yang sesuai dengan syariat
Islam, karena menurut
mereka ketika pembagian
hasil panen sudah dibagi
secara adil itu sudah sesuai
dengan syariat Islam
4 Arnita Rodiani Berdasarkan hasil pengujian 1. Terletak pada
Rambe secara parsial pengaruh studi kasus
1501270010, pembiayaan syariah terhadap dimana peneliti
Pengaruh pendapatan nasabah sektor berlokasi di Desa
Pembiayaan pertanian diperoleh thitung Langkap,
Syariah Terhadap sebesar 7,008, maka dapat Kecamatan,
Pendapatan diketahui bahwa thitung> dari Bangsal Sari,
Nasabah Sektor ttabel yaitu 7,008 > 1,782. Kabupaten
Pertanian Pada Pt. Dan mempunyai angka Jember.
Bank Syariah signifikan sebesar 0,000 ≤ 2. Terletak pada
Mandiri Kc Lubuk 0,05. (Sig 0,000 < ɑ0,05) objek dimana
Pakam, Universitas maka dapat disimpulkan Ha peneliti
Muhammadiyah diterima dan Ho ditolak, hal sebelumnya
Sumatera Utara ini menunjukkan bahwa ada adalah lembaga,
Medan 2019 pengaruh yang signifikan sedangkan peneliti
antara pengaruh pembiayaan adalah petani
syariah terhadap pendapatan semangka
nasabah sektor pertanian di
Bank Syariah Mandiri KC
Lubuk Pakam. Berdasarkan
uji determinasi dijelaskan
bahwa R squaer 0,791 atau
79,1 % menunjukkan sekitar
79,1 % variabel pendapatan
nasabah sektor pertanian
dipengaruhi Pembiayaan
syariah. Sisanya 20,9 %
dipengaruhi oleh variabel
yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Prosedur
pembiayaan syariah
dilakukan dengan cara
nasabah melengkapi semua
persyaratan, pihak marketing
selanjutnya melakukan
peninjauan langsung ke lokasi
untuk menganalisis
usaha/proyek yang
12

bagaimana yang akan


dijalankan oleh calon
nasabah, kemudian proses
dokumentasi jaminan calon
nasabah oleh bagian
remedial. Selanjutkan proses
pembuatan MUP dan SPK
oleh bagian marketing,
kemudian komite antara
bagian marketing dengan
direktur, bagian marketing
selanjutnya menyerahkan
laporan tersebut ke bagian
legal officer untuk proses
pembuatan akad pembiayaan
syariah. Selanjunya bagian
admin pembiayaan
melakukan proses
penginputan data untuk
pencairan pembiayaan dan
kemudian dilakukan oleh
bagian teller untuk menerima
pencairan pembiayaan
nasabah.

G. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka sistematika pembahasan
pada judul skripsi perspektif hukum ekonomi syari’ah tentang akad murabahah
petani semangka dengan pemilik modal”. (Studi Kasus di Desa Langkap,
Kecamatan Bangsal Sari, Kabupaten Jember), yang ditulis oleh peneliti adalah :
BAB I : Pada bagian ini pendahuluan menjelaskan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfa’at penelitian, definisi operasional, penelitian terdahulu,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : Pada bagian ini menjelaskan tinjauan umum tentang perspektif
hukum ekonomi syari’ah tentang akad mukhabarah petani
semangka dengan pemilik modal”. (Studi Kasus di Desa
13

Langkap, Kecamatan Bangsal Sari, Kabupaten Jember). dan


beberapa pendapat ulama’ dan para ahli terhadap konsep jual
beli, mukhabarah dimulai dari pengertian serta dasar landasan
hukum, syarat, rukun, dan lain sebagainya.
BAB III : Metode penelitian meliputi, lokasi penelitian, jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data atau pengolahan data, dan teknik keabsahan
data.
BAB IV : Pada bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai gambaran umum, dan hasil penelitian,
pembahasan terkait perspektif hukum ekonomi syari’ah tentang
akad murabahah petani semangka dengan pemilik modal”.
(Studi Kasus di Desa Langkap, Kecamatan Bangsal Sari,
Kabupaten Jember).
BAB V : Pada bagian ini merupakan penutup, yang berisikan
kesimpulan, dan saran, kesimpulan ini berisikan hasil dari
penelitian yang mengacu pada perumusan masalah yang telah
di tetapkan sejak awal. Sedangkan saran ditujukan untuk
memberikan masukan terkait hasil penelitian kepada
masyarakat umum khususnya STIS Miftahul Ulum dan
peneliti-peneliti lain.

Anda mungkin juga menyukai